Anda di halaman 1dari 6

Cara Pembuatan Batik

Canting adalah sebuah alat berbentuk cawan kecil dengan dua ujung pipa, ujung yang satu
berlubang, sedangkan yang satu lagi tanpa lubang dan merupakan ekor dari cawan yang terbuat
dari tembaga.
Peralatan Canting yang digunakan :
Canting Klowong : digunakan pada tahap awal melapisi gambar pola motif batik dengan malam.
Lubang moncongnya berukuran medium.
Canting Cecek : digunakan untuk mebuta titik-titik atau cecek pada motif. Lubang moncongnya
berukuran kecil.
Canting Tembok : digunakan untuk menembok atau melapisis bidang yang cukup besar dengan
malam/lilin. Lubang moncongnya berukuran besar.

Warisan budaya nenek moyang kita tidak ada yang tidak dipikirkan dengan matang. Bahkan
lilin/ malam penutup kain pembentuk motif pada kain batik pun merupakan hasil kombinasi
racikan yang dipikirkan dengan seksama.

Lilin/malam yang digunakan dalam proses membatik merupakan hasil komposisi dari paraffin.
Parafin putih dipakai saat musim kemarau dan paraffin kuning saat musim hujan.
Lilin lebah sebagai komposisi utamanya
Gondorukem : sebagai perekat malam ke kain mori, berasal dari tanaman pinus.
Damar/ mata kucing : berasal dari pohon damar, berfungsi untuk membuat campuran malam
cepat mengeras ketika menyentuh mori.
Lemak : untuk mempercepat proses pelelehan/ pencairan lilin lebah dan membuat malam mudah
diluruhkan dalam proses nglorod, berasal dari lemak binatang atau tumbuhan.

Proses Pembuatan Batik


Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau
penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang
dikerjakannya adalah sama.

1) Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran,
yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu
merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya
serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses
pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.

2) Nyorek atau Memola


Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara
meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di
atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat
dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau
canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna,
maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.

3) Mbathik/ Nyanting/ Klowong

Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori,
dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan
berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian
dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum,
yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4) Nembok

Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal
ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam
yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

5) Medel

Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang
sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6) Ngerok dan Mbirah


Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan
logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.

7) Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan
menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang
belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan
dilakukan.

8) Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna
cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat
tersebut.

9) Nglorod

Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik
cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan
seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam
air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan
hingga kering.

Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan
beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu,
sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.

Macam- Macam Batik

1.Batik Tulis
Salah satu jenis produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung dilukis secara manual
dengan sentuhan seni yang sangat tinggi dimana perintang warnanya dibubuhkan dengan cara
seperti menulis dengan alat canting.

Ciri khas :
Tidak ada yang kembar, hanya dibuat satu desain setiap lembarnya
Karena dibuat dengan tangan, tidak ada satu pun motif yang sempurna. Justru ketidak
sempurnaannya yang membuat batik tulis sangat manusiawi
Warna dan motifnya bolak-balik sama. Karena bagian depan dan belakang kain juga dicanting.

Untuk melukisnya, menggunakan alat seperti pena atau yang biasa disebut canting, alat yang
terbuat dari tembaga yang berfungsi seperti pena dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting
(mata pena) atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sesuai dengan
kebutuhan saat melukis, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak
penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan lilin atau
(pewarna pada tekhnik batik colet), tergantung dari teknik batik yang akan digunakan.

Proses pembuatan Batik Tulis lilin


Teknik batik tulis ialah dengan menorehkan cairan lilin melalui canting tulis (pena). Proses
pembuatan batik tulis sebenarnya mirip seperti batik cap. Perbedaanya ada pada motif. Jika pada
batik cap motifnya sangat monoton dengan motif sama dan berulang , maka batik tulis motifnya
bisa sedikit bercerita seperti visualisasi suatu peristiwa. Cara pembuatan batik tulis sama dengan
melukis. Ambil cairan lilin yang ada di nyamplung dengan canting (seperti menciduk).
Kemudian cucuk canting harus ditiup agar berlubang, sehingga membran cairan terbuka.
Fungsikan canting seperti pena sesuai motif yang telah digambar sebelumnya dengan pensil.
Selanjutnya lakukan proses pewarnaan seperti proses pewarnaan pada batik cap.

