Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BATIK GARUT

Disusun oleh :
Aldi Kamal Firdaus
Divia
Hisvan Faujian
Nengsih
Siti Hana Khoerunisa
Siti Nurjanah
Rahmawati

SMA NEGERI 1 PLERED

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang karena limpahan dan anugerah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Serta shalawat beriring salam
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Adapun makalah ini penulis rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang
sajiannya penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini dapat
menambah pengetahuan kita tentang Batik garut

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengahrapkan kritik dan saran
guna lebih menyempurnakan penulisan makalah pada masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan
kita.

Purwakarta, 1 November 2017


DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................
C. TUJUAN .............................................................................................................
D. MANFAAT .........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORITIS ...........................................................................................

A. PENGERTIAN BATIK ......................................................................................


B. SEJARAH BATIK GARUT ...............................................................................
C. MOTIF BATIK GARUT ....................................................................................

BAB III ISI .....................................................................................................................

A. PROSES PEMBUATAN ....................................................................................

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................

A. KESIMPULAN ...................................................................................................
B. SARAN ...............................................................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak berabad-abad lamanya, batik telah berkembang di Indonesia seirama dengan


perkembangan lingkungarmya. Dahulu,batik digunakan dalam upacara keagamaan atau
acara yang bersifat ritual, khususnya di lingkungan keraton. Hingga kini batik masih
dipakai dalam upacara-upacara resmi seperti perkawinan Jawa. Batik adalah salah satu
wujud tekstil tradisional Indonesiayang telah mengalami perkembangan desain, perjalanan
masa, dam sentuhananeka budaya. Sampai saat ini, belumditemukan bukti arkeologis
yangmenjelaskan kapan batik dikenal di Nusantara.Sebagai karya kreasi bangsa,
batikmempunyai arti yang berkaitan dengantradisi, kepercayaan, dan norma-norma yang
berlaku maupun perilaku masyarakatnya. Seperti tercermin pada motif dan warnanya yang
berkembang di lingkunagan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, atau di kalangan
bangsawan (ningrat) maupun yang terdapat di pesisir.

Pada umumnya batik yang berkembang di luar keraton tampak dinamis, dan cepat
berubah dengan corak yang beraneka ragam. Batik jenis ini merupakan mata dagangan
yang menyandarkan pada motif dan warnanya sesuai dengan permintaan pembeli.
Meskipun seringkali terjadi saling pengaruh mempengaruhi antara batik keraton dengan
batik pesisir (di luar keraton). Ditinjau dari disiplin ilmu desain/kriya tekstil batik dapat
digolongkan pada jenis desain permukaan (surface design), yaitu suatu proses/upaya untuk
memperkaya atau mendekorasi permukaan tekstil (kain). Alat yang digunakan untuk
menggambar pada kain mori memakai canting dan prosesnya disebut membatik (mbatik).
Dalam perkembangannya dipergunakan alat-alat lain yang lebih balk untuk mempercepat
proses pengerjaarmya dengan menggunakan cap. Pengerjaan mencap dapat menghasilkan
motif batik, meskipun Bari segi mutu tidak mungkin mengimbangi batik tulis Dengan
demikian sampai saat ini dikenal istilah dengan sebutan tulis' dan 'batik cap', yang
keduanya disebut batik. Hasil penggambaran batik kemudian antara lain disebut dengan
nama ragam hias atau dikenal dengan motif. Umumnya penampilan motif sangat
dipengaruhi dan erat hubungannya dengan faktor-faktor seperti letak geografis pembuat
batik, sifat dan tata kehidupan, kepercayaan dan adat, keadaan alam, dan adanya kontak
atau hubungan antar daerah pembatikan (Djomena, 1990: 1).01eh karena itu untuk
mengetahui seni batik dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti proses pembuatan, mutu
pembatikan, serta motif dan warnanya. Sebagai akibat dari letak geografis kepulauan
Indonesia yang berada di jalur perdagangan, terutama daerah pesisir sedikitnya telah
mempengaruhi kebudayaan (seni) setempat. Selain di Jawa Tengah, batik berkembang di
Propinsi Jawa Barat yang juga memiliki corak dan ciri khas yang unik. Di antara kota-kota
di Jawa Barat yang menghasilkan batik adalah Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Ciamis
dan Garut. Salah satu kota yang sampai saat ini masih mempertahankan tradisi membatik
adalah Garut, batiknya disebut Batik Garut Asli. Motif batik Garut termasuk jenis batik
pesisir yang bersifat naturalis, sedangkan warna khasnya adalah warna gumading
(Djoemena, 1990: 51). Namun demikian terdapat persamaan atau pengaruh ragam bias
daerah Yogya dan Solo, maupun daerah di Jawa Barat sendiri seperti Cirebon dan
Indramayu dengan penyesuaian selera dan gaya garutan. Ditinjau dan Untuk mengetahui
perkembangan batik Garut yang berkaitan dengan definisi, sejarah, motif dan proses
pembuatan perlu dilakukan suatu kajian teoretik maupun empirik. Dengan demikian
diharapkan dapat mengungkapkan keberadaan batik Garut untuk dapat dikembangkan
untuk masa mendatang.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah batik Garut, yang meliputi dasar pemikiran (konsep) yang
melatar belakangi penciptaannya.
2. Bagaimana motif, dan proses pembuatannya.
3. Apakah ada makna simbolik yang terkandung pada batik Garut.

