Anda di halaman 1dari 31

Batik Cap

Batik di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan yang cukup


signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang dikerjakan oleh para
pengrajin wanita menggunakan canting. Sekitar pertengahan abad ke-19, “canting
cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan.

Masih ingat dengan batik Cap ? Batik cap adalah batik yang pembuatannya atau
penempelan lilin malamnya menggunakan canting cap. Cara kerja canting cap adalah
seperti ketika kita menggunakan stempel. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba
berlatih membuat batik cap dengan alat dan bahan sederhana. Canting cap ini kta ganti
dengan bahan alam seperti pelepah pisang, ketela, belimbing, daun-daunan, tangkai daun
pepaya dan sebagainya. Untuk pengganti lilin malamnya kita gunakan cat air atai
pewarna makanan. Dan sebagai ganti wajan kita gunakan tatakan yang diberi kapas atau
kain. Motif yang dapat kita buat untuk cap sederhana ini umumnya lebih banyak ke motif
buketan. Apa itu motif buketan ?

Motif buketan adalah motif yang berbentuk rangkaian bunga. Motif ini sangat terkenal
sebagai salah satu motif batik Pekalongan. Sangat mudah bukan ??
Berikut adalah contoh hasil batik cap sederhana
PENGERTIAN BATIK CAP
Batik Cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting
cap. Canting cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga
membentuk corak atau motif pada salah satu permukaannya. Pembuatan
canting cap dilakukan oleh orang yang memang ahli dalam hal tersebut.
Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis
dengan alasan bahwa tembaga memiliki sifat lentur, mudah dibuat pola dan
tahan terhadap panas.
Permukaan canting cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat dari
besi tipis dan kuat. Cara kerja canting cap ini sama dengan ketika
menggunakan stempel. Hanya saja kita tidak menggunakan tinta sebagai
jejak perintangnya, namun yang digunakan adalah cairan lilin (malam). Pada
perkembangannya canting cap banyak mendapat pengaruh dari India dan
Cina, bahkan sekarang sebagaian orang ada yang menggunakan cukilan kayu
sebagai canting cap. Tentu dengan pertimbangan keunikan efek yang
dihasilkan pada corak atau motif yang dihasilkan.
Pada awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola atau motif
pinggiran, namun kini canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada
seluruh permukaan kain. Hal ini karena dengan cara seperti ini akan
dihasilkan pekerjaan yang lebih cepat, efektif dan efisien. Proses pemalaman
(pengecapan) atau perintangan ini tentu saja tidak sesederhana yang
diterangkan di atas. Pemalaman (pengecapan) dapat dilakukan beberapa kali
tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Setiap perajin yang ingin
menghadirkan warna tertentu dalam batik maka bagian lain yang tidak akan
diwarnai harus ditutup dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti
dengan proses pelorodan, yaitu proses melepaskan malam dari permukaan
kain.
Proses pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan
canting tulis. Makin banyak warna yang dibutuhkan makin sering pula proses
pemalaman, pencelupan, dan pelorodan dilakukan. Namun dalam hal
kerumitan, ketelitian, dan kesinambungan keseluruhan coraknya, hasil
batikan canting cap tidak sebaik dan sehalus batik yang dikerjakan dengan
canting tulis. Proses membatik terbagi atas tahap pemalaman, pewarnaan,
dan penghilangan malam. Tahap-tahap tersebut didahului oleh persiapan
kain yang harus memenuhi kualitas kehalusan, daya serap serat kain
terhadap zat warna, daya tahannya terhadap zat kimia dan perubahan suhu.
Kelebihan batik cap ini selain pengerjaannya lebih cepat, juga dapat
membuat batik dengan motif yang sama secara massal atau bersama-sama
dalam jumlah yang banyak. Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam
batik tulis. Selain itu batik cap memiliki harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan batik tulis.

Canting cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel


besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada
canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula
yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi batik cap ini,
pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola
atau desain di atas kain.

Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang
terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada
kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik
menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak
menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel
pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki
kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik
karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola
antara pinggir motif dan tengahnya.

