Anda di halaman 1dari 20

Bahan perintang Dalam proses pembatikan, malam lilin batik digunakan untuk menutup hiasan sehingga membebaskannya dari

bahan pewarna ketika dilakukan pencelupan. Lilin batik merupakan campuran macam bahan, antara lain paraffin, kote lilin lebah, gondorukem, damar mata kucing, microwave, lilin gladhagan lilin bekas, dan minyak kelapa atau lemak hewan. Kecuali microwave, semua bahan ramuan tersebut dapat diperoleh di dalam negeri. Ada tiga jenis lilin, yakni lilin klowong untuk nglowong dan ngisen-iseni, lilin tembok untuk nembok, dan lilin biron untuk mbironi. Masing-masing lilin batik digunakan sesuai dengan tahap pembatikan, yakni nglowong dan ngisen-iseni, nembok dan mbironi. Sesuai cara penempelannya, untuk batik tulis digunakan alat yang disebut canthing tulis, sedangkan untuk batik cap digunakan canthing cap. Canthing tulis diperkirakan diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke-17. Adapun canthing cap mulai dipergunakankira-kira pada pertengahan abad ke-19. Bahan pewarna Proses pembuatan batik menggunakan bahan pewarna, baik zat warna nabati maupun zat warna buatan. Zat warna nabati berasal dari daun, kulit kayu, pokok kayu, akar pohon, atau umbi. Contoh akar pohon mengkudu untuk warna merah, kayu segeran atau kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi untuk merah-cokelat, dan kayu soga untuk warna cokelat. Semua bahan pewarna nabati dapat diperoleh di dalam negeri, sedangakan zat warna buatan sampai saat ini didatangkan dari luar negeri. Zat warna yang digunakan pada proses pencelupan adalah zat pewarna yang dapat mewarnai dalam larutan dingin atau pada suhu paling tinggi 25 C. Hal ini disebabkan karena lilin batik yang digunakan sebagai perintang warna tindak tahan panas. Proses pembatikan tradhisional yang dikenal sekarang ini pada mulanya sangat sederhana dan hanya menggunakan satu warna seperti yang terlihat pada wastra bang-bangan dan kelengan.

Proses pembuatan batik tradhisional Mbathik Membuat pola pada mori dengan menempelkan lilin batik menggunakan canthing tulis Nembok Menutup bagian-bagian pola yang akan dibiarkan tetap berwarna putih dengan lilin batik Medel Mencelup mori yang sudah diberi lilin batik ke dalam warna biru Ngerok dan nggirah Menghilangkan lilin dari bagian-bagian yang akan diberi warna soga ( cokelat ) Mbironi Menutup bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru dan tempat-tempat yang terdapat cecek Nyoga Mencelup mori ke dalam larutan soga Nglorod Menghilangkan lilin batik dengan air mendidih. Tahap ini sekaligus merupakan tahap terakhir dari proses batik tradhisional.

Ragam hias batik

Berdasarkan perkembangan batik di pulau Jawa, pola batik dapat dirinci menjadi tiga unsur pokok, yakni ragam hias utama ( klowongan ), isen-isen, dan ragam hias pengisi.

Ragam hias utama (klowongan), adalah bentuk hiasan yang menjadi unsur penyusun utama pola batik. Isen-isen atau isen adalah hiasan yang mengisi bagian-bagian ragam hias utama ( klowongan ), disebut isen pola : misalnya cecek, sawut, cecek sawut, dan sisik melik. Ragam hias pengisi adalah hiasan yang ditempatkan pada latar pola sebagai penyeimbang bidang agar pola secara keseluruhan tampak serasi; misalnya ukel, galar, dan gringsing. Dalam berbagai hal dan susunan ragam hias isen berkemungkinan berfungsi sebagai ragam hias pengisi; misalnya sekar sedhah, rembyang, dan sekar pacar.

Membuat Batik a. Menulis atau mencap mori Macam-macam pengerjaan menulis atau mencap kain ialah : 1. Membatik atau mencap klowong Pekerjaan ini adalah pelekatan lilin yang pertama dan lilin ini erupakan kerangka dari motif batik tersebut. Klowongan ini ada dua tingkat, pertama disebut ngengrengan yaitu klowongan pertama, dan klowongan pada muka sebelahnya sebagai terusan klowongan pertama, pekerjaan ini disebut nerusi 2. Nembok, tembokan pertama dan nerusi Menembok adalah menutup kain setelah diklowong, dengan lilin yang lebih kuat, dan pada tempat-tempat yang tertutup ini, nantinya tetap berwarna putih.

