Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KRITIK KRIYA
SEMESTER GENAP/ GANJIL

Di susun Oleh
Nama :Vella Novelita
Nim :04200919
Kelas :2019 A/B

DOSEN PEMIMBING

NOFRIZAL
AHMAD BAHARUDINS. Sn. M. Sn

Kementenrian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi


Institut Seni Indonesia Padang Panjang
Fakultas seni rupa dan desain
Progam studi kriya seni
2021 / 2022
BATIK PEKALONGAN

Deskripsi karya kriya:


Batik pekalongan memiliki fungsi yakni Sebagai bahan untuk busana, batik
adalah sesuatu yang khas di seluruh dunia, selain cara pembuatan yang unik dan
coraknya pun banyak sekali, selain itu batik juga digunakan dalam upacara
ataupun hari penting. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan
masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing
corak memiliki perlambangan masing-masing.
Bahan Pembuatan Batik Pekalongan

Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari


peralatan dan cara mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu
kerja yang bersifat tradisional.

1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus
dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.

2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong.
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak
mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak
sengaja.

3. Wajan
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja
atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan
diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.

4. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti
dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain.
Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang
digunakan untuk membatik.
5. Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan
malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.

6. Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak
kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam
pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang
sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu
digunakan untuk membatik.

Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena


kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan
semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.

7. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,
terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai
untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan
menggunakan bahan teflon.

8. Mori
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-
macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang
dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain
yang diinginkan.

Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut
diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu
adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.

Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar
mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan
berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.

Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah
menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain
mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan
konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman
dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
9. Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya
malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali
pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi
kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin)
biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan
mudah lepas ketika proses pelorodan.

10.Dhingklik (Tempat Duduk)


Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya
terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat
dengan mudah dibeli di toko-toko.

11.Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa
tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau
mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh
dari warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan
teknologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.

Tata Cara Pembuatan Batik Pekalongan


Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir.
Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-
beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama termasuk di Pekalongan ini,
yaitu:

1. Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan
mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian
dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak
atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori
dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya
serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya,
dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan
lapisan kain agar mudah dibatik.

2. Nyorek atau Memola


Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain
mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan
ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak
sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di
atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun
agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna,
maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini
disebut ganggang.

3. Mbathik
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke
kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan
isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-
isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat
dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir
sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4. Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna
dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut
ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok
penahan.

5. Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara
berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6. Ngerok dan Mbirah


Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan
lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain
diangin-anginkan.

7. Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau
titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu
proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya,
ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.

8. Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk
mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain
ke dalam campuran warna cokelat tersebut.

9.    Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik
tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam
tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan
kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat,
kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering.
Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir
bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga
memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga
cukup tinggi.

Analisis karya kriya:


(Analisis formal)

Bahan Kain Batik Pekalongan

Banyak jenis bahan kain yang digunakan dalam pembuatan batik pekalongan
seperti sutra, sunwash, dan yang paling populer tentunya bahan katun. Ada dua
bahan kain katun yang sering digunakan oleh perajin batik pekalongan, yang
pertama adalah kain katun primisima dengan kualitas terbaik dan kualitas
eksport, bahan yang kedua adalah katun prima, sama halnya dengan katun
primisima kain katun prima juga mudah menyerap keringat tidak panas saat di
pakai, katun prima inilah yang sering dipakai oleh perajin batik pekalongan,
meskipun kualitas katun prima dibawah katun primisima dalam kehulasannya
tetapi dengan harga yang relatif lebih murah katun prima menjadi pilihan para
perajin untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Karya kriya batik pekalongan memiliki berbagai macam motif yang mana ciri
khas dari batik pekalongan ini yaitu:
1. Memiliki Warna yang Cerah

Batik ini sendiri, mempunyai warna yang sangat cerah. Warna khas yang
dihasilkan dari batik Pekalongan memiliki warna batik pesisir yang cenderung
lebih terang dan cerah.
Dalam proses pewarnaan, baisannya yang dipakai para pengrajin batik
Pekalongan adalah warna jingga, merah muda, warna pink, salem, biru, hijau,
kuning, dan berbagai jenis warna yang sering kita jumpai di sekitar kita.
2. Motif Dipenuhi Garis dan Titik

Selain dari ciri khas kecerahan warna, pada motif batik Pekalongan rata-rata
didominasi bentuk motif garis dan juga titik pada setiap hasil kerajinan batik
masyarakat Pekalongan.

Pola bunga yang kecil-kecil yang akan diapit oleh motif garis dan juga titik,
sehingga tampilan motifnya terlihat lebih hidup atau nyata. Kain batik yang
digunakan juga dipenuhi sentuhan motif yang sangat ramai, semarak dan juga
cerah. Sehingga menambah daya tarik lebih pada batik Pekalongan.
3. Mayoritas Bermotif Bunga

Batik ini rata-rata adalah bermotif bunga, motif bunga yang dihasilkan pun
bermacam-macam. Tapi dari hasil keseluruhan motif bunga pada batik
Pekalongan berukuran kecil.

Dari ukuran motif bunga yang lebih kecil, membuat pemakai yang mempunyai
ukuran tubuh besar menjadi terlihat lebih langsing. Termasuk salah satu
keunggulan batik Pekalongan.