2. Batik Cap
Batik cap mulai dilakukan ketika permintaan kain batik semakin meningkat, sehingga mulai
mencari untuk dapat memproduksi batik dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat.
Dibuatlah lempengan besi dengan motif batik untuk membubuhkan malam pada permukaan kain
mori.
Canting Cap ialah sebuah alat cap yang terbuat dari lempeng tembaga yang berbentuk mirip
stempel dengan ukuran yang agak lebih besar. Dengan bahan yang terbuat dari tembaga dengan
ukuran 20cm X 20cm. Berbeda dengan canting pada umumnya yang berbentuk seperti alat tulis
(seperti gayung).
Ciri Khas :
Motifnya cenderung berulang, tidak banyak memiliki detail
Warnanya bolak-balik tidak sama, bagian belakang cenderung memiliki warna yang lebih redup/
tipis
Dijual per lembar dengan ukuran standart kain potong
Biasanya tidak melalui proses pengkhetelan berhari-hari seperti kain tulis

Proses Pembuatan Batik Cap


Kain katun berwarna putih diletakkan di atas meja datar yang berlapis dengan bahan yang agak
lunak (agar proses pengecapan benar-benar tertempel dengan sempurna).
Malam (sejenis lilin) dipanaskan hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan lilin ini tetap dalam
suhu yang stabil supaya lilin dalam keadaan cair.
Canting Cap (stamp) dimasukkan dalam cairan lilin sedalam kurang lebih 2 cm agar bisa
menyerap cairan lilin panas tadi.
Canting Cap ditempel dan ditekan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas kain katun
putih.
Cairan lilin akan menempel ke dalam pori-pori kain katun hingga meresap ke dalam kain dan
membentuk gambar sesuai motif cetakan.

3. Batik Tulis Warna (Colet)


Teknik batik tulis (colet) adalah dengan menorehkan lilin berwarna (panas/cair) melalui canting
tulis (bisa juga kuas) langsung ke media (kain katun), besar kecilnya canting/kuas tergantung
kerumitan motif yang akan digambar. Proses pembuatan batik tulis warna (colet) ini hampir
sama dengan melukis di kanvas. Hasil karya dari batik colet sangat di pengaruhi oleh cita rasa,
kreatifitas dan ketelitian (skill) maupun kombinasi warna dari pelukis batik ini. Ketika semakin
kecil, rumit dan detil gambar (warna) yang dihasilkan oleh pelukis batik, dengan sendirinya akan
semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini (jangan heran kalau anda melihat harga
sebuah karya batik dengan harga yang begitu mencengangkan).

4. Batik Print
Batik print disebut juga kain tekstil bermotif batik yang penggambarannya menggunakan mesin.
Pada masa ini batik diproduksi semakin massal karena Gubernur DKI Ali Sadikin menetapkan
batik sebagai pakaian nasional.
Kain tekstil bermotif batik ini awalnya diproduksi oleh industri tekstil lokal. Tetapi karena
permintaan yang semakin banyak akhirnya kain bermotif batik juga diproduksi oleh pabrikan
dari luar negeri. Hal ini yang dikahwatirkan akan mematikan industri kerajinan batik nusantara.
Ciri Khas :
Motifnya sangat detail dan rapi
Warna cerah dan menarik
Bagian belakangnya berwarna putih dengan sedikit tembusan warna di bagian mukanya
Harganya sangat murah

Cara Pembuatan:
Gambarlah motif ragam hias pada komputer, kemudian print-kan/ cetak pada kain polos dengan
menggunakan mesin cetak.
Cucilah kain hingga bersih dan bilaslah berulang-ulang.
Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan).

Cara Membedakan Batik Tulis, Cap dan Printing


Sekilas, ketiga jenis kain batik itu akan terlihat sama. Agar saat membeli produk busana tidak
salah pilih, maka ada beberapa hal-hal yang perlu dicermati yang merupakan ciri pembeda dari
batik tulis, cap dan printing.