Nembok ini meliputi menutup permukaan memberikan isen dan cecek pada kain yang telah diklowong. 3. Membironi, mmerining, menutup Mbironi bertujuan agar pada tempat-tempat yang berwarna tidak ketumpangan warna lain (pada warna putih tetap berwarna putih). Pekerjaan mbironi, merining dilakukan pada kain setelah diwedel dan dikerok atau dilorod, sebelum kain tersebut disoga atau dicelup warna terakhir. Jadi pekerjaan ini dilakukan pada tengah-tengah proses pembuatan batik. 4. Cap jeblok Yang dimaksud cap jeblok adalah bila pada pencapan lilin batik tidak dibedakan atas lilin klowong dan lilin tembok, tetapi disatukan mengerjakan capnya sekaligus. Jadi pada cap jeblok ini menutup permukaan kain yang nantinya akan berwarna soga maupun berwarna putih. Pencapan cara ini untuk membuat batik dengan prses lorodan. 5. Cara lain untuk meresist terhadap warna Zaman dahulu orang menggunakan bubur ketan untuk menutup permukaan kain agar pada tempat-tempat tertentu tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan bubur ketan ini terkenal dengan nama kain simbut. Cara ini sekarang tidak dikerjakan lagi. Cara lain untuk membuat kain tidak diwarnai pada tempat-tempat tertentu adalah dengan mengikat tempat-tempat tertentu tersebut dengan tali, pada pencelupan tempat yang diikat ini tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan cara ini dikenal dengan nama kain jumputan

b. Memberi warna pada kain batik Macam-macam pewarnaan pada pembuatan kain batik antara lain : 1. Medel

Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowong dan dicap tembok atau selesai ditulis. Medel dilakukan secara celupan. Dulu dipakai untuk medel adalah nila dai daun Indigofera (daun-tom), karena zat warna ini mempunyai daya pewarnaan lambat, maka celupan dilakukan berulng-ulang. Kemudian untuk medel dipakai zat warna Indigo synthetis dimana cara pencelupannya sama dengan Indigo alam. Dipakai pula untuk medel zat warna Napthol, dimana cara pencelupannya lebih cepat karena hanya satu kali celup. Wedelan adalah sebagai warna dasar yang berwarna biru tua. 2. Celupan warna dasar Warna dasar ini abertujuan agar pewarnaan berikutnya tidak berubah atau tidak ketumpangan warna lain, maka warna dasar tersebut perlu ditutup dengan lilin batik. Biasanya zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik seperti cat Indigosol, Napthol atau Indanthreen. 3. Menggadung Yang dimaksud dengan menggadung yaitu menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Kain diletakkan terbuka rata diatas papan atau meja kemudian disiram dengan larutn cat. Cara pewarnaan ini menghemat zat warna tetapi hasil warnanya agak kurang rata, karena larutan cat itu diratakan dengan cara disapusapu. 4. Coletan atau dulitan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak membelobori daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid atau Indigosol. 5. Menyoga

Menyoga adalah memberi warna cokelat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo, menyoga adalah proses pewarnaan terakhir. Dahulu warna cokelat atau warna soga dibuat dari zat warna tumbuhan, antara lain dari kulit pohon soga, sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna soga ini disebut menyoga dan warna cokelat pada kain disebut warna soga. Warna soga dapat dicapai dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut soga jawa, dari zat warna soga synthetis seperti soga Ergan, soga chroom, soga Kopel, zat warna Napthol, zat warna Indigosol atau kombinasi dari beberapa zat-zat warna tersebut.