Terdapat beberapa macam batik dengan cara pembuatannya


yang beragam namun pada kenyataanya terdapat dua cara
pembatikkan yang digemari yaitu Batik Tulis dan Batik Cap.
Batik tulis sendiri digemari karena adanya suatu nilai dibalik
pembuatannya sedangkan batik cap digemari karena cara
pembuatannya lebih mudah dengan motif yang dapat
dikatakan hampir sama dengan batik tulis. Tetapi karena
prosesnya tersebut maka harga batik model ini di pasaran
cenderung lebih murah ketimbang batik tulis. Terlepas dari itu
semua ada baiknya bila dapat memahamimemahami sedikit
mengenai batik cap itu sendiri.
Batik cap adalah karya batik yang gambar/motifnya
dihasilkan oleh cap/penera/klise menggunakan malam. Batik
cap menyangkut cetak-mencetak/cap-capan maka harus
diperhitungkan sambungan sisi-sisnya. Dalam istilah batik
disebut sanggit. Batik cap dibuat dengan menggunakan
klise/penera. Penera ini dibuat dari lempengan-lempengan
tembaga yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk
motif tertentu. Umumnya berukuran 20cmx20cm atau
24cmx24cm atau menurut bentuk motifnya.
Beberapa macam klise/penera dalam membuat batik cap
diantaranya:
1. Penera Sanggit Tumpuk
Klise ini adalah klise dengan sisi bagian bawah ada
sambungan/hubungannya dengan sisi bagian atas.
Demikian juga sisi kiri memiliki sambungan/hubungan
dengan sisi bagian kanan.
2. Penera Sanggit Natabata
Klise dengan sisi bagian kiri ada sambungannya dengan
½ sisi bagian kanan dan sisi bagian kanan ada
sambungannya dengan ½ sisi bagian kiri.
3. Penera Sanggit Kitiran
Klise yang memiliki sisi-sisi yang dapat saling
berhubungan atau dapat dikatakan semua sisi bermotif
sama.
4. Penera Lepas/Bebas
Klise yang sisi-sisinya tidak ada
sambungan/hubungannya sama sekali.
Sehingga dalam pembatikkan cap juga dituntut ketelitian
dalam pembuatannya. Apabila satu sisi saja kurang pas
dengan sisi yang lain maka karya batik tersebut gagal. Penera
dibuat dua buah satu untuk sisi kain bagian atas dan satu
lagi untuk sisi bagian bawah. Jadi kalau kedua buah penera
ini disatukan aka terbentuk satu keplok. Namun ada juga
penera yang dapat digunakan bolak-balik. Penera ini dibuat
dua agar pada hasinya nanti optimal tidak ada bagian-bagian
yang kabur sehingga diperlukan pengulangan proses
pengecapan dengan penera untuk sisi bagian bawah, proses
ini disebut nerusi.
Batik Cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang
menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud di sini mirip
seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembagadan dimensinya
lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm.

PERLENGKAPAN BATIK CAP


Batik tidak lepas dengan perkembangan daya piker manusia dan
juga teknologi. Dalama pembuatannya pun mulai mengenai nilai
ekonomis yakni dengan munculnya teknik pembuatan menggunakan
cap. Pembuatan batik dengan teknik ini sekilas tampak sama dengan
batik tulis namun jika dilihat lebih lanjut sangant berbeda dari
batik produksi tangan langsung (handmade). Walaupun begitu dalam
kesempatan ini saya mencoba menyampaikan beberapa peralatan
yang dibutuhkan dalam mebuat batik cap.
a. Kasur (Bantalan)
Bantalan Kasur ini terbuat dari kapas yang dibungkus
dengan kain, berfungsi sebagai lapisan bantalan kain mori
yang akan dicap.
b. Taplak
Taplak ini terbuat dari kain katun yang berfungsi untuk
lapisan kasur
c. Kompor
Tebuat dari besi dengan menggunakan sumbu, berfungsi
untuk perapian saat melelehkan lilin malam
d. Anglo Besar
Anglo ini terbuat dari gerabah yang berfungi untuk tungku
yang didalamnya diletakkan kompor untuk perapian.
Penggunaan Anglo ini untuk melindungi api dari angin
sehingga api dapat menyala lebih tenang.
e. Meja
Meja ini terbuat dari kayu yang berfungsi untuk
meletakkan kasur bantalan.
f. Loyang
Loyang terbuat dari besi dan berbentuk seperti wajan
dengan dasar datar dan berdiameter 40 cm, loyang ini
berfungsi untuk tempat lilin malam saat dipanaskan.
g. Angsang
Angsang ini terbuat dari tembaga dengan permukaan
berupa anyaman strimin yang diletakkan pada loyang.
Angsang ini berfungsi untuk lapisan dasar pada permukaan
loyang.
h. Serak Kasar dan Serak Halus
Serak kasar dan serak halus ini terbuat dari kain katun
dengan bentuk seperti kain kasa berfungsi sebagai lapisan
diatas angsang untuk meletakkan cap saat pengambilan lilin
malam yang sudah meleleh.
i. Londo
Berupa jambangan kecil yang berisi air dan abu yang
berfungsi untuk dipergunakan membasahi kasur agar tetap
basah saat akan dipergunakan untuk meletakkan mori saat
akan dicap.
j. Alat Cap
Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi
dengan pemukaan untuk berupa motif batik. Cap ini
berfungsi untuk meletakkan lilin malam dengan motif batik
pada permukaan kain mori

