Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk
Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60
s/d 70 Celcius
Canting Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih 2 cm bagian bawah
canting cap yang tercelup cairan malam)
Canting Cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan) dengan tekanan yang cukup di atas kain
mori yang telah disiapkan tadi
Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan
kain mori
Setelah proses pengecapan pada kain selesai dengan berbagai kombinasi canting cap yang
digunakan, selanjutnya kain mori akan dilakukan proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan
kain mori ini ke dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih.
Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam
proses pewarnaan ini.
Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan berkas motif cairan malam
melalui proses merebus kain.
Sehingga akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan
warna setelah proses pewarnaan tadi.
Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses pengecapan
kain sampai proses perebusan kain.
Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain
mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya,
sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna.
Oleh karena proses pewarnaan yang berulang-ulang dan menyeluruh pada setiap pori-pori kain
mori, maka warna pada batik cap cenderung lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan
batik yang lain.
Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan pencerahan warna
dengan soda. Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.
Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]