2. Zat Pewarna
Berfungsi untuk mewarnai batik. Pewarna batik ada dua macam, yaitu pewarna
alami dan pewarna buatan (sintetis). Bahan pewarna alam berasal dari tumbuh-
tumbuhan, seperti akar mengkudu, kayu tingi, daun indigo/nila, dan lain-lain.
Pewarna sintetis yang umum digunakan dalam membatik adalah jenis naftol,
indigosol, procion, dan remazol.
3. Bak/Ember
Bak atau ember biasanya digunakan sebagai tempat untuk proses pencelupan
warna.
4. Malam
Malam adalah bahan lilin khusus untuk membatik. Malam berfungsi sebagai
perintang warna kain, sehingga pola yang dibuat bisa terlihat jelas. Malam
memiliki warna coklat, baik itu coklat muda atau coklat tua. Malam batik terdiri
atas campuran parafin, getah pinus (gondorukem), dan lemak hewan.
5. Canting
Canting berbentuk seperti pena, digunakan sebagai alat untuk
menggambar/menorehkan malam pada kain. Canting yang umum digunakan
dalam membatik, yaitu canting cecek, canting, klowong, dan canting tembok.
6. Wajan
Wajan digunakan adalah wajan yang berukuran kecil berbentuk cekung dan
bundar. Wajan digunakan sebagai tempat untuk mencairkan malam/lilin.
7.Kompor
Kompor digunakan sebagai alat untuk memanaskan malam/lilin yang ada di wajan
8. Saringan
Saringan digunakan untuk menyaring malam/lilin yang sudah dicairkan
sebelumnya.
9. Gawangan
Gawangan biasanya digunakan untuk membentangkan kain mori yang akan
dibatik.
II. PROSES PEMBUATAN BATIK
Proses pembuatan batik di berbagai daerah di Indonesia, cenderung memiliki
teknik yang sama.
Berikut adalah proses beserta cara membatik pada kain:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membatik
Kain mori harus sudah dicuci bersih, kemudian dikanji agar mempermudah proses
pelepasan malam (melorod).
3. Panaskan malam
Panaskan cairan malam atau lilin pada wajan yang berada di atas kompor hingga
malam mencair sempurna.
4. Celupkan canting
Celupkan canting ke dalam wajan yang berisi malam yang sudah dicairkan, sekitar
3 detik untuk penyesuaian suhu pada canting.
5. Mulai mencanting
Mencanting dilakukan dengan cara menorehkan malam cair pada kain yang ingin
digambar. Pegang canting seperti sedang memegang pensil, namun posisi cucuk
canting agak mendongak ke atas agar malam tidak menetes-netes.
7. Nembok
Tahap nembok adalah melakukan blok bagian kain yang tidak ingin terkena
warna.
8. Warnai kain
Biasanya mewarnai kain batik dapat dilakukan dengan teknik celup dan colet.
Teknik celup menggunakan pewarna naftol, sedangkan teknik colet menggunakan
pewarna instan.
10. Melorod
Melorod adalah proses menghilangkan atau melepaskan malam pada kain. Proses
ini dilakukan setelah pewarnaan. Kain akan direbus ke dalam air yang mendidih
sampai malam lepas, sehingga dapat memunculkan motif yang telah digambar.
11. Cuci kain batik
Cuci kain batik dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa malam yang
masih menempel. Jemurlah atau angin-anginkan kain dengan sebisa mungkin
hindari terkena panas sinar Matahari langsung.
3. Teknik Cap
Teknik batik cap dilakukan dengan menggunakan alat canting cap. Caranya,
canting cap dicelupkan pada cairan malam, lalu ditorehkan di atas kain mori.
Pembuatan kain batik dengan teknik cap cenderung lebih cepat selesai.
4. Teknik Printing
Metode membatik teknik printing adalah jenis batik baru yang cara pembuatannya
melalui proses printing mesin pabrik.
Pewarnaan kain hanya dilakukan pada satu bagian sisi kain batik saja, sehingga
prosesnya lebih efisien. Batik printing yang prosesnya cepat dan mudah, biasanya
dibanderol harga lebih murah dibandingkan batik tulis atau lainnya yang
membutuhkan ketelitian dan kreativitas tinggi. Contoh batik ini banyak ditemukan
pada seragam sekolah.
5. Teknik Colet
Teknik membatik colet biasa disebut juga dengan teknik lukis. Melalui teknik
colet, pembatik dapat mengoleskan pewarna kain dengan kuas, lalu melukis motif
di atas kain mori.
Teknik ini membutuhkan jiwa seni yang tinggi, karena pembuatnya harus jeli dan
kreatif. Dalam batik colet, semakin bagus motifnya, maka harga jualnya juga akan
semakin tinggi.
Salah satu batik Solo yang terkenal adalah batik Parang Kusumo yang
motifnya menyerupai gulungan ombak yang menghantam tebing dan karang
tanpa lelah.
Motif tersebut memiliki filosofi bahwa hidup selayaknya dilandasi perjuangan
dan usaha untuk mencapai kemakmuran lahir batin dengan mengindahkan
nilai kebudayaan Jawa.
Sesuai dengan namanya, batik asal Cirebon ini memiliki motif layaknya
gumpalan awan di langit luas.
Motif gumpalan awan tersebut diperindah dengan menggunakan tujuh gradasi
warna yang seolah-olah menciptakan nuansa mendung.
Motif ini disesuaikan dengan namanya, “mega” yang berarti awan dan
“mendung” yang berarti langit kelabu penanda akan turun hujan.
