Masih ingat dengan batik Cap ? Batik cap adalah batik yang pembuatannya atau
penempelan lilin malamnya menggunakan canting cap. Cara kerja canting cap adalah
seperti ketika kita menggunakan stempel. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba
berlatih membuat batik cap dengan alat dan bahan sederhana. Canting cap ini kta ganti
dengan bahan alam seperti pelepah pisang, ketela, belimbing, daun-daunan, tangkai daun
pepaya dan sebagainya. Untuk pengganti lilin malamnya kita gunakan cat air atai
pewarna makanan. Dan sebagai ganti wajan kita gunakan tatakan yang diberi kapas atau
kain. Motif yang dapat kita buat untuk cap sederhana ini umumnya lebih banyak ke motif
buketan. Apa itu motif buketan ?
Motif buketan adalah motif yang berbentuk rangkaian bunga. Motif ini sangat terkenal
sebagai salah satu motif batik Pekalongan. Sangat mudah bukan ??
Berikut adalah contoh hasil batik cap sederhana
PENGERTIAN BATIK CAP
Batik Cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting
cap. Canting cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga
membentuk corak atau motif pada salah satu permukaannya. Pembuatan
canting cap dilakukan oleh orang yang memang ahli dalam hal tersebut.
Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis
dengan alasan bahwa tembaga memiliki sifat lentur, mudah dibuat pola dan
tahan terhadap panas.
Permukaan canting cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat dari
besi tipis dan kuat. Cara kerja canting cap ini sama dengan ketika
menggunakan stempel. Hanya saja kita tidak menggunakan tinta sebagai
jejak perintangnya, namun yang digunakan adalah cairan lilin (malam). Pada
perkembangannya canting cap banyak mendapat pengaruh dari India dan
Cina, bahkan sekarang sebagaian orang ada yang menggunakan cukilan kayu
sebagai canting cap. Tentu dengan pertimbangan keunikan efek yang
dihasilkan pada corak atau motif yang dihasilkan.
Pada awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola atau motif
pinggiran, namun kini canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada
seluruh permukaan kain. Hal ini karena dengan cara seperti ini akan
dihasilkan pekerjaan yang lebih cepat, efektif dan efisien. Proses pemalaman
(pengecapan) atau perintangan ini tentu saja tidak sesederhana yang
diterangkan di atas. Pemalaman (pengecapan) dapat dilakukan beberapa kali
tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Setiap perajin yang ingin
menghadirkan warna tertentu dalam batik maka bagian lain yang tidak akan
diwarnai harus ditutup dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti
dengan proses pelorodan, yaitu proses melepaskan malam dari permukaan
kain.
Proses pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan
canting tulis. Makin banyak warna yang dibutuhkan makin sering pula proses
pemalaman, pencelupan, dan pelorodan dilakukan. Namun dalam hal
kerumitan, ketelitian, dan kesinambungan keseluruhan coraknya, hasil
batikan canting cap tidak sebaik dan sehalus batik yang dikerjakan dengan
canting tulis. Proses membatik terbagi atas tahap pemalaman, pewarnaan,
dan penghilangan malam. Tahap-tahap tersebut didahului oleh persiapan
kain yang harus memenuhi kualitas kehalusan, daya serap serat kain
terhadap zat warna, daya tahannya terhadap zat kimia dan perubahan suhu.
Kelebihan batik cap ini selain pengerjaannya lebih cepat, juga dapat
membuat batik dengan motif yang sama secara massal atau bersama-sama
dalam jumlah yang banyak. Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam
batik tulis. Selain itu batik cap memiliki harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan batik tulis.
Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang
terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada
kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik
menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak
menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel
pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki
kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik
karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola
antara pinggir motif dan tengahnya.
Proses Pembuatan
Cara kerja Mesin Cetak Batik (membatik) pada dasarnya adalah menutup
permukaan kain batik dengan malam batik cair (wax) agar ketika kain dicelup
kedalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam batik tersebut tidak ikut kena warna.