Kain Batik Tulis :


Mempunyai kekhasan pada ketidakrapiannya, baik pada pelukisan motif dan pewarnaanya yang
sering saling melebar dan sedikit bercampur dengan warna lain disekitarnya
Kondisi pada bagian tepi kain bisa dijadikan sebuah penanda yang utama. Kain batik tulis
mempunyai tepian kain yang tidak rapi pewarnaanya yang diakibatkan lelehan malam atau
pewarnaaan yang berulang-ulang.
Segala ketidaksempurnaan dari batik tulis yang dikerjakan secara handmade inilah justru yang
membuatnya menjadi sangat berharga.
Kain Batik Cap :
Hanya terbatas pada motif-motif dengan pola berulang-ulang, tidak bisa tampil serumit motif-
motif di batik tulis.
Pada kain batik cap, motif yang polanya diulang akan lebih terlihat sama persis, hal ini tentu
sangat mustahil bila dilakukan di kain batik tulis yang setiap polanya dilukis langsung oleh
tangan pengerajinnya.
Kain Batik Printing:
Tampil lebih rapi lagi. Motif-motif tercetak di kain batik printing akan tampil rapi dan pola-pola
motif yang diulang akan tampil sama persis.

Sejarah Budaya Batik Yogyakarta dan Surakarta (Solo)


Kerajaan Mataram Islam pecah dengan adanya Perjanjian Giyanti tanggal 13 Pebruari 1755
menjadi dua Kerajaan yaitu : Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Kasunanan Surakarta yang merupakan awal dari Kerajaan Mataram memiliki budaya lebih
kovensional dibandingkan Kasultanan Ngayogyakarta.
Batik Jogja, biasanya memiliki corak warna hitam dengan warna dasar putih, batik jogja pun tak
bisa sembarangan dibuat, Keraton Jogja memiliki aturan khusus yang mengatur segala hal
tentang batik mereka, termasuk diantaranya adalah desain corak dan bahan pembuatan.

Dalam alur desain parang untuk batik solo, jalannya alur parang adalah dari kiri atas ke kanan
bawah, sedangkan untuk batik Jogjakarta alur parangnya dari kanan atas ke kiri bawah.

Apa perbedaan Kain Batik dari kedua Kerajaan tersebut ?


Kasunanan Surakarta
Warna dasar kain berlatar sogan & cenderung gelap. Warna hitam kecoklatan.
Prodo (hiasan emas) hanya di garis luar corak (outline) dan sebagai isen-isennya.
Kesan Prodo lebih tenang dan anggun

Kasultanan Ngayogyakarta
Warna dasar kain berlatar putih. Jika kain berwarna gelap cenderung gelap kebiruan
Prodo hampir di seluruh corak dan isen
Kesan prodo lebih gagah dan menonjol

*isen = isian, gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar ornamen
pokok

Batik Pesisiran
Motif batik ini lebih terpengaruh oleh dari pendatang seperti pedagang Cina, penjajahan Belanda
dan Jepang. Memiliki warna cerah dari pesisir utara Jawa dibuat oleh pembatik Saudagar dan
Santri. Motif yang dibuat oleh pembatik santri berupa motif flora dan hiasan non figurative
karena larangan dalam ajaran Islam membuat gambar yang mirip hewan atau manusia.

Kain Batik Pagi Sore


Batik ini muncul ketika Jepang menjajah Indonesia dimana kebutuhan pangan, sandang dan
papan hal yang sulit. Karena sulit memperoleh bahan baku kain mori sehingga muncul Kain Pagi
Sore dimana dalam selembar kain ada 2 sisi yang dapat dipakai untuk kesempatan siang dan
malam hari.
Selain itu motif batiknya pun dibuat rumit dengan ratusan detail yang sangat sulit dan juga warna
yang dibubuhkan juga tak sedikit. Sehingga pembuatan selembar kain bisa memakan waktu 1-2
tahun.

Anda mungkin juga menyukai