Anda di halaman 1dari 13

Batik tulis semi klasik

Nama : Ajie kurniawan S.

No : 02

Kelas : 8A

Pengertian Batik Tulis Semi Klasik


Batik tulis semi klasik adalah batik yang telah mengalami
perubahan/kemajuan dalam bahan, alat, proses pembuatan dan motifnya namun
tidak meninggalkan ciri khas batik misalnya : menggunakan kompor minyak,
menggunakan pewarna kimia, motifnya ada yang mempunyai makna atau tidak,
warnanya bermacam macam, harganya tidak terlalu mahal.

Bahan untuk Membuat Batik Semi Klasik


Umumnya bahan hampir sama seperti membuat batik tulis, namun telah
mengalami sedikit perubahan seperti menggunakan kompor minyak, menggunakan
pewarna kimia.

Bahan Bahan :

Kain

Lilin Malam

Larutan Pewarna Batik


Kain

Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan mori, kain ini dibuat dari
benang kapas, permukaannya halus dengan tetal tenunan yang tinggi.

Macam macam kain :

a. Primissima, golongan yang sangat halus


b. Prima, golongan yang halus
c. Biru atau medium, golongan dengan kehalusan sedang
d. Kain Blaco atau grey yang kasar

Lilin malam

Sebelum digunakan, lillin malam harus dicairkan terlebih dahulu dengan


cara dipanaskan di atas anglo atau pemanas lain. Lilin malam berfungsi untuk
menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak
dikehendaki. Malam terbuat dari campuran berbagai jenis bahan berupa
gondorukem, lemak minyak kelapa, dll.

a. Lilin/Malam Tawon

Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning
suram, sifatnya mudah meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat
pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari kain dengan menggunakan
air panas

b. Gondorukem

Digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat membeku.

c. Damar Mata Kucing

Digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang
baik,

d. Parafin

Bahan ini berwarna putih atau kuning muda.

e. Microwax

Merupakan jenis parafin yang lebih halus.


f. Kendal

Kendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet.
Berwarna putih dan biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau.

Larutan pewarna batik

Pewarna batik pada batik tulis klasik menggunakan pewarna yang alami,
misalnya soga, mahoni, kunyit, pohon tom, pohon pace tegeran, dan mengkudu dll.

Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil
yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan
maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang
warnanya.

Berdasarkan sumbernya/asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi


dua golongan, yaitu:

1. Pewarna alami

Didapat langsung dari alam seperti kulit kayu tingi, kayu tegeran, dan daun
tom/nila. Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari
hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun
bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan
yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila
(indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran
(Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda
citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana),
daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).

Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat
alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis
seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap
zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di
mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling
bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi
warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai
sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna
mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.
Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar
yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global
dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.

Pewarna Alami Batik Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat
menghasilkan zat warna alami yang dapat digunakan pada proses pewrnaan batik
(Natural dyeing). Zat warna tersebut dapat diambil dari akar, batang kulit,
bunga, dan daun.

2. Zat Warna Sintetis


Zat warna naphtol

Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar
dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam
naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk
melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.

Zat warna indigosol

Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Warna yang dihasilkan cenderung
warna-warna lembut/pastel.

Zat warna rapid

Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna
ini adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium Dalam bentuk yang
tidak dapat bergabung (koppelen) yang distabilkan, biasanya paling banyak
dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok
indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam
cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan
secara coletan

Zat warna reaktif

Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan


(printing). Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan
langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut.
Zat warna indanthrene

Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang
tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan elektrolit
karena mempuyai daya serap yang tinggi.

Zat warna pigmen

Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam
pelarut. Zat warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala
macam serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat
yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.

Alat Untuk Membuat Batik Tulis Semi Klasik


Wajan

Anglo

Canting

Kemplongan

Taplak

Dingklik

Gawangan

Bandul

Tepas

Wajan

Wajan berguna untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja, atau
tanah liat. Wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam
karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat
memanaskan malam.
Kompor

Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor dengan bahan bakar minyak.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan
untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo
diganti dengan keren ; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa.
Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.