Proses Pembuatan

 Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi


dengan bahan yang empuk
 Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu
cairan malam ini tetap dalam kondiri 60° s/d 70° Celcius
 Canting Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi
(kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang
tercelup cairan malam)
 Canting Cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan)
dengan tekanan yang cukup di atas kain mori yang telah
disiapkan tadi
 Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori
hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori
 Setelah proses pengecapan pada kain selesai dengan
berbagai kombinasi canting cap yang digunakan,
selanjutnya kain mori akan dilakukan proses pewarnaan,
dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam tangki
yang berisi warna yang sudah dipilih.
 Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan
malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini.
 Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah
penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses
merebus kain.
 Sehingga akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli
kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna setelah
proses pewarnaan tadi.
 Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus
dimulai lagi dari proses pengecapan kain sampai proses
perebusan kain.
 Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses
perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang
telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses
pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus
dalam proses pemilihan & perkawinan warna.
 Oleh karena proses pewarnaan yang berulang-ulang dan
menyeluruh pada setiap pori-pori kain mori, maka warna
pada batik cap cenderung lebih awet dan tahan lama
dibandingkan dengan batik yang lain.
 Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses
pembersihan dan pencerahan warna dengan soda.
Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.

Ciri-ciri

 Warna batik kedua belah sisi kain adalah sama


 Warna batik lebih mengkilap
 Motif tidak terlalu detail
 Biasanya warna dasar adalah warna tua / gelap
Langkah-langkah Proses Pembuatan Batik Cap
Seperti yang kita ketahui bahwa batik ada beberapa jenis
diantaranya yaitu batik tulis, batik cap dan batik
printing/sablon. Pada artikel kali ini akan dijelaskan
bagaimana proses pembuatan batik cap.
Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya
menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat
yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang
terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif
tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm.
Berikut adalah proses pembuatan batik cap: Kain mori
diletakkan di atas meja dengan alas dibawahnya
menggunakan bahan yang empuk.

1. Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius.


2. Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi
hanya 2cm saja dari bagian bawah cap.
3. Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup
supaya rapih. Pada proses ini, cairan malam akan meresap
ke dalam pori-pori kain mori.
4. Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara
mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi ke dalam
tangki yang berisi cairan pewarna.
5. Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel
hilang dari kain.
6. Proses pengecapan>pewarnaan>penggodogan diulangi
kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna.
7. Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna
dengan menggunakan soda.
8. Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih.
Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan
motifnya dengan menggunakan cap (stempel) yang lebar.
Bandingkan dengan batik tulis yang menggunakan guratan-
guratan canting. Walaupun begitu, kedua jenis batik ini
mempunyai keunikan tersendiri. Baca jugaciri-ciri batik cap.

Mesin Cetak Batik | Cara Membuat Batik Tradisional


By Novaro on December 19, 2009

Cara kerja Mesin Cetak Batik (membatik) pada dasarnya adalah menutup
permukaan kain batik dengan malam batik cair (wax) agar ketika kain dicelup
kedalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam batik tersebut tidak ikut kena warna.
Teknik cetak batik seperti ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Wax-Resist
Dyeing. Jika proses membuat motif batik dilakukan dengan cara “ditulis” dengan
menggunakan alat cetak yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis.