c. Menghilangkan lilin batik Menghilangkan sebagian lilin batik adalah melepaskan lilin pada tempattempat tertentu dengan cara menggaruk lili dengan alat semacam pisau, pekerjan ini disebut ngerok atau ngerik. Tujuan mengerok adalah untuk membuka lilin klowong dimana pada bekas lilin tersebut nantinya akan diberi warna soga (warna cokelat). Menghilangkan lilin seluruhnya dilakukan pada tengah-tengah proses pembuatan batik atau pada akhir proses pembuatan batik. Pada pembuatan batik secara lorodan, pada tengah-tengah proses pembuatan batik tidak dilakukan kerokan, tetapi dilorod (lilin dihilangkan seluruhnya), kemudian pada warna-warna yang tidak boleh ketumpangan warna lain atau pada tempat-tempat yang akan tetap putih ditutup dengan lilin (penutupan dilakukan dengan tangan). Menghilangkan lilin keselurahan pada akhir proses pembuatan disebut mbabar atau ngebyok atau melorod. Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dikerjakan pelepasannya didalam air panas, dimana lilin meleleh dan lepas dari kain. Air panas sebagai air lorodan tersebut biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati, sedangkan untuk batik dengan zat warna dari anilin (synthetis) air lorodan diberi soda abu.

Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilang lilin secara pelautan, yaitu dengan direndam dengan bensin. Cara lain untuk menghilangkan lilin pada sutera dengan menggunakan lilin khusus yang dapat lepas pada air panas, atau juga dengan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam dingin dalam larutan alkali (misalnya 10 gram perliter soda abu).

d. Teknik Memecah Lilin atau Ngremuk Maksud membuat pecah lilin batik (lilin tembokan) atau ngremuk lilin ialah agar lilin pecah dengan teratur pada garis-garis pecahan itu nanti warna soga (atau warna yang lain) dapat masuk kedalamnya, sehingga pada kain batik itu nanti terjadi gambaran dari garis-garis bekas pecahan lilin. Biasanya ngremuk dilakukan pada kain delam keadaan basah.

e. Cara Membuat Batikan Yang dimaksud batikan adalah hasil pelekatan lilin batik pada kain. 1. Membatik Tulis Untuk membatik tulis dipakai alat untuk menuliskan lilin batik cair pada kain yang disebut canthing. Canthing dibuat dari plat tembga, bentuk seperti kepala burung, dan bekerjanya alat ini berprinsip pada bejana berhubungan.

Canthing untuk membatik secara tulis tangan ini (gambar A) terdiri dari badan (1), berbentuk seperti cecek, cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah. Bentuk besar-kecilnya cucuk canthing tergantung

pemakaiannya, untuk canthing cecek, cucuknya kecil, untuk canthing klowong cucuknya sedang, untuk canthing tembokan dan tutupan ukuran cucuknya lebih besar, untuk canthing nitik ujung cucuk berbentuk segi empat atau gepeng. Cucuk canthing ada yang dibuat dengan saluran satu, dua atau saluran tiga. Bila

canthing tulis ini dimasukkan kedalam lilin batik air untuk mengambil lilin batik cair tersebut, bila berkedudukan seperti B, maka lilin batik cair tidak keluar melalui cucuk, tetapi bila kedudukannya dirubh menjadi C, maka lilin batik cair akan keluar melalui cucuk canthing, dan bila ujung cucuk canthing ditempelkan pada permukaan kain da digerakkan maka terjadilah garis-garis lilin batik yang segera membeku diatas kain. Biasanya setelah canthing mengambil lilin cair, sebelum mulai

ditempelkan pada kain untuk membatik, ujung cucuk canthing diembus atau dtiup (didamu, disebul), dengan maksud : Ujung saluran cucuk canthing bila tertutup oleh lilin yang mulai membeku, menjadi terbuka, lilin cair dari dalam canthing dapat keluar dengan lancar. Lilin cair yang menempel pada bagian bawah dari canthing, karena kena embusan menjadi dingin dan membeku, sehingga tidak menetes. Supaya terjadi bekas garis-garis atau cecek-cecek lilin dengan bentuk yang baik, maka pada dasarnya gerakan canthing ini selalu dari bagian bawah menuju kearah bagian atas. Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan, dengan bentuk-bentuk sederhana dasar gerakan membatik tulis itu dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada pekerjaan membatik tulis ini yang harus diperhatikan ialah besarkecilnya api pemanas lilin batik. Pengaruh peanasan pada lilin batik antara lain sebagai berikut : Bila api terlalu besar atau terlalu panas, maka lilin batik mencair menjadi encer, ini bila dituliskan pada kain,lilin akan masuk kain dantidak dapat membentuk garis tebal (ngawat) pada kain. Bila api kurang besar atau kurang panas, maka lilin batik cair masih kental, sukar keluar dari canthing dan garis-garis hasil tulisan kurang baik dan putus-putus, lilin kurang melekat pada kain. Dari kedua keadaan yang menonjolkan tersebut untuk memperoleh hasil batikan yang baik, maka besarnya api pemanas lilin jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil, sehingga lilin batik mudah dibatikkan dan memberi hasil yang baik. Untuk mengira-irakan besarnya api akan diperoleh secara pengalaman. Untuk memperoleh hasil batikan yang baik perlu melalui latihan beberapa waktu lamanya sampai dapat menghasilkan goresan lilin batik yang baik dan pengetahuan menempatkan isen batik.

