2.1 Batik
Batik telah menjadi seni dan kerajinan selama berabad-abad dan merupakan
bagian dari tradisi kuno. Kata batik berasal dari kata Jawa 'amba', berarti 'menulis',
dengan akhiran 'tik' berarti titik kecil atau untuk membuat titik. Dalam sebuah
manuskrip pada daun lontar yang berasal dari sekitar 1520 M yang ditemukan di
Galuh, Cirebon Selatan (Jawa Barat), tertulis batik itu juga berarti 'seratan' yang
dalam bahasa Jawa berarti 'tulisan' (KEMENDAG, 2008).
Batik sebagai salah satu dari berbagai hasil kegiatan manusia yang
berbudaya dan hasil dari proses ide yang berwujud menjadi produk yang bisa saja
menyimpan suatu makna. Hal itu dapat tercermin pada motif-motif batik tradisional
yang masih dibuat oleh masyarakat. Seni kerajinan batik di dalam kebudayaan tentu
mempunyai arti bagi kehidupan masyarakat. Seni semacam ini bisa dinamakan
dengan seni yang bernilai sakral dan ada di beberapa domain seni, termasuk seni
rupa dan seni batik dengan motif tradisonal. (MASISWO, 2011).
3
4
suhu kamar. Adapun zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai batik
antara lain:
a. Zat Warna Reaktif
Remazol termasuk dalam jenis zat warna reaktif. Maksudnya adalah
dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga
mejadi bagian serat itu sendiri. Ditinjau dari segi teknis praktis
pewarnaan batik dengan remazol dapat digunakan secara pencelupan,
coletan maupun kuwasan. Zat warna ini mempunyai sifat antara lain:
larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan ketahanan luntur
yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut
pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan fiksasi
menggunakan Natrium Silikat.
b. Zat Warna Indigosol
Zat warna indigosol adalah jenis zat warna bejana yang larut dalam
air. Ketika kain dicelupkan kedalam air yang telah dicampur indigosol,
hanya akan timbul warna yang samar. Kain harus dioksidasi dengan zat
Natrium Nitrit (NaNO2) lalu dicelupkan ke dalam larutan HCl atau
H2SO4 untuk memunculkan warnanya. Warna yang dihasilkan
cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna
indigosol dipakai secara celupan maupun coletan.
c. Zat Warna Naftol
Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk
melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naftol
dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan naftol
(penaftolan). Pada pencelupan pertama ini belum diperoleh warna atau
warna belum timbul, kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan
dengan larutan garam diazonium akan diperoleh warna yang
dikehendaki. Kepekatan warna tergantung pada banyaknya naftol yang
diserap oleh serat.
d. Zat Warna Rapid
Zat warna ini adalah naftol yang telah dicampur dengan garam
diazonium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (kopling). Untuk
7
2.2 Limbah
dengan nilai pH < 7 adalah air yang bersifat asam, air dengan nilai pH 7
adalah air bersifat netral dan air dengan nilai pH > 7 adalah air bersifat basa.
Air yang memiliki nilai pH rendah atau asam dapat menimbulkan korosif
terhadap bahan-bahan kontruksi besi yang kontak dengan air.
4) Lemak dan Minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah
bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak
yang terdapat pada proses klasifikasi dan proses perebusan.
Berat jenis lemak dan minyak sangat kecil dibandingkan dengan
berat jenis air. Karena berat jenisnya lebih kecil dari air, maka minyak
tersebut berbentuk lapisan tipis dipermukaan air dan menutup permukaan
air dan mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk dalam air.
c. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam
senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang
membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa lain seperti
asam amino. Sebagai bahan organik mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Penyebab bau busuk pada suatu limbah
adalah dekomposisi dari zat-zat tersebut.
Karakteristik limbah cair batik terdiri dari parameter pH, TSS, BOD, COD,
Cr total dan minyak/lemak . Karaketristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Baku mutu yang digunakan mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah nomor 5 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Nilai baku mutu
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Lingkungan Limbah Cair Batik
Parameter Satuan BML
pH - 6,0-9,0
TSS mg/L 50
COD mg/L 150
BOD5 mg/L 60
Sulfida (sebagai S) mg/L 0,3
Ammonia Total (NH3-N) mg/L 8,0
Krom Total (Cr) mg/L 1,0
Minyak dan Lemak mg/L 3,0
Fenol Total mg/L 0,5
Sumber: PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH, 2012.