Teknik cetak batik seperti ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Wax-Resist
Dyeing. Jika proses membuat motif batik dilakukan dengan cara “ditulis” dengan
menggunakan alat cetak yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis.
Istilah Batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa yaitu Amba dan Titik. Amba artinya kain
dan titik adalah cara memberi motif pada kain dengan menggunakan malam batik cair
dengan cara di titik-titik.
Ada juga jenis batik tradisional yang pembuatan motif batiknya
menggunakan mesin cetak khusus batik yang terbuat dari logam
dengan motif-motif batik tertentu. Batik yang dibuat dengan cara
mirip stempel / cap seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik
stempel.
a. Batik tulis
c. Batik Printing
Garam Diazo
Napthol
tuakuning
merah muda
abu-abu
merah bata
d. Canting atau Cap. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat
motif / gambar pada kain batik yang memiliki beberapa nama sesuai dengan
fungsinya, yaitu:
- Canting Cecek, yang memiliki lubang kecil biasa digunakan untuk membuat motif
gambar yang detil.
- Canting Tembok, yaitu canting yang memiliki ukuran lubang besar yang
biasa digunakan untuk menutup bidang motif yang agak luas.
a. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih dan disetrika lebih dahulu, agar
proses pewarnaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Dalam sebuah wadah mangkok plastik, buatlah larutan Napthol dan garam
Diazol, dengan perbandingan 1 sendok makan napthol dicampur 2-3 sendok
TRO (Turkish Red Oil), aduk hingga rata dan mengental. Setelah itu
tuangkan sedikit air mendidih dan aduk hingga tercampur rata lalu masukkan
1 sendok teh soda api sampai ada reaksi larutan menjadi jernih. Larutan yang
sudah jernih tersebut tuangkan ke dalam ember plastik berukuran sedang
(ukuran 20 liter) yang sudah berisi air 1/3 nya, lalu aduk hingga rata.
c. Buatlah sketsa motif batik pada kain tersebut dengan menggunakan pensil
yang memiliki tingkat kekerasan sedang, misalnya pensil jenis B. Jika akan
membuat motif yang sama pada kain yang lain, sebaiknya kita membuat
gambar motif tersebut pada selembar kertas agar dapat dijadikan sebagai
acuan untuk menjiplaknya berulang-ulang.
d. Panaskan malam batik dalam wadah yang berbentuk seperti wajan kecil
(kenceng) diatas api kompor kecil, dan setelah malam batik itu cair
tutup motif batik yang telah dibuat tadi dengan malam cair ini dengan
menggunakan canting. Gunakan canting yang memiliki ukuran lubang yang
sesuai dengan ukuran garis motif tadi.
e. Setelah selesai menutup motif pertama, celup kain tersebut ke dalam
pewarna kain yang paling cerah / warna paling muda hingga rata, selanjutnya
keringkan dengan cara direntangkan ditempat terbuka tapi tidak
terkena sinar matahari langsung untuk menghindari pemudaran
warna celupan.
Meja cap yang digunakan dalam membuat batik cap terbuat dari
kayu, yang pada bagian permukaan meja dilapisi dengan busa
(spoon) yang sudah dilapisi dengan plastik perlak untuk
mengoptimalkan hasil cap-capan dan sekaligus menghindari agar
malam tidak lengket pada meja maka busa (spoon) harus dalam
keadaan basah.
STRUKTUR CANTING CAP
KETERANGAN :
1. Permukaan / penampang canting cap
2. Penahan permukaan canting cap
3. Konstruksi Penguat
4. Gagang canting cap
5. Kayu pegangan canting cap
Raport (Sanggit : bahasa Jawa) adalah susunan dari pola motif batik yang
saling menyambung sisi-sisinya ada 5 macam sesuai dengan cara
menjalankan canting cap diantaranya adalah :
1. Raport Tubrukan
2. Raport Onda onde
3. Raport Lereng
4. Raport Mubeng
5. Raport Mlampah Sareng.
Kain batik tulis masih menjadi barang yang eksklusif. Namun karena
perkembangan jaman dan lajunya perkembangan teknologi, kini sudah banyak
beredar teknik membatik dengan biaya yang lebih murah, yaitu teknik printing dan
cap. Dalam teknik batik printing, pola telah dicetak di atas alat sablon, sehingga
pembatikan dan pewarnaan bisa dilakukan secara langsung. Bisa dikerjakan
dengan cepat dan massal, sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih
murah. Sedangkan dalam batik cap masih menggunakan metode yang digunakan
dalam batik tulis, yaitu menggunakan malam (lilin panas) yang dicapkan dengan
alat semacam stempel di atas kain.