Canting

Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin
malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan
dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu
atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan. Canting berfungsi semacam
pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya. Bentuk canting beraneka ragam,
dari yan berujung satu hingga beberapa ujung. Canting yang memiliki beberapa
ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting
yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan sebagainya.
Canting terdiri dari tiga bagian. Pegangan canting terbuat dari bambu. Terdapat
mangkuk sebagai tempat lilin malam, serta ujung yang berlubang sebagai ujung
pena tempat keluarnya lilin malam. Canting adalah alat yang dipakai untuk
memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil
yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai
untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin.

Macam macam Canting

a. Menurut fungsinya

Canting Reng-rengan

Canting reng-rengan dipergunakan untuk membatik Reng-rengan.


Reng-rengan (ngengrengan) ialah batikan pertama kali sesuai
dengan pola sebelum dikerjakan lebih lanjut. Orang membatik reng-
rengan disebut ngengreng. Pola atau peta ialah batikan yang
dipergunakan sebagai contoh model. Reng- rengan dapat diartikan
kerangka. Biasanya canting reng-rengan dipergunakan khusus untuk
membuat kerangka pola tersebut, sedangkan isen atau isi bidang
dibatik dengan mempergunakan canting isen sesuai dengan isi
bidang yang diinginkan. Batikan hasil mencontoh pola batik kerangka
ataupun bersama isi disebut Polan. Canting reng-rengan bercucuk
sedang dan tunggal.

Canting Isen

Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk
mengisi polan. Canting isen bercucuk kecil baik tunggal maupun
rangkap.

b. Menurut besar kecil cucuk

Canting carat (cucuk) kecil.


Canting carat (cucuk) sedang.
Canting carat (cucuk) besar.

c. Menurut banyaknya carat (cucuk)

Canting cecekan.

Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk


membuat titik- titik kecil (Jawa : cecek). Orang membuat titik-
titik dengan canting cecekan disebut nyeceki. Selain untuk
membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan
dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.

Canting loron.

Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk
dua,berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis
rangkap.

Canting telon
Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga
dengan susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan
untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk
oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.
Canting prapatan
Prapatan dari kata papat yang berarti empat. Maka canting ini
bercucuk empat, dipergunakan untuk membuat empat buah titik
yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.

Canting liman
Liman dari kata lima. Canting ini bercucuk lima untuk membuat
bujursangkar kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah
titik ditengahnya.

Canting byok

Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih
dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari
titik-titik, ; sebuah titik atau lebih, sesuai dengan banyaknya
cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok biasanya
bercucuk ganjil.- Canting renteng atau galaran
Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat
dari bambu yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian
sesuatu yang berjejer ; cara merangkai dengan sistem tusuk.
Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat buah
cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari
bawah ke atas.

Kemplongan

Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja
dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di
beri pola motif batik dan dibatik.

Taplak

Taplak adalah kain yang berfungsi untuk menutup dan melindungi pembatik
dari tetesan lilin malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.

Dingklik

Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya


disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik.
Gawangan

Gawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan


dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain
mori sewaktu akan dibatik. Terbuat dari kayu atau bambu tinggi kurang lebih 75
cm dan panjangnya 125 cm.

Bandul

Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok
bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser
ditiup angin atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja.

Tepas

Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan. Terbuat dari
bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama,
hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing
pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing
itu.

Teknik dan proses Pembuatan Batik Tulis Klasik


Proses Pembuatan

Kain katun putih digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan
selanjutnya. Penggarapan ini terdiri dari :

- perendaman : agar kain agar luwes dan lentur


- pengetelan : untuk menghilangkan sisa kanji pabrik yang terdapat pada
serat kain.
- pencucian dan penjemuran
- pengemplongan untuk mnghaluskan lapisan kain dan mempermudah proses
pemalaman. proses ini biasanya dimulai dengan melipat kain panjang hingga
kurang lebih 16 lipatan, selanjutnya kain dipukul - pukul sampai halus lalu
dibilas dengan air bersih.
Membuat Pola

Pembuatan desain/pola batik dilakukan untuk merencanakan gambar yang


akan dibuat supaya dalam proses pembatikan tidak terjadi kekeliruan

Cara pembuatan pola yaitu

Pola langsung yaitu pembatik langsung mengunakan canting pada kain,


biasanya dilakukan oleh pembatik yang sudah profesional
Pola tidak langsung yaitu desain dibuat diatas kertas gambar (yang
paling baik adalah kertas transparan/kalkir). Untuk mempermudah
pemindahan keatas kain sebaiknya disain dibuat dengan tinta dan diberi
keterangan warna warnanya. Setelah proses pembuatan desain selesai
maka desain dipindahkan keatas kain dengan cara diblat.Disain
diletakkan dibawah kain kemudian digambar dengan pensil.Untuk lebih
jelas bisa menggunakan meja kaca yang diberi lampu.