f. Lilin Batik Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari beberapa bahan pokok lilin. Sebagai bahan pokok lilin adalah : Gondorukem, Damar matakucing, Parafin (putih dan kuning), Microwax, Lemak binatang (kendal, gajih), minyak kelapa, lilin tawon, Lilin lanceng.

Pada permulaan batik dibuat dulu, sebagai bahan penutup kain digunakan bubur dari ketan, dan kain yang dibuat tesebut disebut kain simbut. Setelah ditemukannya lilin batik, maka bubur ketan tidak digunakan lagi. Sebagai permulaan pemakaian lilin batik sebagai penutup kain membuat motif, dipakai lilin dari tawon atau lancing. Lilin dari binatang ini disebut malam oleh orang (Jawa), maka lilin batik masih sering disebut pula malam batik. Karena pengalaman orang kemudian mencampur malam yang murni dari binatang sebangsa tawon itu dengan bahan dari tumbuhan seperti Gondorukem dan Damar matakucing. Keudian untuk melemaskan dan menurunkan titik lelehnya ditambah lemak atau minyak, gajih binatang atau minyak kelapa. Pada proses pembuatan batik yang terakhir, seluruh lilin batik dihilangkan dengan kain itu dimasukkan kedalam air panas, sehingga lilin batik itu lepas, dan setelah air lorodan itu dingin lilin batik jadi beku kembali dan dapt diambil. Lilin yang diperoleh dari lorodan ini disebut lilin bekas atau lilin hitam karena warnanya kehitaman. Lilin bekas ini dicampurkan kembali pada pembuatan campuran lilin baru.

g. Sifat Bahan Pokok Lilin Batik

1. Malam tawon Malam tawon disebut juga kote atau lilin tawon. Lilin tawon yang terkenal diperoleh dari daerah Timor (Sumbawa, Sumba, dsb.) dan Palembang. Sebangsa malam tawon yang lain adalah malam lanceng. Adapun sifat-sifat daripada malam tawon yaitu ; Warnanya kuning suram Mudah meleleh dan titik lelehnya rendah (59 C) Mudah melekat pada kain Tahan lama, tidak berubah oleh perubahan iklim

Mudah lepas pada lorodan dengan air panas

Maka malam tawon atau lilin kote ini biasanya dipakai untuk campuran lilin klowong. 2. Gondor ukem Gondorukem berasal dari Pinus-Merkusii. Getah pinus ini disuling untuk terpentin dan air didalamnya, maka yang tinggal ialah Gondorukem. Dipasaran, gondorukem juga disebut dengan Gondo, Songka, Harppus, atau Hars. Pabrik pengolahan Gondorukem di Indonesia antara lain di

Pekalongan, di Balapulang daerah Pekalongan, Ngebel daerah Ponorogo dan di Takeungon daerah Aceh. Sifat-sifat umum dari gondorukem yaitu : Jika dipanaskan, untuk menjadi encernya lama, atau lama melelehnya. Gondorukem yang sudah encer lebih mudah menembus kain Yang melekat dan setelah dingin membeku pada kain mudah patah Tidak tahan larutan alkali (loog) Titik leleh antara 70 - 80 C

Maksud pemakaian gondo dalam campuran lilin batik adalah agar lilin batik menjadi lebih keras, tidak cepat membeku sehingga bentuk lilin batik menjadi baik. Gondo dipakai untuk campuran lilin klowong maupun lilin tembokan. Dari beberapa macam gondorukem yang dikenal dalam pembatikan, makin jernih-transparan dianggap makin baik, sedangkan makin kehitaman makin kurang baik. 3. Damar matakucing, Damar Damar matakucing diambil dari pohon Shorea spec, dan bahan ini setelah diambil dari pohon damar tersebut tidak mengalami pengolahan seperti gondo, melainkan hanya dipecah-pecah menjadi lebih kecil dan dibersihkan kotorannya saja.