Berbagai corak cap/stempel yang terbuat dari tembaga tersimpan rapi di dalam rak.
Kerajinan batik cap menjadi salah satu media alternatif dalam menterjemahkan
kreatifitas disain kain batik. Salah satu pengrajin kain batik cap adalah Musa, yang
tinggal di rumah sekaligus menjadi workshop di dusun Tarudan Kulon,
Bangunharjo, Sewon, Bantul. Pada awalnya, Musa hanya membantu ayahnya
memproduksi batik cap, namun sejak tahun 2005 dia mencoba membuka
workshopnya sendiri hingga sekarang.
Menurut Musa, membuat batik cap tidak bisa dilakukan dengan sambil lalu.
Diperlukan ketekunan dan ketelitian dalam mengerjakannya. Proses ini tidak bisa
dikerjakan dengan cepat. Peralatan yang dibutuhkan pun juga tidak sederhana.
Ada tahapan-tahapan yang harus dilewati menggunakan alat-alat tertentu untuk
menghasilkan batik yang baik.
Yang pertama tentu saja gambar disain. Disain ini digunakan sebagai acuan
pewarnaan dan dipakai sebagai pola pembuatan stempel. Cap atau stempel ini
terbuat dari plat tembaga yang dicetak berdasarkan gambar disain yang nantinya
digunakan untuk mengecap pada kain dengan malam.
Ada kalanya kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis.
Proses pengecapan kain dilakukan di atas meja khusus yang dilapisi plastik, busa
basah, kertas semen dan kertas mika. Disiapkan pula kompor menyala dengan
wajan datar terbuat dari tembaga di atasnya untuk memanaskan malam supaya
mencair. Setelah semuanya siap, kain digelar di atas meja. Stempel yang sudah
dicelupkan ke dalam cairan malam kemudian dicapkan ke atas kain. Setelah
selesai, kain diganti dengan yang baru dan proses tersebut dilakukan lagi hingga
lembaran kain terakhir. Proses ini bisa dilakukan dengan satu atau lebih
stempel/cap, sesuai disain.
Tahap berikutnya adalah pewarnaan. Kain yang telah dicap kemudian dicelupkan
ke dalam bak yang berisi cairan pewarna. Kain direndam dan diaduk hingga
warna merasuk dan rata pada kain. Setelah itu kain diangin-anginkan hingga
kering.
Ada kalanya, kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau
tulis. Fungsinya untuk mengisi bidang yang akan dipertahankan warnanya. Atau
bisa juga dengan tambahan mencoletkan beberapa warna tambahan kemudian
ditutup dengan malam/dibatik. Setelah dibatik, kembali dilakukan pewarnaan.
Proses ini sama seperti pewarnaan sebelumnya.
Musa, anak muda dari dusun Tarudan ini secara konsisten mengerjakan proses
batik cap hingga hari ini. Ia menyadari, sudah tidak banyak generasi muda yang
mau melakukan pekerjaan seperti yang ia lakukan saat ini. Hal itu setidaknya
tertangkap sebagai sebuah peluang bagi Musa, semakin sedikit peminat yang
bermain, secara bisnis bisa menguntungkan bagi usaha dan kreatifitasnya.
Melihat kreatifitas dan kesabaran dalam setiap proses karya batik yang dibuat,
harga mahal atau murah itu menjadi sangatlah relatif. Salam Kratonpedia.
Pengecapan dilakukan di atas meja dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika.
Kain sutra yang telah melewati tahap pengecapan.