2) Suhu udara > 300C perlu menggunakan alat penata udara seperti air
conditioner (AC), kipas angin, dll.
3) Suhu udara luar < 180C perlu menggunakan alat pemanas ruang.
4) Kelembaban udara ruang kerja > 95% perlu menggunakan alat
dehumidifier.
5) Kelembaban udara ruang kerja < 65% perlu menggunakan
humidifier (misalnya: mesin pembentuk aerosol).
b. Debu
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar kandungan debu di dalam
udara ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu :
1) Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust enclosure).
2) Debu yang timbul akibat proses produksi untuk menangkapnya perlu
dipasang ventilasi lokal (local exhauster) yang dihubungkan dengan
cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter).
3) Ruang proses produksi dipasang ventilasi (memasukkan udara segar).
c. Pertukaran udara
Upaya- upaya yang perlu dilakukan agar pertukaran udara ruang
industri dapat berjalan dengan baik, yaitu :
1) Udara segar dimasukkan untuk mencapai persyaratan Nilai Ambang
Batas (NAB) dengan menggunakan ventilasi atau AC.
2) Kebutuhan suplai udara segar 10 L/orang/dt.
3) Saringan atau filter udara AC dibersihkan secara periodik sesuai
ketentuan pabrik.
d. Gas pencemar
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar kandungan gas pencemar
dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi konsentrasi maksimum,
yaitu :
1) Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan
local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.
2) Ruang proses produksi dilengkapi dengan alat penangkap gas.
3) Ruang produksi dilengkapi dengan suplai udara segar.
e. Mikroba
15
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5. Kebisingan
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan sebagai berikut:
a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari
kebisingan.
b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain:
meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
peninggian tembok, membuat bukit buatan dan lain-lain.
c. Rekayasa peralatan (engineering control).
6. Getaran
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar getaran tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan, yaitu:
a. Ruang kerja dilengkapi dengan peredam getar.
b. Sistem penahan getaran diperbaiki atau dipelihara dengan baik.
c. Getaran pada sumber dikurangi, misalnya dengan memberi bantalan pada
sumber getaran.
7. Radiasi
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar tidak ada radiasi yang mengganggu
kesehatan atau membahayakan, yaitu:
a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik.
b. Instalasi dirancang sesuai dengan peraturan.
c. Penyediaan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.
d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :
1) Lokasi perkantoran jauh atau tidak berada dibawah saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) atau saluran udara tegangan ekstra tinggi
(SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak
horizontal minimal 20 m.
2) Pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai
tempat kerja (20 kV).
17
8. Vektor Penyakit
a. Pengendalian secara fisika
1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang
biaknya vektor dan penyebab penyakit ke dalam ruang kerja dengan
memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
2) Kebersihan lingkungan perlu dijaga, sehingga tidak terjadi penumpukan
sampah dan sisa makanan.
3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.
4) Peniadaan tempat berkembang biak serangga dan tikus.
b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan,
pengasapan, memasang umpan dan membubuhkan desinfektan pada tempat
penampungan air bersih.
c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekuensi tinggi.
d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.
9. Ruang dan Bangunan
a. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan tidak
licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.
c. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang
selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
d. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m
dari lantai.
e. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6 kali luas lantai.
10. Toilet
a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari.
b. Toilet tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.
11. Instalasi
a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode
warna dan label.
18
b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara
jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat
estetika.
d. Jaringan instalasi tidak menjadi tempat berkembang biak serangga dan
tikus.
e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan.
f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standar desain yang
berlaku.
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu perlindungan untuk pekerja terhadap
pemerasan / eksploitasi tenaga kerja terhadap perusahaan. Serta
larangan-larangan memperkerjakan anak dibawah umur, pembatasan
melakukan pekerjaan bagi orang muda dan wanita, pengaturan
mengenai waktu kerja, waktu istirahat, cuti haid, bersalin dan keguguran
19
2.7 Fitoremediasi