Anda di halaman 1dari 10

NAMA : NURUL ILMI

KELAS : X IPA 2

ALAT DALAM PEMBUATAN BATIK


1. Gawangan
Gawangan adalah alat bantu untuk membatik, dengan bentuk
seperti gawang dengan dua kaki, kanan dan kiri yang berfungsi
untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu
dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah,
tetapi harus kuat dan ringan.
2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi.
Fungsi utama bandul adalah untuk menahan kain putih (mori) di
mana batik sedang dibuat agar tidak bergerak ditiup angin, atau
tarikan si pembantik secara tidak sengaja.Tapi tanpa bandul,
pembuatan batik dapat dilakukan.
3. Canting
Canting merupakan alat utama yang digunakan untuk Canting
adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil
cairan malam yang digunakan untuk membuat motif batik dengan
menorehkan  malam (lilin batik) di atas kain,. Bentuk canting
beraneka ragam, dari yang berujung satu hingga beberapa ujung.
Canting terbagi menjadi 3 bagian yaitu cucuk/carat, nyamplung,
dan gagang.
a. Cucuk atau carat
Cucuk atau carat sendiri berbentuk seperti pipa melengkung yang terletak pada
bagian paling depan pada canting. Fungsi dari carat adalah seperti ujung mata pena
atau sebagai jalan keluarnya cairan lilin batik atau malam. Cara untuk memudahkan
keluarnya cairan lilin agar bisa lancar, sebaiknya ujung dari carat ditiup terlebih
dulu untuk mendinginkan suhu panas pada malam sebelum di gunakan untuk
membatik.
b. Nyamplung
Nyamplungan pada canting rata-rata bentuknya oval agak pipih, merupakan badan
utama dari sebuah canting batik. Fungsi dari nyamplungan adalah untuk mengambil
juga menampung lilin panas dari wajan. Disebut nyamplungan karena bentuk dan
besarnya mirip seperti buah yang bernama nyamplungan. Karena orang dulu
memberi nama suatu benda sering di sama-samakan dengan apa yang mirip dengan
hal tersebut.
c. Gagang
Pada dasarnya gagang atau tangkai canting batik terbuat dari bambu (bisa juga
terbuat dari kayu). Terletak di bagian belakang dari canting, berfungsi sebagai
pegangan ketika membatik. Dalam hal ini menggunakan kayu agar tidak terlalu
panas atau menghambat panas ketika di pegang. Jika menggunakan besi pasti akan
menghantarkan panas lebih cepat. Karena sifat dari besi itu mudah panas, atau
cepat menghantarkan panas. Begitu juga ketika memakai plastik, maka akan leleh
ketika tidak kuat menahan panas yang dihasilkan dari cairan lilin yang sudah
dicairkan.
Canting terdiri dari beberapa jenis. Contohnya :

 Canting Cecekan, bercucuk satu yang berfungsi untuk nyeceki (membuat titik-ttik
kecil). Proses nyeceki ini biasa digunakan untuk isen yakni mengisi bidang kosong
ataupun menghias pola dengan titik-titik dalam batik .
 Canting Loron, bercucuk dua yang difungsikan untuk membuat garis sejajar dalam
pola batik.
 Canting Telon, bercucuk tiga yang berfungsi untuk isen berbentuk titik segitiga
sama sisi pada motif batik.
 Canting Prapatan, bercucuk empat yang berfungsi untuk isen berbentuk segi
empat sama sisi.
 Canting Liman, memiliki cucuk lima yang juga berfungsi sebagai isen. Berbentuk
segi empat sama sisi dengan satu titik di tengahnya.
 Canting Byok, memiliki cucuk ganjil berjumlah tujuh cucuk atau lebih yang
berfungsi untuk membentuk lingkaran dari titik-titik dengan satu titik di tengahnya.
 Canting Renteng atau Galaran, memiliki cucuk genap empat atau enam yang
disusun secara berderet/sejajar.

4. Wajan dan kompor

Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan


“malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat.
Sedangkan kompor adalah alat untuk membuat api untuk
memanaskan lilin malam. Kompor yang biasa digunakanadalah
kompor dengan bahan bakar minyak.

5. Saringan malam

Saringan malam ialah alat untuk menyaring “malam” panas


yang banyak kotorannya. sehingga tidak mengganggu jalannya
“malam” pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk
membatik

6. Taplak

Taplak merupakan selembar kain yang digunakan sebagai alas


saat membatik. Alat untuk membatik yang satu ini
ditempatkan  diantara paha dan kain batik agar tidak
mengotori pembatik. Juga untuk membantu untuk
meminimkan cairan batik yang tercecer.

7. Sarung Tangan

Sarung tangan ini dapat dipakai untuk proses


pewarnaan membatik, untuk melindungi tangan kita agar tidak
terkena warna waktu proses pencelupan di larutan Naptol &
Garam.
8. Dandang Besar

Dandang besar berguna untuk proses pelarutan lilin yang


melekat pada kain dengan meredam dan mendidihkan air
serta diberi soda abu. Selain itu, digunakan untuk mencelup
kain yang telah selesai dibatik dalam proses pewarnaan dan
pelarutan lilin.

9. Setrika

Setrika digunakan untuk menghilangkan sisa lilin yang masih


menempel dengan cara menyetrika kain batik dengan kertas
koran diatasnya sehingga lilin akan menempel ke kertas

10. Kipas atau tepas

Kipas tidak digunakan jika menggunakan kompor api. Fungsi


lainnya dari tepas adalah alat untuk membuat api semakin
besar tergantung pada kebutuhan. Tepas ini terbuat dari
bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Pada dasarnya tepas
dan ilir adalah sama, hanya bentuknya yang berbeda. Tepas bentuknya persegi dan
menunjuk ke salah satu lebar dan pegangan di bagian runcing. Alat ini sebagai penunjang
saja untuk proses pembatikan, agar pembatik lebih maksimal ketika melakukan
pembatikan batik tulis.

