Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Bahan dan alat dalam membatik

Kain putih atau kain mori


Pada awalnya kain yang digunakan adalah hasil tenunan sendiri pada abad
ke 19 mulai digunakan kain putih impor saat ini kain yang digunakan tidah
hanya kain mori tetapi juga kain sutra.

A. Kain Mori
Kain mori adalah kain yang berasal dari bahan kapas dan telah mengalami
proses pemutihan dan merupakan kain katun yang memiliki bermacam
kualitas.

Klasifikasi kain mori:

1. Kain mori primisima


yaitu kain yang berkualitas tinggi mempunyai serat benang yang
cukup rapat dengan ketebalan yang baik dan lembut. Biasanya dalam
bentuk gulungan ukuran 1,06 m dan panjang 15,5 m.
2. Kain mori prima
Kain mori ini memiliki kualitas sedang dengan benang yang sedikit kasar.
Kain mori prima juga banyak dimanfaatkan untuk pembuatan batik cap.

3. Kain Santyu
Katun santyu memiliki kualitas sedang/menengah karena harganya yang
lebih terjangkau banyak batik yang dibuat dengan kain santyu. Lebar kain
santyu biasanya lebih dari 110cm kadang ada yang 115cm tergantung
merk dan proses ketelannya.

4. Kain Samforis
Kain ini merupakan jenis baru yang digunakan untuk membatik, belum
terlalu banyak beredar di pasaran, kualitasnya sedikit lebih bagus
dibandingkan katun santyu.

5. Katun Sada
Merupakan katun dengan kualitas terendah dengan tekstur kasar dan
tipis, Jika digunakan untuk bahan pakaian atasan maka akan terasa
panas.
6. Kain Sutra
Kain sutra adalah kain dengan kualitas tinggi. Terbuat dari benang-
benang yang dihasilkan serat filament dari ulat sutra. Keistimewaan kain
ini adalah sangat nyaman dikenakan dengan teksturnya yang begitu
halus dan lembut. Tak pelak kain-kain atau pakaian batik yang
menggunakan kain sutera dibandrol dengan harga yang cukup tinggi.

7. Kain Dobi
Kain dobi atau Dobby Fabricdapat adalah jenis kain yang sering
digunakan pada pembuatan batik. Kain ini memiliki tekstur halus, bahkan
ada yang menyebutnya setengah sutra. Meskipun kelembutannya tak
sebaik kain sutra, namun kain dobi masih termasuk kualitas menengah ke
atas.

B. Lilin malam
Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat
dengan mudah lepas ketika proses pelorotan.
Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis berfungsi untuk
menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak
dikehendaki. Sedangkan bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi
lilin.

Beberapa jenis lilin malam antara lain:

1. Malan tembokan atau popokan


Jenis ini digunakan untuk menjaga agar kain yang bermotif dapat
dirintangi secara sempurna.
Ciri-cirinya sulit di cairkan dan cepat membeku, daya ikat yang kuat
sehingga cepat melekat pada kain, sulit untuk dilorod, tidak meninggalkan
bekas ketika selesai dilorod, berwarna coklat.

2. Malam Klowong
Fungsinya untuk menutupi ragam hias dan desain batik yang dilakukan
secara rengrengan dan nerusi (bolak balik di kedua sisi kain), kerangka
morif yang menggunakan lilin ini adalah isen isen seperti cecek, sawut, dll.
Ciri-cirinya : mudah encer dan mudah
membeku, dapat membuat garis motif yang tajam, mudah dilorod dan tidak
meninggalkan bekas ketika dilorod, lilin ini mudah hancur jika salah
memberikan perlakuan pada kain berwarna kuning pucat.
3. Lilin Tutupan
Fungsinya untuk menutupi warna motif tertentu yang dipertahankan pada
kain setelah dicelup atau dicolet, berwarna lebih coklat. Ciri-ciri : mudah cair
dan membeku mudah dilorot, daya lekat cukup kuat, tidah tahan terhadap
alkali.

 Bahan campuran lilin malam


Parafin, gondorukem, kote/lilin tawon, lemak binatan/kendalg, minyak
nabati, damar.