Istilah Batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa yaitu Amba dan Titik. Amba artinya kain
dan titik adalah cara memberi motif pada kain dengan menggunakan malam batik cair
dengan cara di titik-titik.
Ada juga jenis batik tradisional yang pembuatan motif batiknya
menggunakan mesin cetak khusus batik yang terbuat dari logam
dengan motif-motif batik tertentu. Batik yang dibuat dengan cara
mirip stempel / cap seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik
stempel.

Seiring dengan perkembangan jaman, dewasa ini ada juga batik


yang dibuat dengan cara dicetak sablon dan dengan cetak masal
menggunakan mesin cetak batik otomatis yang modern. Batik yang
dihasilkan dengan cara seperti ini disebut sebagai batik printing.

Jadi, berdasarkan teknik pembuatannya batik dapat dibedakan


menjadi 3 macam yaitu:

a. Batik tulis

b. Batik cap / cetak

c. Batik Printing

Diluar teknik yang telah disebutkan diatas, ada juga teknik


pembuatan batik dengan cara mengecatkan langsung pewarna
pada kain dengan menggunakan kuas untuk membuat motif
batikatau citra-citra tertentu, bahkan belakangan ini ada juga
beberapa orang yang mencoba memperkenalkan teknik atau cara
membuat batik dengan cara menyemprotkan langsung tinta ke kain
dengan menggunakan alat yang disebut Air Brush. Atau ada
juga teknik membatik dengan cara sablon, bisa
menggunakan mesin sablon otomatis atau juga mesin sablon
rotary manual. Biasanyamotif batik yang dihasilkan adalah motif-
motif batik ala Pop dan kontemporer. Salah satu tokoh batik
kontemporer Indonesia adalah Amri Yahya. Beliau
memperkenalkan batik kontemporer itu sebagai karya seni lukis
dengan warna-warna cerah dan dinamis yang muncul dari efek-efek
sapuan dan cipratan kuas yang spontan di kain batik.

Untuk batik tradisional, ada beberapa bahan yang biasa


dipergunakan, yaitu:
a. Kain Batik. Kain yang digunakan untuk batik tradisional adalah
yang memiliki bahan dasar dari kapas (kain katun, kain mori), dan
kain sutra.

b. Malam Batik (Wax). Yang dimaksud dengan malam


batik adalah sejenis parafin/lilin yang tidak mengandung zat
pembakar. Ada beberapa macam malam (wax, lilin) yang biasa
digunakan untuk membuat batik ini yaitu: malam kuning, malam
coklat, dan malam putih.

- Malam kuning memiliki sifat yang lebih liat/kenyal yang cocok


untuk memunculkan efek gambar yang menutup kain secara
utuh/sempurna.

- Malam coklat memiliki sifat yang mudah retak, sehingga akan


memunculkan efek urat-urat pada hasil lukisan batiknya.

- Malam putih atau parafin bersifat sangat rapuh dan akan


memunculkan efek retak-retak pada gambar batiknya.

c. Pewarna.Pewarna batik bisa dihasilkan dari bahan alami yang


berasal dari tanaman bisa juga dari bahan kimia. Bahan pewarna
alami yang pernah digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah
daun jambu, daun mangga, dan lain-lain dimana warna tersebut
akan semakin kuat/tua jika ditambahkan ke dalamnya larutan tawas.
Salah satu pewarna yang pernah populer digunakan adalah pewarna
yang berasal dari air rebusan kulit pohon mahoni. Di Jawa tengah
kita mengenal adanya batik sogan yang populer di kalangan keraton
Yogyakarta dan Solo. Batik ini menggunakan pewarnanya dari
rebusan kulit pohon Soga Tingi.