Damar dipakai dalam pebatikan sebagai campuran lilin batik dengan perbandingan tertentu sesuai dengan sifat penggunaan lilin batik yang dikehendaki. Matakucing dipakai sebagai campuran lilin agar lilin batik dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang baik (ngawat), melekat pada kain dengan baik juga. Sifat-sifat matakucing yaitu : Sukar meleleh Lekas membeku Tahan terhadap larutan alkali.

4. Paraffin Paraffin atau lilin BPM berupa putih bersih atau kuning muda, dipakai dalam campuran lilin batik agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah yang baik dan mudah lepas waktu dilorod, serta sebagai bahan pengisi karena harga paraffin relatif lebih murah daripada bahan-bahan lilin yang lain. Sifat-sifat paraffin yaitu : Mempunyai daya tolak tembus basah yang baik Mudah encer dan lekas membeku Daya lekat kecil mudah lepas Titik leleh rendah, paraffin kuning maupun putih pada 60 - 56 C Tahan terhadap larutan alkali tetapi tidak tahan lama

Lilin paraffin cocok untuk campuran lilin yang dipakai pada hawa yang basah atau musim hujan, dipakai pada campuran lilin klowong maupun tembok, terutama untuk batik kasar. 5. Microwax Microwax atau lilin micro adalah jenis paraffin yang lebih halus. Warnanya kuning muda. Keadaannya lemas (flexible) menyerupai malam kote. Maka

pemakaiannya sebagai pengganti atau mengurangi pemakaian lilin kote (malam tawon) sehingga lililn batik menjadi lemas (ulet) dan mudah lepas. Sifat-sifat microwax : Titik lelehnya dibawah titik didih air, yaitu 70C Lama jadi encernya Mudah lepas dalam rendaman air Sukar menembus kain Tahan terhadap larutan alkali

Pemakaiannya pada campuran lilin batik sebagai lilin klowong maupun lilin tembok untuk bati-batik kualitas halus. 6. Kendal Kendal atau gajih binatang disebut pula lemak atau vet. Warnanya putih seperti mentega. Biasanya diambil dari daging lembu atau kerbau. Sifatnya udah menjadi encer dan titik lelehnya rendah, yaitu 45 - 49C. dipakai sebagai campuran lilin batik dalam jumlah relatif kecil untuk merendahkan titik leleh, lilin batik menjadi lemas dan mudah lepas waktu dilorod.

h. Campuran Lilin Batik Lilin batik terdiri dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik, pada suatu perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat-sifat yang dikehendaki seperti daya tahan tembus kebasahan tinggi, lemas atau flexible dan tudak mudah pecah, dapat membuat gambar atau motif dengan garis-garis yang tajam, mudah dilepaskan kembali pada waktu dilorod. Untuk memperoleh lilin batik dibuat suatu campuran, dan pekerjaan mencampur lilin ini disebut menjebor atau njebor, maka lilin batik juga disebut lilin jeboran.

Untuk mendapatkan lilin batik yang sebaik-baiknya maka pada waktu menjebor atau membuat campuran lilin harus memperhatikan beberapa petunjuk sbb : 1. Bahan lilin batik yang mempunyai titik leleh yang paling tinggi dilelehkan terlebih dahulu, kemudian berturut-turut yang lebih rendah dan yang terakhir yang mempunyai titik leleh terendah 2. Didalam pengerjaan mencampur ini, setelah semua bahan-bahan ppokok dimasukkan dan menjadi cair, diaduk yang baik dan rata agar campuran betulbetul homogeny 3. Campuran lilin batik yang masih cair disaring dengan kain, kemudian dicetak pada tempat yang baik dan kemudian didinginkan. Sebagai contoh cara menjebor lilin adalah sbb : Membuat campuran lilin dengan resep : 1 bagian Matakucing 10 bagian Gondorukem 4 bagian Lilin paraffin 3 bagian Malam tawon 1 bagian Gajih binatang (gemuk) Wajan diletakkan diatas api, kemudian berturut-turut dimasukkan : Mata kucing ditunggu sampai meleleh semua Kemudian masukkan gondorukem, sampai mencair dan diaduk hingga rata Kemudian menyusul paraffin, ditunggu sampai mencair dan diaduk rata Menyusul masuk malam tawon Dan terakhir gajih binatang

Setelah semua masuk dan mencair, diaduk sampai mencampur dan dipanaskan beberapa saat kemudian disaring pakai kain, kain yang bersih serta dicetak pada cetakan lilin batik. Pada keesokan harinya lilin campuran ini dapat diambil dan dipergunakan.