C. Pewarna Batik
Zat pewarna batik terbuat dari bahan alam maupun bahan sintetis (buatan).
a. Warna alami
Warna alam terbuat dari daun-daunan, umbi, akar, kulit kayu. Contoh
warna alam diantaranya adalah : kulit kayu mahoni, jelawe, secang,
tegeran, kayu nangka, hingga bahan jamu, pohon nila, dan daun tom.
Ps: kunyit, secang, kayu tangeran.

b. Warna sintetis
Warna sintetis terbuat dari bahan kimia. Warna sintetis
yang biasa digunakan untuk pembuatan batik antara lain Zat warna
indigosol, Zat warna Naphtol, warna rapide, zat warna reaktif.

a. Indigosol
o Zat warna indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-
warna yang
o lembut pada kain batik dipakai dengan teknik celup maupun colet
(kuas).
o Proses penggunaan zat warna indigosol juga hamper sama dengan
penggunaan Naphtol.
o Pencelupan dibutuhkan dua kali proses.
o Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk
membangkitkan warna.
o Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah
memasukkan kain
o yang telah diberi indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam
florida (HCI atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2)
b. Napthol
o Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan
dengan teknik celup.
o Terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol
dasar dan pembangkit warna.
o Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali
dalam proses
o pewarnaan, pada pencelupan pertama ini warna belum nampak
dalam kain, untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan
larutan garam diazonium sehingga akan memunculkan warna
sesuai yang diinginkan.
o Dalam pewarnaan batik zat ini digunakan untuk mendapatkan
warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara pencelupan.
o Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk
melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti
kostik soda.

c. Rapid
o Merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk
membatik dengan teknik colet. Terdiri dari campuran naphtol dan
garam diazonium yang distabilkan. Untuk membangkitkan warna
biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.

d. Remasol
o Merupakan zat warna sintetis yang biasa digunakan pada teknik
pewarnaan batik dengan teknik colet maupun teknik celup.
o Memiliki sifat yang mudah larut dalam air.
o Mempunyai warna yang brilliant dengan ketahanan luntur yang
baik.
o Serta memiliki daya afinitas yang rendah.

e. Zat warna reaktif


o Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan
langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat
tersebut.
o Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang
berbeda tergantung pabrik yang membuatnya.
o Salah satu yang saat ini sering digunakan untuk pewarnaan batik
adalah Remazol.
o Ditinjau dari segi teknis praktis pewarnaan batik dengan remazol
dapat digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan.
o Zat warna ini mempunyai sifat antara lain : larut dalam air,
mempunyai warna yang brilliant dengan ketahanan luntur yang
baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut
pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan fixasi
menggunakan Natrium silikat.

 Zat-zat pembantu dalam membatik :

1. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau
melarutkan lilin batik.
2. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel
(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan
lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat indigosol.
3. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau
sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
4. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain
sebelum di cap.
5. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna
indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.
6. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna
indigosol.
7. Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixer pewarna tumbuhan.
8. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan indigo.
9. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan
pada proses pengelupasan lilin.
10.Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga
mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.

A. Peralatan membatik
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan
mori sewaktu dibatik. Gawangan harus dibuat dari bahan kayu, atau
bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah
dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.

2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok
bandul adalah menahan mori yang sedang dibatik agar tidak mudah
tergeser tertiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja.
3. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil
cairan. Canting berbentuk semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai
tintanya.
Bentuk canting beraneka ragam, dari yang berujung satu hingga beberapa
ujung. Canting yang memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat
titik dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting yang berujung satu
berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan sebagainya.
a. Canting terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Pegangan canting terbuat dari babu (gagang)
2. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam (nyamplung)
3. Ujung yang berlubang sebagi ujung pena tempat keluarnya lilin
malam (cucuk/carat).

b. Jenis canting
a. Berdasarkan fungsinya dibedakan :
1. Canting reng-rengan (untuk membuat desain awal).
2. Canting isen (untuk mengisi bidang yang sudah dibuat polanya.

b. Berdasarkan ukurannya dibedakan :


1. Canting kecil.
2. Canting sedang.
3. Canting besar.

c. Berdasarkan jumlah caratnya dibedakan :


1. Canting Cecekan, bercucuk satu yang berfungsi untuk nyeceki
(membuat titik-ttik kecil). Proses nyeceki ini biasa digunakan
untuk isen yakni mengisi bidang kosong ataupun menghias pola
dengan titik-titik dalam batik .
2. Canting Loron, bercucuk dua yang difungsikan untuk membuat
garis sejajar dalam pola batik.