Pewarna kimia yang sudah umum digunakan oleh para pengrajin


batik adalah berbagai jenis Napthol dan garam Diazo. Naptol ini
merupakan pewarna dasar dan garam Diazo sebagai pembangkit
warnanya. Ada beberapa jenis napthol yang bisa kita pilih yaitu;
AS, ASD, ASG, ASBS, ASGR, dan ASLB. Sedangkan jenis garam
diazo yang bisa kita gunakan sebagai pembangkit warnanya adalah;
Biru B, Merah B, Merah R, Oranye G.C, dan Violet B.
Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari pencampuran napthol dengan
garam diazo tersebut:

Garam Diazo

Napthol

Biru B Merah B Merah R Oranye G.C Violet B

ASASDA biru merah merahmerahkuni oranyeoranyekuning ungulavenderkuning

SG tuabirukrem tuamerah ng muda muda muda

tuakuning

ASBS biru merah oranye pink

merah muda

ASGR hijau abu2-merah abu2 kotor abu-abu

abu-abu

ASLB coklat tua merah bata coklat muda coklat ungu

merah bata

Kita dapat melakukan beberapa percobaan dengan mencampur naptol dan


garam diazo ini untuk mengahasilkan warna warna tertentu, misalnya dengan
mencampurkan salah satu jenis naptol dengan salah satu jenis garam diazo.

d. Canting atau Cap. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat
motif / gambar pada kain batik yang memiliki beberapa nama sesuai dengan
fungsinya, yaitu:
- Canting Cecek, yang memiliki lubang kecil biasa digunakan untuk membuat motif
gambar yang detil.

- Canting Klowong, adalah canting yang memliki lubang berukuran sedang


dan biasa digunakan untuk membuat garis utama pada motif, dan

- Canting Tembok, yaitu canting yang memiliki ukuran lubang besar yang
biasa digunakan untuk menutup bidang motif yang agak luas.

Langkah-langkah teknik pembuatan batik.

a. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih dan disetrika lebih dahulu, agar
proses pewarnaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

b. Dalam sebuah wadah mangkok plastik, buatlah larutan Napthol dan garam
Diazol, dengan perbandingan 1 sendok makan napthol dicampur 2-3 sendok
TRO (Turkish Red Oil), aduk hingga rata dan mengental. Setelah itu
tuangkan sedikit air mendidih dan aduk hingga tercampur rata lalu masukkan
1 sendok teh soda api sampai ada reaksi larutan menjadi jernih. Larutan yang
sudah jernih tersebut tuangkan ke dalam ember plastik berukuran sedang
(ukuran 20 liter) yang sudah berisi air 1/3 nya, lalu aduk hingga rata.

Buatlah larutan garam dengan cara mencampurkan 1 sendok makan garam


diazo ke dalam 200 ml air, aduk sampai larut lalu masukkan ke dalam ember
yang berukuran seperti di atas yang sudah berisi air 1/3 bagian nya. Air
sebanyak ini cukup untuk mencelup kain sepanjang 4 meter.

c. Buatlah sketsa motif batik pada kain tersebut dengan menggunakan pensil
yang memiliki tingkat kekerasan sedang, misalnya pensil jenis B. Jika akan
membuat motif yang sama pada kain yang lain, sebaiknya kita membuat
gambar motif tersebut pada selembar kertas agar dapat dijadikan sebagai
acuan untuk menjiplaknya berulang-ulang.

d. Panaskan malam batik dalam wadah yang berbentuk seperti wajan kecil
(kenceng) diatas api kompor kecil, dan setelah malam batik itu cair
tutup motif batik yang telah dibuat tadi dengan malam cair ini dengan
menggunakan canting. Gunakan canting yang memiliki ukuran lubang yang
sesuai dengan ukuran garis motif tadi.
e. Setelah selesai menutup motif pertama, celup kain tersebut ke dalam
pewarna kain yang paling cerah / warna paling muda hingga rata, selanjutnya
keringkan dengan cara direntangkan ditempat terbuka tapi tidak
terkena sinar matahari langsung untuk menghindari pemudaran
warna celupan.

f. Lanjutkan proses pembuatan motif kedua seperti pada langkah c,


lalu lanjutkan dengan langkah d dengan catatan: warna celupan ke
dua harus lebih gelap dari warna pertama.

g. Setelah proses pencelupan dan pengeringan dianggap selesai,


maka proses selanjutnya adalah melakukan pelorodan. Pelorodan
adalah proses untuk menghilangkan malam batik yang menempel di
kain tersebut dengan cara mencelupkannya dalam air mendidih
yang sudah dicampur soda abu. Usahakan agar kain dicelup
berulang kali hingga malam batik-nya benar-benar hilang.

Untuk membuat larutan pelorodan ini adalah dengan cara


mencampurkan 2-3 sendok soda abu ke dalam 4-5 liter air
mendidih.

