Anda di halaman 1dari 5

MEMBATIK

Secara teknik, prinsip dasar membatik adalah menutup permukaan kain dengan
menggunakan lilin atau malam untuk menghalangi terserapnya pewarna ke dalam serat kain.
Wujud kain batik yang sering temui dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada gambar yang
menjadi identitas. Gambar tersebut sering disebut dengan pola batik. Pola gambar pada kain
batik dapat diperoleh dari ragam hias yang dikembangkan melalui benda alam yang distilasi.
Jenis ragam hias yang digunakan untuk pola batik bermacam-macam, yaitu pola geometris,
naturalis, dan benda mati. Pola geometris mencakup pilin, meander, tumpah kawung, dan
SWastikaSementara itu, pola naturalis mencakup manusia, binatang dan tumbuhan. Terdapat
juga pola benda alam, seperti air, 513i; batu, awan, bulan, matahari, dan perahu.
Bahan dan alat Bahan batik adalah material yang digunakan untuk membatik antara
lain sebagai berikut.
1) Kain
Adapun jenis kain yang dapat digunakan adalah kain yang berbahan dasar katun,
seperti kain mori, kain katun primisima, dan kain sutra. Mori memiliki bermacam-
macam tingkat kehalusan. Jenisnya pun bermacam-macam. Kualitas mori
menentukan baik-buruknya kain batik yang dihasilkan, demikian juga dengan jenis
sutra dan primisima.
2) Lilin atau malam
Lilin berfungsi untuk menutup permukaan kain. Kualitas lilin yang digunakan
untuk membatik dapat berpengaruh terhadap daya serap pewarna kain batik.
Terdapat dua kebutuhan lilin dalam membatik, yaitu lilin klowong untuk membuat
garis dan lilin tembok (blok) untuk membuat blok atau menutup bagian warna yang
tidak dikehendaki.
3) Pewarna
4) Pewarna yang digunakan untuk membatik dapat diperoleh dari alam atau buatan
pabrik. Pewarna yang diperoleh dari alam dapat diambil dari daun-daunan, buah-
buahan, batang kayu, atau akar-akaran tumbuhan. Sementara itu, pewarna buatan
atau sintetis meliputi napthol, indigosol, dan remasol. Zat warna batik sintetis harus
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut.
a. Pewarnaan tidak menggunakan cara panas karena panas akan melelehkan lilin
yang telah ditorehkan pada kain.
b. Hasil warna tidak luntur dan tahan pada lorodan, yaitu perebusan pada air
mendidih.
c. Obat-obat bantu pada proses pewarnaan tidak menimbulkan kerusakan pada
lilin batik.

Adapun perlengkapan atau peralatan yang biasa cligunakan untuk membatik adalah
canting, cap, kuas, wajan dan kompon gawangan, dandang, dan sarung tangan.
1) Canting
Canting merupakan alat pokok untuk membatik. Fungsi canting adalah mewadahi lilin
yang dituangkan untuk membuat gambar dan pola batik yang dikehendaki. Canting
terbuat dari bahan tembaga yang dipasangkan dengan bambu sebagai tangkainya.
Struktur canting terdiri atas tangkai, badan canting, dan carat (cucuk). Tangkai bambu
adalah bagian yang dipegang; badan canting berfungsi untuk memuat cairan lilin; dan
carat merupakan jalan keluar cairan lilin.
Jenis canting menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu canting reng-
rengan dan canting isen. Canting rengrengan berfungsi sebagai pembentuk pola batik,
sedangkan canting isen berfungsi sebagai pengisi bidang kosong pada pola batik.
Berdasarkan besar kecilnya carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu canting
kecil, sedang, dan besar. Menurut jumlah carat, canting dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Canting cecekan (bercarat satu atau tunggal kecil), digunakan untuk
membuat titik-titik kecil (nyeceki).
b. Canting loron (bercarat dua berjajar atas dan bawah), digunakan untuk
membuat garis rangkap.
c. Canting telon (bercarat tiga dengan susunan berbentuk segitiga),
digunakan untuk membentuk segitiga sebagai pengisi bidang.
d. Canting prapatan (bercarat empat), digunakan untuk membuat empat buah
titik yang berbentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.
e. Canting liman (bercarat lima), digunakan untuk membentuk bujursangkar
kecil yang dibentuk oleh empat buah titik dan sebuah titik di tengahnya.
f. Canting byok (bercarat tujuh buah atau lebih, biasanya ganjil), digunakan
untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri atas titik-titik.g) Canting
renteng atau gelaran (berurat genap empat atau lebuh. biasanya paling
banyak enam buah taut, yang tersusun dari bawah ke atas)
2) Cap
Cap merupakan alat membatik yang sudah membentuk pola gambar. Fungsi cap sama
dengan canting, ya tu sebagai pembentuk pola batik dengan cairan lilin Namun. cap
membentuk gambar secara terpola sehingga gambar yang dihasilkan selalu sama.
Bentuk cap sangat bervariasi esuai dengan bentuk pola gambarnya.
3) Wajan dan Kompor
Adapun fungsi dari wajan adalah sebagai wadah tempat malam dipanaskan, sedangkan
kompor berfungsi sebagai pemanas.