Tujuan

1. Mengetahui definisi batik


2. Mengetahui dasar pemikiran (konsep) penciptaan batik Garut.
3. Mengetahui perwujudan motif dan proses pembuatannya.
4. Mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam batik Garut.

Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui lebih dalam tentang
Batik Garut

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Batik

Batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi
bagian-bagian tertentu dengan mempergunakan perintang. Zat perintang yang sering
digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang telah selesai digambari dengan
mempergunakan malam tersebut kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah
melalui proses pencelupan, malam dihilangkan dengan cara `merebus' kain. Akhirnya
dihasilkan sehelai kain yang disebut batik atau batikan berupa beragam motif yang
mempunyai sifat-sifat khusus (Hamzuri, 1989: VI). Ditinjau dari disiplin ilmu desain/kriya
tekstil batik dapat digolongkan pada jenis desain permukaan (surface design), yaitu suatu
cara untuk memperkaya atau mendekorasi permukaan tekstil (kain). Alat yang digunakan
untuk menggambar pada kain mori ialah canting dan prosesnya disebut membatik. Dalam
perkembangannya dipergunakan alat-alat lain yang lebih baik untuk mempercepat proses
pengerjaannya yaitu dengan menggunakan 'cap'. Pengerjaan mencap dapat menghasilkan
motif batik, meskipun dari segi mutu tidak mungkin mengimbangi batik tulis. Dengan
demikian sampai saat ini dikenal istilah dengan sebutan batik tulis dan batik cap, yang
keduanya disebut batik. Hasil penggambaran batik kemudian antara lain disebut dengan
nama ragam hias atau dikenal dengan motif. Umumnya penampilan motif sangat
dipengaruhi dan erat hubungannya dengan faktor-faktor seperti letak geografis pembuat
batik, sifat dan tata kehidupan, kepercayaan dan adat, keadaan alam, dan adanya kontak
atau hubungan antar daerah pembatikan (Djoemena, 1990: 1). Oleh karena itu untuk
mengetahui seni batik dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti proses pembuatan, mutu
pembatikan, serta motif dan warnanya. Sebagai akibat dari letak geografis kepulauan
Indonesia yang berada di jalur perdagangan, terutama daerah pesisir sedikitnya telah
mempengaruhi kebudayaan (seni) setempat.

Sejarah Batik Garut


Batik Garut berasal dari warisan nenek moyang, yang berlangsung secara turun
temurun, dan telah berkembang cukup lama sebelum masa kemerdekaan Indonesia.
Hingga pada tahun 1945 Batik Garut semakin populer dengan sebutan Batik Tulis
Garutan, yang mengalami masa kejayaan antara tahun 1967 – 1985. Namun karena
keterbatasan bahan, dan modal serta lemahnya startergi pemasaran yang diterapkan, maka
para penerus generasi dari Batik Garut mengalami penurunan. Karena adanya persaingan
yang cukup hebat dari produsen batik lain yang menggunakan teknik lebih modern seperti
mesin printing dalam pembuatannya.

Namun seni batik tetap tumbuh “subur” di Indonesia dan dikenal oleh seluruh lapisan dan
kalangan, jika anda perhatikan tidak ada perubahan yang mencolok antara produk batik
terdahulu dengan yang ada pada saat ini, karena pemilihan bahan, corak dan cara
pembuatannya masih menggunakan “resep” yang digunakan oleh pembatik jaman dahulu,
karena “resep” yang cukup simple maka batik menjadi seni dan kerajinan yang mudah
untuk dipelajari oleh banyak orang. Hanya mungkin sedikit diperlukan ketelitian,
kesabaran dan kreatfitas untuk menghasilkan batik yang mempunyai kualitas baik.