Jadi, jika pengrajin batik ingin sukses secara kuantitas dengan


produksi massal, ada baiknya memakaimesin cetak otomatis.

ALAT MEMBATIK CAP

Pada dasarnya alat dan bahan membatik cap dengan membatik


tulis hampir sama. Perbedaannya hanya pada alat cantingnya dan
wajan. Kalau dalam batik cap digunakan canting yang cara kerjanya
mirip dengan stempel. Wajan yang digunakan pada batik cap
mempunyai bentuk pipih dan datar, tidak seperti wajan pada batik
tulis yang mempunyai bentuk cekung dan bundar.
Canting Cap

Kompor dan Wajan Cap

Kompor termasuk alat utama dalam proses membatik dengan


canting cap maupun tulis. Kompor berfungsi untuk mencairkan
atau melelehkan lilin (malam). Selanjutnya pada wajan yang
digunakan untuk membatik cap diletakkan kain goni di atas
permukaannya, tujuannya agar cairan lilin malam dapat menempel
secara merata pada penampang canting cap.
Meja Cap

Meja cap yang digunakan dalam membuat batik cap terbuat dari
kayu, yang pada bagian permukaan meja dilapisi dengan busa
(spoon) yang sudah dilapisi dengan plastik perlak untuk
mengoptimalkan hasil cap-capan dan sekaligus menghindari agar
malam tidak lengket pada meja maka busa (spoon) harus dalam
keadaan basah.
STRUKTUR CANTING CAP

Sebagaimana di awal sudah dijelaskan mengenai canting cap. Pada awal


sejarahnya canting cap (penera) yang dipakai bahannya terbuat dari kayu
atau cukilan kayu. Namun dalam perkembangannya canting cap dari
cukilan kayu tidak digunakan lagi hal ini dikarenakan kayu tidak bisa tahan
lama dan mudah rusak. Maka sebagi gantinya digunakan tembaga yang
ternyata memiliki daya tahan lama dan kuat baik terhadap panas maunpun
zat kimia. Umumnya ukuran canting cap adalah 20 cm x 20 cm, atau 24 cm
x 24 cm (menurut bentuk motifnya).Canting cap atau penera ini dibuat
rangkap 2, satu untuk sisi bagian atas kain dan dua untuk sisi bagian
belakang kain. Jadi ketika dilakukan pekerjaan nerusi maka digunakan
canting cap yang pola motifnya kebalikan (terbalik) dari canting yang ke
satu. Ini biasanya diterapkan pada canting cap yang memiliki pola motif non
geometris ( hewan dan tumbuhan). Sebaliknya ada juga canting cap yang
bisa digunakan bolak-balik pada kedua sisi kain. Dan ini umumnya canting
cap yang memiliki pola motif geometris (memiliki bentuk berupa bidang-
bidang).
Gambar berikut adalah bagian-bagian canting cap :

KETERANGAN :
1. Permukaan / penampang canting cap
2. Penahan permukaan canting cap
3. Konstruksi Penguat
4. Gagang canting cap
5. Kayu pegangan canting cap

CARA MENJALANKAN CAP


Disain pola canting cap selalu dirancang berdasar raportnya.
Yang dimaksud raport di dalam pembuatan batik cap
adalah susunan pola agar satu sisi canting cap menyambung
dengan sisi lain bila dicapkan.
Sehingga nantinya pola batik yang dibuat bisa menyambung
(menyatu). perhatikan raport canting cap sederhana di bawah ini.
Gambar dibawah ini adalah penampang (permukaan) canting cap.
Masing-masing sudut kita beri nama misalnya A, B, C, dan D. Di
dalam merancang pola canting cap kita harus memperhitungkan
bahwa sisi A-B harus bisa disambung dengan sisi C-D. Demikian
pula sisi A-C harus bisa disambung dengan sisi B-D.