4) Gawangan atau pembidang


Gawangan merupakan alat yang digunakan untuk membantu membentangkan kain
yang akan dibatik. (Sawangan berbentuk seperti jemuran pakaian yang mudah
diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Namun. jika media yang digunakan untuk
membatik tidak besar. gawangan dapat diganti dengan pcmbldang yang biasanya
digunakan untuk merentangkan bahan kain ketika ingin menyulam.
5) Dandang
Fungsi dandang adalah sebagai kuali besar tempat melorod kain batik.
6) Sarung Tangan
Fungsi sarung tangan adalah untuk melindungi tangan dari pewarna pada saat
pencelupan kain batik dalam proses pewarnaan.
7) Kuas
8) Fungsi kuas adalah sebagai alat bantu untuk mempercepat penutupan bidang gambar
yang luas, yang akan memakan waktu lama jika dikerjakan dengan canting. Selain itu,
kuas juga dapat digunakan untuk menggambar cairan lilin dengan pola yang lebih
bebas dan ekspresif.

TEKNIK DAN PROSES MEMBATIK

Membatik adalah menggambar pada kain dengan bahan lilin yang dipanaskan dengan
alat canting, kuas atau cap, kemudian dicelupkan pada pewarna atau yang dikenal dengan
teknik tutup-celup. Teknik ini bertujuan menutup dengan bahan lilin dan mencelup dengan
bahan pewarna. Teknik berkarya batik dapat dijelaskan melalui langkah-langkah persiapan
dan proses berikut.
1. Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan dalam berkarya batik mencakup dua hal, yaitu gambar
pola batik dan bahan alat batik. Menyiapkan gambar pola batik dapat dilakukan dengan
cara menggambar pola batik yang dikehendaki pada kertas gambar atau langsung pada
kain. Menyiapkan bahan dan alat batik dapat dilakukan sendiri dengan menyalakan
kompor minyak, kemudian menaruh wajan di atas kompor beserta lilinnya. Sambil
menunggu lilin mencair, dapat menyiapkan canting dan gawangan di dekat tempat
membatik.
2. Menggambar Pola
Menggambar pola (nyorek) atau gambaran pertama dengan lilin cair di atas kain. Pada
tahap lnl si pembatik yang duduk di atas bangku kecil atau bersila di muka gawangannya.
menyendok lilin cair dan wajannya dengan canting lalu mulai membuat garis-garis atau
titik-titik sesuai dengan pola yang dikehendakinya. dengan posisi canting harus tepat,
tidak boleh terlalu miring atau terlalu tegak.
3. Nembok
Nembok atau pekerjaan menutupi bagian-bagian yang tidak boleh kena warna dasar.
Bagian kain yang tidak boleh terkena wama dasar, ditutup dengan lapisan lilin tebal yang
seolah-olah merupakan tembok penahan, itulah sebabnya pekerjaan ini dinamakan
menembak, dikarenakan juga dikerjakan pada bagian sebelah dalam kain. Penembokan
adalah tahap penting dalam pembuatan kain batik, karena apabila lapisan kurang kuat,
warna dapat menembus dan akan merusak seluruh kain atau warna yang telah
direncanakan. Selesai menembok maka kain siap untuk tahap yang berikut yaitu
pencelupan pertama mendapat warna dasar.

4. Pencelupan Warna
Pemberian warna sesuai dengan warna yang dikehendaki oleh pembatik. Mewarnai
dalam membatik tradisional dengan cara dicelupkan.
5. Ngerok (nglorod)
Pekerjaan ini maksudnya untuk membuang lilin penutup. Caranya ialah dengan
memasukkan kain ke dalam air yang mendidih, sehingga lilin cair kembali atau dengan
jalan mengerik atau mengerok dengan alat cawuk yang dibuat dari plat seng. Cara
pembuatan lilin dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih adalah lebih baik dari
mengerok.

