KRITIK KRIYA
SEMESTER GENAP/ GANJIL
Di susun Oleh
Nama :Vella Novelita
Nim :04200919
Kelas :2019 A/B
DOSEN PEMIMBING
NOFRIZAL
AHMAD BAHARUDINS. Sn. M. Sn
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus
dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong.
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak
mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak
sengaja.
3. Wajan
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja
atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan
diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
4. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti
dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain.
Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang
digunakan untuk membatik.
5. Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan
malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
6. Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak
kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam
pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang
sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu
digunakan untuk membatik.
7. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,
terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai
untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan
menggunakan bahan teflon.
8. Mori
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-
macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang
dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain
yang diinginkan.
Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut
diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu
adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar
mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan
berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah
menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain
mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan
konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman
dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
9. Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya
malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali
pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi
kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin)
biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan
mudah lepas ketika proses pelorodan.
11.Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa
tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau
mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh
dari warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan
teknologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.
1. Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan
mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian
dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak
atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori
dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya
serap terhadap zat warna lebih tinggi.
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya,
dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan
lapisan kain agar mudah dibatik.
3. Mbathik
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke
kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan
isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-
isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat
dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir
sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.
4. Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna
dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut
ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok
penahan.
5. Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara
berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
7. Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau
titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu
proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya,
ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
8. Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk
mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain
ke dalam campuran warna cokelat tersebut.
9. Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik
tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam
tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan
kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat,
kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering.
Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir
bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga
memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga
cukup tinggi.
Banyak jenis bahan kain yang digunakan dalam pembuatan batik pekalongan
seperti sutra, sunwash, dan yang paling populer tentunya bahan katun. Ada dua
bahan kain katun yang sering digunakan oleh perajin batik pekalongan, yang
pertama adalah kain katun primisima dengan kualitas terbaik dan kualitas
eksport, bahan yang kedua adalah katun prima, sama halnya dengan katun
primisima kain katun prima juga mudah menyerap keringat tidak panas saat di
pakai, katun prima inilah yang sering dipakai oleh perajin batik pekalongan,
meskipun kualitas katun prima dibawah katun primisima dalam kehulasannya
tetapi dengan harga yang relatif lebih murah katun prima menjadi pilihan para
perajin untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Karya kriya batik pekalongan memiliki berbagai macam motif yang mana ciri
khas dari batik pekalongan ini yaitu:
1. Memiliki Warna yang Cerah
Batik ini sendiri, mempunyai warna yang sangat cerah. Warna khas yang
dihasilkan dari batik Pekalongan memiliki warna batik pesisir yang cenderung
lebih terang dan cerah.
Dalam proses pewarnaan, baisannya yang dipakai para pengrajin batik
Pekalongan adalah warna jingga, merah muda, warna pink, salem, biru, hijau,
kuning, dan berbagai jenis warna yang sering kita jumpai di sekitar kita.
2. Motif Dipenuhi Garis dan Titik
Selain dari ciri khas kecerahan warna, pada motif batik Pekalongan rata-rata
didominasi bentuk motif garis dan juga titik pada setiap hasil kerajinan batik
masyarakat Pekalongan.
Pola bunga yang kecil-kecil yang akan diapit oleh motif garis dan juga titik,
sehingga tampilan motifnya terlihat lebih hidup atau nyata. Kain batik yang
digunakan juga dipenuhi sentuhan motif yang sangat ramai, semarak dan juga
cerah. Sehingga menambah daya tarik lebih pada batik Pekalongan.
3. Mayoritas Bermotif Bunga
Batik ini rata-rata adalah bermotif bunga, motif bunga yang dihasilkan pun
bermacam-macam. Tapi dari hasil keseluruhan motif bunga pada batik
Pekalongan berukuran kecil.
Dari ukuran motif bunga yang lebih kecil, membuat pemakai yang mempunyai
ukuran tubuh besar menjadi terlihat lebih langsing. Termasuk salah satu
keunggulan batik Pekalongan.
Motif jlamprang sendiri adalah motif titik dengan bentuk yang geometris. Titik
Tidak ketinggalan motif ini juga menggunakan warna yang cerah dan biasanya
menggabungkan satu warna dengan warna yang lainnya.
5. Memiliki Motif Khas Keturunan Tiongkok
Batik Pekalongan ini juga mempunyai Motif khas Tiongkok, motif batik
tiongkok biasanya pergambar seperti hewan-hewan yang populer di daerah
Tiongkok
Contohnya adalah motif bergambar burung phoenix atau juga biasanya
bermotif naga.
(interprestasi)
Berdasarkan motif karya kriya batik pekalongan memiliki enam macam jenis
motif batik yaitu:
1. Motif Batik Pekalongan Jlamprangan
Motif batik semen merupakan batik klasik dari daerah Pekalongan. Motif batik
semen tampilannya hampir sama dengan motif batik semen dari Jogja dan yang
lebih terkenal didaerah Solo. Perlu diketahui motif batik semen dari Pekalongan
ini mempunyai ciri yang berbeda, pada motif batik Pekalongan tidak terdapat
unsur cecak dan lebih didominasi oleh garis-garis dekoratif. Motif ini juga
biasanya berupa pola bergambar tentang daratan dengan tumbuh-tumbuhan dan
juga hewan-hewanan. Aslinya nama motif ini berasal dari nama Ramawijayana,
yang terdapat 8 nasihat di dalamnya, antara lain:
Motif liong dipengaruhi oleh etnis Tionghoa yang berada didaerah Jawa.
Mereka juga turut ikut berperan dalam perkembangan trend busana pada masa
lampau. Salah satu dari bentuk partisipasinya adalah dengan diciptakannya
motif batik liong. Dilihat dai segi pola, motif batik liong cenderung mengadopsi
wujud makhluk imaginir seperti ular naga.
5. Motif Batik Tujuh Rupa
Motif batik Pekalongan tujuh rupa ini merupakan motif yang cukup terkenal di
Pekalongan. Batik ini memiliki makna yang sangat dalam, sebab lewat motif
ini, para pembatik mengenalkan kekayaan alam khas dari daerahnya. Umumnya
gambar yang termuat di dalam motifnya adalah tumbuh-tumbuhan, sebagian
juga ada yang dilengkapi dengan hewan. Motif ini memiliki ciri berupa
perpaduan warna yang beragam dan terlihat sangat rame tapi elegan.
6. Motif Batik Terang Bulan
Motif batik terang bulan ini memiliki motif flora dan fauna yang terdapat pada
dua sisi kain yang menyiku. Motif ini juga cukup terkenal di kalangan
masyarakat Pekalongan. Sebab dari bentuk motifnya sendiri menggambarkan
terangnya cahaya bulan. Pada umumnya motif batik Pekalongan terang bulan
ini merempresentasikan suasana ketika bulan purnama.
(penilaian / asessmen)
Berdasarkan karya kriya yang saya pilih ini yakni batik pekalongan memiliki
nilai yang sangat baik dalam aspek fungsi ataupun keindahan, yang mana dalam
aspek fungsi ini sangat banyak sekali kegunaanya baik itu sebagai busana
misalnya (baju, kerudung, sarung dan lain lainya, ataupun sebagai bahan
kerajinan misalnya: taplak meja, seprei, gorden, hiasan dinding dan sebagainya.
Karya kriya batik pekalongan ini selain memiliki nilai keindahan dan
fungsionalnya juga memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat dijadikan
suatu bahan usaha yang banyak dicari kalangan masyarakat.
Maka dari itu karya kriya batik pekalongan sangat memiliki nilai – nilai yang
memiliki keuntugan dalam membuat karya kriya ini.