Cara menjalankan canting cap (lampah) ada beberapa macam yaitu


:

1. Tubrukan yaitu bergeser satu langkah ke kanan dan satu langkah


ke depan.
2. Onda onde yaitu satu langkah ke depan dan setengah langkah ke
kanan.
3. Lereng yaitu dengan langkah bergeser satu langkah ke kiri depan
mengikuti garis miring.
4. Mubeng yaitu dengan langkah berputar seperempat lingkaran
dengan salah satu sudut sebagai titik pusat.
5. Mlampah Sareng yaitu apabila dua cap membentuk satu motif
dengan keduanya berjalan bersama satu langkah ke depan.
RAPORT MOTIF CAP

Raport (Sanggit : bahasa Jawa) adalah susunan dari pola motif batik yang
saling menyambung sisi-sisinya ada 5 macam sesuai dengan cara
menjalankan canting cap diantaranya adalah :
1. Raport Tubrukan
2. Raport Onda onde
3. Raport Lereng
4. Raport Mubeng
5. Raport Mlampah Sareng.

Berikut adalah beberapa contoh raport dalam batik cap :


TEKNIK MENGECAP
Pada awal pembahasan telah dijelaskan bahwa ada beberapa
cara menjalankan canting cap, sesuai dengan raport yang
dikehendaki. Ada yang disebut dengan tubrukan, onda-onde,
Lereng, mlampah sareng dan yang lainnya. Secara teknis disini
akan dijelaskan bagaimana tahapan atau langkah yang harus
diperhatikan pada saat mengecap secara urut sebagai berikut :
1.
Sebelum untuk mengecap canting cap ditempelkan pada lembaran
kain goni yang telah dipenuhi lelehan cairan lilin malam. Fungsi
kain goni disini adalah agar cairan lilin malam dapat menempel
pada penampang atau permukaan canting cap secara merata.
Sebagai catatan usahakan agar nyala api kompor tidak terlalu besar
atau panas yang dapat mengakibatkan lilin malam terlalu panas
dan mudah menetes atau mleber pada kain sebelum dilakukan
pengecapan.
2.

Agar cairan lilin malam tidak banyak yang terangkat dalam


permukaan canting cap yang dapat mengakibatkan hasil cap-
capan kurang sempurna maka canting cap dikibaskan ke atas
wajan. Denga demikian cairan lilin malam yang berlebihan
tersebut akan kembali ke wajan.
Bantalan yang terbuat dari busa dilapisi
plastik tebal atau perlak yang selalu
dibasahi agar lembab. Pada jaman dulu
bantalan ini terbuat dari karung goni yang
3.
diisi sekam (dedak) dan di atasnya dilapisi
kupasan batang pohon pisang sebagai
peredam panas, sehingga cairan lilin
malam cepat mengering.

Proses membuat batik dengan canting


4. cap adalah menyusun motif berdasarkan
raport canting cap yang dipakai.

Untuk memberi tekanan agar motif canting


cap menempel pada kain mori secara
5. merata, perajin sering memukul dengan
tangan kirinya. Kekuatan tekanan ini
didasarkan pada penghalaman.
Batik Cap Dari Dusun Tarudan

Keberadaan kain batik sudah merata di segala lapisan masyarakat. Pada


awalnya, kain batik identik dengan kain khusus keluarga kerajaan ataupun kaum
berada. Namun kini sudah tidak berlaku lagi. Batik kini sudah menjadi milik semua
golongan dan mudah didapatkan, bahkan di beberapa instansi maupun sekolah
sudah menerapkan aturan untuk mengenakan pakaian batik di setiap hari
tertentu. Bila dahulu kain batik dianggap sebagai barang mewah dan mahal,
apakah kini sudah menjadi barang yang murah?

Kain batik tulis masih menjadi barang yang eksklusif. Namun karena
perkembangan jaman dan lajunya perkembangan teknologi, kini sudah banyak
beredar teknik membatik dengan biaya yang lebih murah, yaitu teknik printing dan
cap. Dalam teknik batik printing, pola telah dicetak di atas alat sablon, sehingga
pembatikan dan pewarnaan bisa dilakukan secara langsung. Bisa dikerjakan
dengan cepat dan massal, sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih
murah. Sedangkan dalam batik cap masih menggunakan metode yang digunakan
dalam batik tulis, yaitu menggunakan malam (lilin panas) yang dicapkan dengan
alat semacam stempel di atas kain.
Berbagai corak cap/stempel yang terbuat dari tembaga tersimpan rapi di dalam rak.