Kayu Sengon Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin. (Martawijaya dan Kartasujana, 1977). Keunggulan Kayu Sengon : Pertumbuhan sangat cepat sehingga masa tebang lebih cepat. Dapat memperbaiki kesuburan tanah karena akar berfungsi sebagai zat nitrogen yang menyebabkan tanah sekitar menjadi subur. Penghasil kayu yang produktif. Budidaya lebih mudah. Kayu cenderung lurus. Permintaan kayu sengon sangat tinggi.

Tanaman sengon multi manfaat, seperti daunnya untuk pakan ternak, batang kayu sengon sebagai bahan kayu olahan, bahan korek api, bahan pensil,dsb.

CIRI-CIRI

UMUM

POHON

JATI

Jati atau yang dalam istilah botanis dikenal dengan nama Tectona Grandis L.f dapat tumbuh sumbur di seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku dan Lampung.

Pohon jati dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang 15-20 m, diameter dapat mencapai 220 cm.

Warna kayu teras jati coklat-muda, coklat-kelabu sampai coklat-merah tua atau merahcoklat. Tekstur kayu agak kasar dan tidak merata dengan arah serat lurus atau kadangkadang agak berpadu. Permukaan kayu licin atau agak licin kadang-kadang berminyak. Lingkaran tumbuh atau disebut juga lingkaran tahun nampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial.Hal ini menimbulkan gambar yang indah dan dapat juga untuk mengetahui umur pohon.

SIFAT

KAYU

JATI

Kayu jati memiliki kekerasan sedang, sehingga kayu jati mudah dikerjakan baik dengan mesin maupun dengan alat tangan.

Jika alat-alat yang digunakan cukup tajam, kayu jati dapat dikerjakan sampai halus tetapi bidang transversal harus dikerjakan dengan hati-hati karena kayunya agak rapu. Kayu jati dapat dipernis dan dipelitur dengan baik, mempunyai daya menahan paku yang baik serta dapat direkat dengan memuaskan.

Kayu Klepu : Kayu ini selain awet, bentuknya halus sehingga mudah untuk dibatik. Klepu Pohon ini dapat dijumpai disepanjang jalan utama Krebet dan sering dimanfaatkan sebagai bahan utama kerajinan

Uraian Keadaan Produksi dan Pemasaran Dewasa ini Keadaan produksi umumnya sudah mempunyai kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan semakin meningkatnya permintaan pembeli pelanggan dan pembeli ekspor. Perkembangan keadaan produksi ditandai peningkatan jumlah jenis desain produk dan jumlah produknya setiap bulan dan tahun. Praduksi mebelair batik kayu khususnya untuk UKM Sanggar Peni pada tahun 2003 ini di luar dugaan sangat diminati eksportir, desain produk mebel ini yang pada tahun pertama sudah diprediksi akan laku di pasaran. Keadaan produksi terkadang belum dapat memenuhi jumlah permintaan pelanggan dalam jumlah besar, bahkan seringkali menolak karena waktu yang diminta terlalu sempit dan harga produk yang terkdang terlalu rendah, sehingga biaya produksi dengan nilai jual tidak seimbang alias merugi. Kelemahan memproduksi dalam jumlah besar tentunya harus diantisipasi dengan kerja sama antara perajin di Dusun Kerebet atau perajin di luar yang produknya relevan. Oleh karena itu Tim VMT juga sudah berkali-kali memberi saran agar menambah jumlah karyawan dalam rangka mengantisipasi permintaan pasar. Permasalahan keterbatasan orang yang mampu membatik ternyata merupakan kendala utama untuk memenuhi permintaan jumlah produk batik dalam jumlah yang besar (ribuan, puluhan ribu, bahkan ratusan ribu). Dalam mengantisipasi permasalahan ini

rencana akan kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrafi Kabupaten Bantul untuk melaksanakan pelatihan batik, baik untuk tenaga kerja local bantul untuk dari luar Bantul

Anda mungkin juga menyukai