Filosofi dari batik ini adalah bahwa manusia harus bisa meredam gejolak
amarahnya dalam kondisi dan situasi apa pun.
3. Batik Sidomukti – Solo
Batik Sidomukti merupakan salah satu jenis batik keraton yang dilukis
menggunakan zat pewarna soga alam.
Zat soga alam merupakan pewarna alami berwarna coklat yang merupakan
pewarna klasik untuk seni lukis batik.
Sesuai dengan namanya, filosofinya diambil dari kata “sido” yang berarti
menjadi atau jadi dan “mukti” yang berarti mulia serta sejahtera.
Jadi, filosofi dari batik ini adalah nilai kemuliaan dan sejahtera, sesuai dengan
peruntukkan keraton.
Sedikit berbeda dengan kebanyakan motif batik, motif batik asal pekalongan
biasanya didominasi dengan motif hewan atau tumbuhan.
Seperti halnya batik tujuh rupa ini, motifnya sangat kental dengan nuansa
alam.
Filosofi dari batik ini adalah ikatan kebudayaan leluhur yang mana kala itu
Pekalongan merupakan wilayah transit perdagangan.
5. Batik Lasem – Lembang
Batik Lasem merupakan jenis batik yang berasal dari Lasem, Kabupaten
Rembang.
Sedikit mirip dengan batik Pekalongan, batik Lasem termasuk dalam macam
macam batik yang mendapat pengaruh dari kebudayaan luar.
Pasalanya, daerah Lasem merupakan daerah yang diketahui pertama kali
menerima kedatangan Tionghoa ‒ inilah kenapa warnanya didominasi merah.
Filosofi dari batik ini adalah persatuan dan akulturasi dari Tionghoa pendatang
dan masyarakat setempat.
Filosofi dari batik ini diambil berdasarkan namanya, makhluk mitologi bersifat
spiritual.
Motif dari batik ini sendiri tidak terlepas dari sosok makhluk mitologi tersebut.
Batik Sekar Jagad merupakan batik dengan motif unik yang membuat orang
terpesona saat melihatnya.
Motif ini melambangkan keragaman Nusantara dan dunia. Bahkan ada yang
menilai bahwa motif batik ini dibentuk menyerupai pulau.
8. Batik Pring Sedapur – Magetan
Batik yang satu ini memiliki motif yang cukup sederhana, tapi tetap terlihat
indah dengan perpaduannya yang menarik.
Motifnya didominasi dengan bambu dan burung yang menyimbolkan sebuah
kerukunan dan ketenteraman hidup.
Motif dan filosofi batik ini diambil dari namanya, yaitu “Tambal” yang berarti
sebuah fungsi untuk menambal sesuatu yang kurang atau rusak.
Pada zaman dahulu, batik ini digunakan untuk menyelimuti orang yang sakit
karena dipercaya dapat membantu kesembuhan.
Batik jagatan pisang atau batik pisang merupakan jenis batik yang berasal dari
Bali. Sesuai dengan namanya, batik ini memiliki motif pisang bali. Umumnya,
batik ini digunakan sebagai pemberian kepada kekasih yang hendak bepergian
jauh dengan harapan ia akan kembali lagi. Oleh karena itu batik ini menjadi
simbol doa, keselamatan, dan harapan.
Bati priyangan asal tasikmalaya merupakan batik yang memiliki corak rapat,
rapi dan berkelas dengan warna cerah yang kalem. Warna cerah pada batik ini
melambangkan kesan kesederhanaan, terbuka dan pluralis.
Ciri khas batik tubo asal Ternate adalah motifnya yang berbentuk cengkeh,
pala, peta Maluku Utara, ikan, kelapa, karang, serta unsur-unsur kehidupan
yang terdapat di Indonesia bagian timur.
Jika batik jagatan pisan diperuntukan untuk seorang kekasih, beda halnya
dengan batik ulamsari yangjuga berasal dari bali. Batik ini memiliki motif ikan
dan udang yang memiliki mata pencaharian masyarakat bali sebagai nelayan.
Selain itu, batik ulamsari mas memiliki makna kesajahteraan dan kemakmuran
bagi masyarakat yang hidup di pesisir pantai.
Batik Kawung dianggap sebagai salah satu yang tertua dari macam macam
batik yang ada di Nusantara. Jenis batik asal Yogyakarta ini sudah ada sejak
beratus-ratus tahun lalu. Sesuai dengan namanya, batik kawung memiliki
motif buat-bulat menyerupai buah kawung atau buah aren yang disusun secara
geometris.
17. Batik Ceplok – Yokyakarta
Berbagai jenis batik yang ada di Nusantara tidak hanya berasal dari Pulau
Jawa saja, tapi juga ada yang berasal dari Pulau Papua.
Salah satunya adalah batik Asmat, batik dengan motif yang terinspirasi dari
ukiran khas suku Asmat.
Batik Betawi adalah jenis batik khas dari Jakarta yang menggambarkan ciri
khas masyarakat Betawi.
Motif batik Betawi sangat bervariasi, mulai dari motif jali-jali, motif
salakanagara, motif nusa kelapa, motif rasamala, hingga ondel-ondel.
20. Batik Cuwiri – Surakarta dan Yogyakarta
Batik Cuwiri adalah jenis batik asal Surakarta dan Yogyakarta yang motifnya
kebanyakan menggunakan unsur meru dan garuda.
Dalam pembuatannya, batik ini menggunakan zat pewarna soga alam.