No : 02
Kelas : 8A
Bahan Bahan :
Kain
Lilin Malam
Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan mori, kain ini dibuat dari
benang kapas, permukaannya halus dengan tetal tenunan yang tinggi.
Lilin malam
a. Lilin/Malam Tawon
Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning
suram, sifatnya mudah meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat
pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari kain dengan menggunakan
air panas
b. Gondorukem
Digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat membeku.
Digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang
baik,
d. Parafin
e. Microwax
Kendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet.
Berwarna putih dan biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau.
Pewarna batik pada batik tulis klasik menggunakan pewarna yang alami,
misalnya soga, mahoni, kunyit, pohon tom, pohon pace tegeran, dan mengkudu dll.
Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil
yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan
maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang
warnanya.
1. Pewarna alami
Didapat langsung dari alam seperti kulit kayu tingi, kayu tegeran, dan daun
tom/nila. Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari
hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun
bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan
yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila
(indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran
(Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda
citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana),
daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat
alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis
seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap
zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di
mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling
bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi
warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai
sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna
mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.
Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar
yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global
dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.
Pewarna Alami Batik Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat
menghasilkan zat warna alami yang dapat digunakan pada proses pewrnaan batik
(Natural dyeing). Zat warna tersebut dapat diambil dari akar, batang kulit,
bunga, dan daun.
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar
dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam
naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk
melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Warna yang dihasilkan cenderung
warna-warna lembut/pastel.
Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna
ini adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium Dalam bentuk yang
tidak dapat bergabung (koppelen) yang distabilkan, biasanya paling banyak
dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok
indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam
cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan
secara coletan
Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang
tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan elektrolit
karena mempuyai daya serap yang tinggi.
Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam
pelarut. Zat warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala
macam serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat
yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.
Anglo
Canting
Kemplongan
Taplak
Dingklik
Gawangan
Bandul
Tepas
Wajan
Wajan berguna untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja, atau
tanah liat. Wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam
karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat
memanaskan malam.
Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor dengan bahan bakar minyak.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan
untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo
diganti dengan keren ; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa.
Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
Canting
Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin
malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan
dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu
atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan. Canting berfungsi semacam
pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya. Bentuk canting beraneka ragam,
dari yan berujung satu hingga beberapa ujung. Canting yang memiliki beberapa
ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting
yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan sebagainya.
Canting terdiri dari tiga bagian. Pegangan canting terbuat dari bambu. Terdapat
mangkuk sebagai tempat lilin malam, serta ujung yang berlubang sebagai ujung
pena tempat keluarnya lilin malam. Canting adalah alat yang dipakai untuk
memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil
yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai
untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin.
a. Menurut fungsinya
Canting Reng-rengan
Canting Isen
Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk
mengisi polan. Canting isen bercucuk kecil baik tunggal maupun
rangkap.
Canting cecekan.
Canting loron.
Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk
dua,berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis
rangkap.
Canting telon
Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga
dengan susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan
untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk
oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.
Canting prapatan
Prapatan dari kata papat yang berarti empat. Maka canting ini
bercucuk empat, dipergunakan untuk membuat empat buah titik
yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.
Canting liman
Liman dari kata lima. Canting ini bercucuk lima untuk membuat
bujursangkar kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah
titik ditengahnya.
Canting byok
Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih
dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari
titik-titik, ; sebuah titik atau lebih, sesuai dengan banyaknya
cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok biasanya
bercucuk ganjil.- Canting renteng atau galaran
Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat
dari bambu yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian
sesuatu yang berjejer ; cara merangkai dengan sistem tusuk.
Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat buah
cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari
bawah ke atas.
Kemplongan
Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja
dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di
beri pola motif batik dan dibatik.
Taplak
Taplak adalah kain yang berfungsi untuk menutup dan melindungi pembatik
dari tetesan lilin malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
Dingklik
Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok
bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser
ditiup angin atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja.
Tepas
Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan. Terbuat dari
bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama,
hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing
pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing
itu.
Kain katun putih digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan
selanjutnya. Penggarapan ini terdiri dari :
Proses Pembatikan
1. Nglowong
Yaitu pelekatan malam yang pertama dengan mambatik motif motif pada
kain.
2. Nerusi
3. Nembok
Pewarnaan
Medel : memberi warna dasar pada batik dengan memberi warna biru.
Penghilangan Malam