Proses Pembatikan

Sebelum membatik pada kain sebaiknya diperhatikan hal hal sebagai


berikut :

1. Dalam proses pembatikan langkah pertama yang harus dilakukan adalah


memasak malam diatas kompor dengan wajan sampai kondisi cukup panas
(tidak sampai mendidih), maka sebelum dibatik diatas kain mori perlu dicoba
dulu pada celemek.
2. Malam diambil dari wajan kira kira dari canting jangan sampai penuh untuk
menghindari tumpah dan jangan meniup bagan atas canting
3. Dalam membatik sebaiknya setelah mengambil malam, sisi bawah canting
digoreskan pada tepi wajan atau pada celemek agar tidak ada tetesan
malam
4. Posisi kain kira kira 45 derajad agar malam tidak menetes namun tetap
mengalir

Proses proses pembatikan :

1. Nglowong

Yaitu pelekatan malam yang pertama dengan mambatik motif motif pada
kain.
2. Nerusi

Yaitu membatik motif motif pada kain di sebaliknya.

3. Nembok

Yaitu menutup bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih dengan


malam.

Pewarnaan

Pewarnaan/pencelupan ini diulang berkali-kali hingga hasilnya tercapai.


Pada produk-produk bermutu tinggi pewarnaan hingga 30 kali adalah suatu
keharusan.

Istilah proses pewarnaan :

Medel : memberi warna dasar pada batik dengan memberi warna biru.

Nyoga : memberi warna coklat dengan menggunakan soga.

Proses pewarnaan dilakukan untuk memberi dan mengubah warna, memperjelas


bentuk, rincian, perlambangan, dan ciri ketradisian serta memperkuat nilai - nilai
estetika sekaligus menyatakan ekspresi.

Penghilangan Malam

Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh


malam dapat dilepaskan, hal ini dilakukan dengan merebus kain hingga malam
mencair, dan cairan malam akan mengapung di permukaan.
Ciri Ciri Batik Tulis Semi Klasik
Telah mengalami perubahan/kemajuan dalam bahan, alat, proses pembuatan dan
motifnya namun tidak meninggalkan ciri khas batik misalnya : menggunakan
kompor minyak

Menggunakan pewarna kimia, motifnya ada yang mempunyai makna atau


tidak,Warnanya bermacam macam, Harganya tidak terlalu mahal

Perbedaan Batik Tulis Klasik dan Batik Tulis Semi


Klasik
Batik tulis klasik : menggunakan bahan dan alat yang sederhana (
menggunakan anglo, pewarna alam) motifnya penuh makna, biasanya
menggunakan warna biru, coklat dan putih, harga mahal
Batik tulis semi klasik : telah mengalami perubahan/kemajuan dalam bahan,
alat, proses pembuatan dan motifnya namun tidak meninggalkan ciri khas
batik misalnya : menggunakan kompor minyak menggunakan pewarna kimia,
motifnya ada yang mempunyai makna atau tidak, warnanya bermacam
macam, harganya tidak terlalu mahal.

Contoh batik tulis semi klasik


1. Motif Banji adalah motif klasik yang dikembangkan dari ornamen
dasar Swastika. Ornamen dasar ini kemudian disambung-sambung
setiap ujung-ujungnya sehingga terbentuk susunan swastika yang
saling terhubung yang disebut motif Banji.
Susunan dasar motif Banji adalah sebagai berikut:
Motif Banji kini termasuk jarang digunakan oleh banyak pembatikan.
Daerah Banyumas adalah salah satu daerah di Indonesia yang dari dulu
sampai sekarang masih membuat batik dengan motif Banji.

Di bawah ini adalah contoh Motif Banji :

2. Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa


atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata
rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan
sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun
bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur
panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama
berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat
dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif
kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah
mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan
Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk
yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama
bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis dan
bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-
lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.

Di bawah ini adalah contoh Motif banji :

Anda mungkin juga menyukai