POLA BATIK

Pembagian atau penggolongan pola-pola batik bukanlah pekerjaan yang mudah, oleh
karena itu setiap hasil yang diperoleh akan selalu bersifat garis besar. Pola batik dapat dibagi
menjadi dua yaitu: pola geometris dan pola non-geometris.
Pola Geometri
1. Pola Banji
Pola Banji termasuk salah satu pola batik yang tertua, berupa silang yang diberi
tambahan garis-garis pada ujungnya dengan gaya melingkar kekanan atau kekiri.
Motif yang seperti ini terkenal di berbagai kebudayaan kuno di dunia ini dan sering
disebut swastika. Di Nusantara pola ini tidak terbatas pada seni batik saja, tetapi dapat
dijumpai pula sebagai hiasan benda-benda lain yang tersebar dibanyak pulau.
Nama “Banji” berasal dari kata-kata Tionghoa “Ban’ berarti sepuluh, dan “Dzi” yang
artinya ribu, perlambang murah rejeki atau kebahagiaan Yang berlipat ganda. Melihat
atau mendengar nama ini, maka dapat diperkirakan bahwa pola banji masuk ke dalam
seni batik sebagai akibat pengaruh kebudayaan Tionghoa.
2. Pola caplak atau ceplokan
Pola yang sangat digemari, terdiri atas garis-garis yang membentuk persegi-persegi,
lingkaran-lingkaran, jajaran genjang, binatang-binatang atau bentuk-bentuk lain
persegi banyak. Bila diteliti benar-benar maka terlihat bahwa pola ceplok ini berupa
stiliring atau abstraksi berbagai benda, misalnya saja bunga-bunga kuncup, belahan-
belahan buah. bahkan binatang-binatang. Itulah sebabnya banyak diantara motif-motif
ini memakai nama kembang atau binatang. Selain sangat digemari pola ini juga sangat
tua usianya, hal ini terlihat pada beberapa peninggalan candi terdapat hiasan-hiasan
yang menyerupai atau mengingatkan kita pada pola ceplak ini. Dalam golongan pola
ceplokan ini dapat juga dimasukkan pola yang lazim dikenal dengan nama pola
ganggang. Berbagai-bagai tafsiran para ahli mengenai asal-usul pola ini.
3. Pola kawung
Pola kawungan bermacam-macam ragamnya, berbeda menurut besarkecilnya ukuran
yang dipakai, sangast digemari di kalangan Kraton Yogyakarta tempat ia pernah
menjadi pola larangan, artinya yang dalam bentuk murninya hanya boleh dipakai oleh
Sri Sultan serta keluarganya yang terdekat.
4. Pola nitik
Dari nama pola ini orang akan mendapat kesan sifat atau rupanya, yaitu titik-titik atau
garis-garis pendek yang tersusun secara geometris, membentuk pola yang meniru
tenunan atau anyaman. Mereka yang mencari asal-usul teknik batik pada tetesan atau
titik-titik lilin (kata tik), menganggap pola ini sebagai pola yang tertua. Diantara
sekian banyak pola nitik, yang terkenal ialah pola Cakar Ayam dan Tirtateja.
5. Pola garis miring
Merupakan pola yang susunannya miring atau diagonal secara tegas. Ada dua macam
pola yang termasuk golongan ini yaitu pola parang dan lereng. Pola yang paling
terkenal serta digemari diantara pola garis miring ini adalah pola parang. Adapun
tanda atau ciri pola parang ini ialah lajur-lajur yang terbentuk oleh garis-garis miring
yang sejajar berisikan garis-garis pengisi tegak, dan setiap lajur terpisah dari yang
lain oleh deretan ornamen yang bergaya miring juga, dinamakan mlinjon. Kata
mlinjon dipakai disini oleh karena motif pemisah tadi berbentuk jajaran genjang kecil,
menyerupai buah mlinjo. Pola batik garis miring yang pali terkenal adalah Parang
rusak.

Pola Non-Geometris

Pembuatan poIa-pola non-geometris ini tidak terbatas karena si pencipta. Pola tidak
begitu terikat oleh ukuran atau gaya-gaya tertentu. Walaupun demikian akan terlihat bahwa
tradisi masih memegang peranan yang penting mengenai tata susunan pola.
Pola Semen Semen berasal dari kata “semi+an” yang berarti kuncup-kuncup, daun dan
bunga-bunga. Untuk memberi pegangan dalam membedakan sekian banyak macam pola
semen, para penyelidik batik membuat pembagian berdasarkan beberapa persamaan yang
terlihat, yaitu :
- Pola semen yang hanya terdiri atas kuncup daun-daunan . serta bunga-bunga (misalnya
: pola pisang Bali, kepetan).
- Pola semen yang terdiri atas kuncup-kuncup, daun serta bunga-bungaan dikombinasikan
dengan motif binatang (misalnya: pakis, peksi, endol-endol, merak kesimpir).

Anda mungkin juga menyukai