4. Memiliki Motif Jlamprang

Motif jlamprang sendiri adalah motif titik dengan bentuk yang geometris. Titik

Tidak ketinggalan motif ini juga menggunakan warna yang cerah dan biasanya
menggabungkan satu warna dengan warna yang lainnya.
5. Memiliki Motif Khas Keturunan Tiongkok

Batik Pekalongan ini juga mempunyai Motif khas Tiongkok, motif batik
tiongkok biasanya pergambar seperti hewan-hewan yang populer di daerah
Tiongkok
Contohnya adalah motif bergambar burung phoenix atau juga biasanya
bermotif naga.

(interprestasi)
Berdasarkan motif karya kriya batik pekalongan memiliki enam macam jenis
motif batik yaitu:
1. Motif Batik Pekalongan Jlamprangan

Motif jlamprangan adalah motif batik Pekalongan yang dipengaruhi oleh


budaya islam, karena didalam islam dilarang menggambar makhluk hidup
atau setiap makhluk yang bernyawa. Sebab dari itu motif jlamprangan terdiri
dari titik, kotak, lingkaran, dan bentuk-bentuk yang tak bernyawa lainya.
Selain dari pengaruh budaya, batik jlamprang tidak ketinggalan dari warna
khas batik Pekalongan yang cenderung cerah. Walaupun pada motif ini
hanya titik-titik atau bentuk dasar yang geometris, namun pola yang
dihasilkan mempunyai makna yang mendalam. Motif jlamprangan bisa
dikatakan yang paling terkenal, karena motif yang satu ini mudah dibuat,
motif ini juga menjadi ikon motif batik bagi kota Pekalongan karena
memang motif ini sudah sangat terkenal di wilayah Indonesia.
2. Motif Batik Semen

Motif batik semen merupakan batik klasik dari daerah Pekalongan. Motif batik
semen tampilannya hampir sama dengan motif batik semen dari Jogja dan yang
lebih terkenal didaerah Solo. Perlu diketahui motif batik semen dari Pekalongan
ini mempunyai ciri yang berbeda, pada motif batik Pekalongan tidak terdapat
unsur cecak dan lebih didominasi oleh garis-garis dekoratif. Motif ini juga
biasanya berupa pola bergambar tentang daratan dengan tumbuh-tumbuhan dan
juga hewan-hewanan. Aslinya nama motif ini berasal dari nama Ramawijayana,
yang terdapat 8 nasihat di dalamnya, antara lain:

1. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung.


2. Dhanababrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada
bawahan. Dilambangkan dengan ornamen bintang.
3. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan
dengan ornamen lidah api.
4. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan.
Dilambangkan dengan kapal air.
5. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan dan
memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan ornamen
binatang.
6. Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan
dengan garuda.
7. Endarbrata, yaitu pemberi kemakmuran dan pelindung dunia.
Dilambangkan dengan pohon hayat.
8. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan
dengan awan atau meru (gunung).

3. Motif Batik Sawat

Nama sawat sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yang artinya melempar.


Sebagian orang Jawa percaya pada segala kekuatan para dewa dapat
mengendalikan alam semesta. Salah satunya adalah batara Indra, dewa yang
mempunyai senjata thathit, orang Jawa menyebutnya kilat atau petir
dengan bledek. Senjata yang digunakan dengan cara dilemparkan, senjata ini
agak serupa dengan bentuk ular yang mempunyai taring atau gigi yang
tajam. Batik motif ini benar-benar berkembang pesat di pasaran, karena
makna yang terkandung juga berarti dapat melindungi, karena ini adalah
simbol senjata dari salah satu dewa.

4. Motif Batik Liong

Motif liong dipengaruhi oleh etnis Tionghoa yang berada didaerah Jawa.
Mereka juga turut ikut berperan dalam perkembangan trend busana pada masa
lampau. Salah satu dari bentuk partisipasinya adalah dengan diciptakannya
motif batik liong. Dilihat dai segi pola, motif batik liong cenderung mengadopsi
wujud makhluk imaginir seperti ular naga.
5. Motif Batik Tujuh Rupa
Motif batik Pekalongan tujuh rupa ini merupakan motif yang cukup terkenal di
Pekalongan. Batik ini memiliki makna yang sangat dalam, sebab lewat motif
ini, para pembatik mengenalkan kekayaan alam khas dari daerahnya. Umumnya
gambar yang termuat di dalam motifnya adalah tumbuh-tumbuhan, sebagian
juga ada yang dilengkapi dengan hewan. Motif ini memiliki ciri berupa
perpaduan warna yang beragam dan terlihat sangat rame tapi elegan.
6. Motif Batik Terang Bulan

Motif batik terang bulan ini memiliki motif flora dan fauna yang terdapat pada
dua sisi kain yang menyiku. Motif ini juga cukup terkenal di kalangan
masyarakat Pekalongan. Sebab dari bentuk motifnya sendiri menggambarkan
terangnya cahaya bulan. Pada umumnya motif batik Pekalongan terang bulan
ini merempresentasikan suasana ketika bulan purnama.
(penilaian / asessmen)
Berdasarkan karya kriya yang saya pilih ini yakni batik pekalongan memiliki
nilai yang sangat baik dalam aspek fungsi ataupun keindahan, yang mana dalam
aspek fungsi ini sangat banyak sekali kegunaanya baik itu sebagai busana
misalnya (baju, kerudung, sarung dan lain lainya, ataupun sebagai bahan
kerajinan misalnya: taplak meja, seprei, gorden, hiasan dinding dan sebagainya.
Karya kriya batik pekalongan ini selain memiliki nilai keindahan dan
fungsionalnya juga memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat dijadikan
suatu bahan usaha yang banyak dicari kalangan masyarakat.
Maka dari itu karya kriya batik pekalongan sangat memiliki nilai – nilai yang
memiliki keuntugan dalam membuat karya kriya ini.

Anda mungkin juga menyukai