Kerajinan batik cap menjadi salah satu media alternatif dalam menterjemahkan
kreatifitas disain kain batik. Salah satu pengrajin kain batik cap adalah Musa, yang
tinggal di rumah sekaligus menjadi workshop di dusun Tarudan Kulon,
Bangunharjo, Sewon, Bantul. Pada awalnya, Musa hanya membantu ayahnya
memproduksi batik cap, namun sejak tahun 2005 dia mencoba membuka
workshopnya sendiri hingga sekarang.

Menurut Musa, membuat batik cap tidak bisa dilakukan dengan sambil lalu.
Diperlukan ketekunan dan ketelitian dalam mengerjakannya. Proses ini tidak bisa
dikerjakan dengan cepat. Peralatan yang dibutuhkan pun juga tidak sederhana.
Ada tahapan-tahapan yang harus dilewati menggunakan alat-alat tertentu untuk
menghasilkan batik yang baik.

Yang pertama tentu saja gambar disain. Disain ini digunakan sebagai acuan
pewarnaan dan dipakai sebagai pola pembuatan stempel. Cap atau stempel ini
terbuat dari plat tembaga yang dicetak berdasarkan gambar disain yang nantinya
digunakan untuk mengecap pada kain dengan malam.
Ada kalanya kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis.

Proses pengecapan kain dilakukan di atas meja khusus yang dilapisi plastik, busa
basah, kertas semen dan kertas mika. Disiapkan pula kompor menyala dengan
wajan datar terbuat dari tembaga di atasnya untuk memanaskan malam supaya
mencair. Setelah semuanya siap, kain digelar di atas meja. Stempel yang sudah
dicelupkan ke dalam cairan malam kemudian dicapkan ke atas kain. Setelah
selesai, kain diganti dengan yang baru dan proses tersebut dilakukan lagi hingga
lembaran kain terakhir. Proses ini bisa dilakukan dengan satu atau lebih
stempel/cap, sesuai disain.

Tahap berikutnya adalah pewarnaan. Kain yang telah dicap kemudian dicelupkan
ke dalam bak yang berisi cairan pewarna. Kain direndam dan diaduk hingga
warna merasuk dan rata pada kain. Setelah itu kain diangin-anginkan hingga
kering.

Ada kalanya, kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau
tulis. Fungsinya untuk mengisi bidang yang akan dipertahankan warnanya. Atau
bisa juga dengan tambahan mencoletkan beberapa warna tambahan kemudian
ditutup dengan malam/dibatik. Setelah dibatik, kembali dilakukan pewarnaan.
Proses ini sama seperti pewarnaan sebelumnya.

Apabila pewarnaan dan pengeringan telah selesai, dilakukan


proses Pelorodan atauNglorod, yaitu menghilangkan lilin/malam yang sebelumnya
dicapkan dan dibatikkan pada kain. Proses ini dilakukan dengan cara
mencelupkan kain dan diaduk-aduk dalam air mendidih yang telah dicampur
dengan zat yang memudahkan malam atau lilin yang menempel terlepas. Setelah
selesai, kain dicuci hingga bersih dan dijemur. Akhirnya selesailah sudah proses
pembuatan batik cap dan kain siap dipakai.

Musa, anak muda dari dusun Tarudan ini secara konsisten mengerjakan proses
batik cap hingga hari ini. Ia menyadari, sudah tidak banyak generasi muda yang
mau melakukan pekerjaan seperti yang ia lakukan saat ini. Hal itu setidaknya
tertangkap sebagai sebuah peluang bagi Musa, semakin sedikit peminat yang
bermain, secara bisnis bisa menguntungkan bagi usaha dan kreatifitasnya.
Melihat kreatifitas dan kesabaran dalam setiap proses karya batik yang dibuat,
harga mahal atau murah itu menjadi sangatlah relatif. Salam Kratonpedia.

Kain polos disiapkan untuk dibatik. Jenisnya ada bermacam-macam.


Wajan datar terbuat dari tembaga berisi malam/lilin cair.

Pengecapan dilakukan di atas meja dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika.
Kain sutra yang telah melewati tahap pengecapan.

Musa melakukan proses pewarnaan.


Bak yang digunakan untuk mewarnai kain.

Kain yang sudah diwarna kemudian diangin-anginkan hingga kering.


Kreasi batik cap yang sudah jadi.

Anda mungkin juga menyukai