3. Canting Telon, bercucuk tiga yang berfungsi untuk isen


berbentuk titik segitiga sama sisi pada motif batik.

4. Canting Prapatan, bercucuk empat yang tersusun dengan rapi


berbentuk bujur sangkar. Canting prapatan ini biasanya
digunakan untuk membuat isen-isen berupa pola segi empat.

5. Canting liman, merupakan jenis canting tulis yang dilengkapi


dengan cucuk berjumlah lima. Kelima cucuk canting tersebut
biasanya disusun dalam bentuk bujur sangkar dengan satu titik
diletakkan di bagian tengah. Canting ini juga berfungsi untuk
membuat isen-isen.

6. Canting byok Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh


buah atau lebih dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil
yang terdiri dari titk-titik ; sebuah titik atau leboh, sesuai dengan
banyaknya cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok
biasanya bercucuk ganjil.

7. Canting renteng atau galaran Galaran berasal dari kata galar,


suatu alat tempat tidur terbuat dari bambu yang dicacah
membujur. Renteng adalah rangkaian sesuatu yang berjejer ; cara
merangkai dengan sistem tusuk. Canting galaran atau renteng
selalu bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya
paling banyak enam buah, tersusun dari bawah ke atas.

4. Wajan
Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan “malam”. Wajan
dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan berfungsi untuk menampung
lilin cair yang telah dipanaskan.
5. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin malam,
Kompor yang biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar
minyak.

6. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak
kotorannya. Sehingga tidak mengganggu jalannya “malam” pada cucuk
canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
7. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena
tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.

8. Sarung tangan
Digunakan untuk pelindung tangan pada saat proses pewarnaan.

9. Dandang besar
Digunakan untuk mencelup kain yang telah selesai dibatik dalam proses
pewarnaan dan pelarutan lilin.

10.Sterika
Digunakan untuk menghilangkan sisa lilin yang masih menempel denagn
cara menyetrika kain batik dengan kertas Koran diatasnya sehingga lilin
akan menempel ke kertas.

11.Dingklek
Dingklik digunakan pembuat batik untuk duduk saat mencanting motif
pada kain.

B. Pola Hias
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif
batik yang akan di buat. Ukuran pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang
panjangnya selebar mori. Pola B ialah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau
sepertiga panjang pola A. Gambar-gambar yang digunakan dalam membatik
biasanya menggunakan ragam hias.

Untuk karya seni batik tradisional selalu menggunakan ragam hias tertentu yang
telah lama diterapkan secara turun temurun sejak jaman dulu. Ragam hias
tersebut mempunyai makna atau simbolik tertentu. Namun saat ini sudah banyak
dijumpai eagam hias batik dengan pola kreasi yang lebih bebas.

 Pola Hias
Merupakan unsur dasar yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
mendesain sebuah hiasan. Motif Hias Merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar
dalam ragam hias, meliputi bentuk manusia, alam, tumbuhan dan hewan.
 Ragam Hias
Adalah bentuk susunan pola hias dari satu atau lebih motif hias dengan kaidah
estetik tertentu sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

Ragam hias dibedakan menjadi 3 :


a. Motif geometris
 Pola Swastika : menyerupai bentuk dasar huruf Z yang berlawanan
 Pola pilin : mempunyai bentuk dasar huruf S, atau SS untuk pilin ganda
 Pola meander : mempunyai bentuk dasar huruf T
 Pola kawung : ragam hias kawung yang mempunyai wujud menyerupai
buah aren yang dipotong melintang maka nampak empat biji aren
 Pola tumpal : ragam hias tradisional Nusantara yang mempunyai ciri
khas berbentuk dasar segitiga sama kaki
 Motif ceplokan : ragam hias yang terdiri atas satu motif serta sebuah
susun berulang-ulang.

Ps: 1. Pola swastika; 2. Pola pilin; 3. Pola meander; 4. Pola kawung; 5.


Pola tumpal; 6. Pola ceplokan.

b. Motif non geometris


Ps: 1. Motif manusia; 2. Motif tanaman; 3. Motif hewan

c. Motif benda mati

Ps: 1. Motif awan; 2. Motif air; 3. Motif alam

Anda mungkin juga menyukai