11. Dingklek

Kursi kecil atau dingklik berfungsi sebagai tempat duduk


para pengrajin batik saat melakukan proses batik tulis. Kursi
kecil ini dapat dibuat dari bahan plastik atau kayu. Namun
untuk ukuran tinggi pada dingklik ini menyesuaikan dengan
tinggi pengrajin batik. Tujuannya untuk mendapatkan kenyamanan sang pengrajin batik,
didalam proses membatik atau melukis kain mori dengan lilin batik berlangsung. Proses
membatik tulis ini berbeda dengan batik cap.

12. Kemplongan atau meja kayu

Dalam proses batik-membatik meja kayu digunakan sebagai


alas untuk menggambar pola motif pada kain batik. Selain itu 
fungsi meja ini juga dapat digunakan untuk meluruskan atau
meratakan permukaan kain yang kusut sebelum proses batik
membatik dilakukan. Kemplongan terbuat dari kayu yang
bentuknya sama seperti meja. Kemplongan ini terdiri dari kayu, penggilas kayu dan palu.

POLA HIAS DALAM PEMBUATAN BATIK

1. Pola Hias
Pola hias ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu
sebagaicontoh motif batik yang akan dibuat. Ukuran pola ada
dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya selebar mori.
Pola B ialah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau
sepertiga panjang pola A. Gambar-gambar yang digunakan
dalam membatik biasanya menggunakan ragam hias. Untuk
karya seni batik tradisional selalu menggunakan ragam hias
tertentu yang telah lama diterapkan secara turun-temurun sejak jaman dulu. Ragam hias
tersebut mempunyai makna atau simbolik tertentu. Namun saat ini sudah banyak dijumpai
ragam hias batik dengan pola kreasi yang lebih bebas.
2. Motif Hias
Motif Hias adalah bentuk dasar hiasan yang umumnya
diulang-ulang sehingga menjadi pola dalam suatu
karya kerajinan atau kesenian. Ragam hias dapat dihasilkan
dari proses menggambar, memahat, dan mencetak. untuk
meningkatkan mutu dan nilai pada suatu benda atau karya
seni. Motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar
dalam ragam hias, meliputi bentuk manusia, alam,
tumbuhan dan hewan.
3. Ragam Hias
Ragam hias atau ornamen adalah berbagai gambar bentuk
hias atau motif yang biasanya dibuat secara berulang dan
memiliki pola tertentu hingga mengisi seluruh area kosong
pada suatu karya seperti bahan kain, guci, furnitur kayu,
kulit, dsb. Contohnya, kain batik menggunakan ragam hias
dalam motifnya. Ragam hias yang diulang-ulang, dipadukan,
atau diatur sedemikian rupa sehingga tampak rapi dapat
disebut sebagai pola atau corak. Sementara itu, satu atau
lebih paduan ragam hias dapat disebut ornamen. 
Ornamen umumnya terdiri dari satu atau lebih ragam hias yang diatur dalam pola-pola
tertentu. Ragam hias Nusantara dapat ditemukan pada motif batik, tenunan, anyaman,
tembikar, ukiran kayu, dan pahatan batu. Ragam hias ini muncul dalam bentuk-bentuk
dasar yang sama namun dengan variasi yang khas untuk setiap daerah. Dalam karya
kerajinan atau seni Nusantara tradisional, sering kali terdapat makna spiritual yang
dituangkan dalam stilisasi ragam hias.
Ragam hias dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Motif geometris (pilin ganda, swastika, tumpal)
Motif geometrik adalah pola yang berkaitan dengan bangun datar contohnya
lingkaran, segitiga, persegi panjang, dll. Pola geometris berisi objek, bentuk,
Gambar, dll yang mengulang sendiri dengan cara tertentu dalam kumpulan data
atau bentuk-bentuk geometris. Jadi ragam hias yang menggunakan pola
pola tertentu dengan kreasi. Contoh motif geometris :
1). Pola pilin : mempunyai bentuk dasar huruf S, atau SS untuk pilin ganda

Gambar : Motif Pilin ganda


2). Pola swastika : menyerupai bentuk dasar huruf Z yang berlawanan

Gambar : Motif Swastika


3). Pola tumpal : membentuk segitiga yang saling berhadapan dan teratur

Gambar :Motif Tumpal


4). Pola meander : mempunyai bentuk dasar huruf T

Gambar : Motif Meander


5). Pola kawung : ragam hias kawung yang mempunyai wujud menyerupai buah
aren yang dipotong melintang maka nampak empat biji aren

Gambar : Motif Kawung


6). Pola ceplokan : ragam hias yang terdiri atas satu motif serta sebuah susun
berulang-ulang

Gambar : Motif Ceplokan


b. Motif non geometris (manusia,
tumbuhan, hewan)
Motif non geometris adalah kebalikan dari motif geometris. Jika geometris
adalah motif yang beraturan, Motif non geometris yaitu motif hias yang
bentuknya tidak baku dan juga tidak ada bentuk khusus seperti geometris atau
bentuknya teracak. Contoh motif non geometris adalah :

1). Motif manusia

2). Motif tumbuhan

3). Motif hewan

c. Motif benda mati (air, awan, batu, gunung, matahari)


1). Motif awan
2). Motif air

3). Motif alam

4). Motif batu

5). Motif gunung


6). Motif bintang

7). Motif wayang

8). Motif batik perahu

Anda mungkin juga menyukai