Batik garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun berfungsi juga untuk
memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif batik Garut merupakan cerminan
dari kehidupan sosial budaya, falsafah hiup, dan adat istiadat orang Sunda. Motif-motif
batik Garut dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya, selain itu
bermotif flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan
bentuk kawung atau belah ketupat. Warnanya diominasi oleh warna krem dipadukan
dengan warna-warna cerah lainnya yang merupakan karakteristik khas batik garutan. Saat
ini pengolahan btik garutan terkonsentrasi di Garut kota.

Motif Batik Garut

Menurut Djoemena (1990:51) motif batik Garut bersifat naturalistik dan menggambarkan flora
dan fauna dari alam sekitarnya. Selain itu, motif batik Garut pun mendapat pengaruh dari motif
batik Solo, Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan, dan bahkan pengaruh Cina. Pengaruh-pengaruh
tersebut kemudian diolah sesuai dengan gaya dan selera Garut. Pengaruh ragam hias atau motif
batik Solo - Yogya ialah motif kawung, parang, dan liman. Sedangkan pengaruh Cirebon tampak
pada motif Arjuna Menekung dan pada motif Kraton Galuh. Pada kedua motif tersebut terdapat
motif wadasan yang merupakan ciri khas batik Cirebon. Sedangkan pengaruh Indramayu tampak
pada motif Merak Ngibing dan pengaruh Cina tampak pada motif banji dan angkin. Pengaruh
batik Pekalongan pada batik Garut bukan pada motif tetapi pada warna seperti tampak pada
motif Terang Bulan. Berbeda dengan batik Solo atau Yogyakarta yang sanat dengan makna
filosofis, motif batik Garut tidaklah mengandung makna atau perlambang tertentu (Djoemena,
1990: 57). Penamaan pada motif batik Garut lebih ditekankan pada segi visual, misalnya Lereng
Surutu. Dinamai demikian karena coraknya mirip bentuk cerutu. Penamaan pada motif pun
seringkali tergantung pada si pemakai atau si pemesan corak tertentu, misalnya saja corak Lereng
Camat. Dinamai demikian karena corak tersebut dikenakan oleh isteri seorang camat. Demikian
juga halnya dengan motif Lereng Dokter, dinamai demikian karena motif tersebut dibuat untuk
pertama kalinya atas pesanan isteri seorang dokter. Sedangkan motif Drintin diilhami oleh
keberadaan Kebun Binatang yang terletak di Kota Bandung. Kata Drintin itu sendiri berasal dari
bahasa Belanda dieren tuin yang berarti kebun binatang.

BAB III

ISI

Proses Pembuatan

Bahan dasar pembuatan kain batik ialah kain katun yang biasa disebut mori. Kain mori ini
terdiri dari beberapa jenis, dari jenis yang paling kasar, seperti belacu, sampai ke kain mori
yang halus. Kain mori yang halus pun terdiri dari beberapa jenis, yaitu primissima dan
prima. Dalam perkembangannya, batik tidak saja mempergunakan bahan dasar yang
terbuat dari katun tetapi juga terbuat dari sutera. Kain batik yang terbuat dari sutera
memerlukan perlakuan khusus utamanya dalam proses penghilangan malamnya. Selain
pada sutera, sekarang batik pun dapat dilakukan pada kain yang terbuat dari serat wol,
tetapi batik pada kain wol tidak begitu populer karena mahalnya bahan baku..

Salah satu daerah pembatikan di Jawa Barat yang memilild ciri khas dalam hal motif dan
warna adalah Garut. Batik Garut memiliki warna yang khas yaitu warna gumading , biru
tua, merah tua, hijau tua, coklat kekuningan dan ungu tua. Batik Garut pun mengenal
warna sogan (coklat), tetapi warna sogan pada batik Garut sama dengan warna sogan pada
batik di Solo atau Yogyakarta. Pada batik Garut warna sogannya ialah warna coklat muda
kekuningan dan warna tersebut menajdi ciri khas yang kuat dari batik Garut. (Djoemena,
1990: 51).

Proses pembatikan yang dilakukan di Garut tidak jauh berbeda dengan proses-proses yang
dilakukan di daerah-daerah pembatikan lainnya di Jawa. Secara umum proses pembuatan
batik garutan melalui tahapan sebagai berikut:

PROSES DASAR PADA KAIN

Langkah pertama dalam pembuatan batik ialah memproses kain dasar yang akan dibatik,
tujuannya ialah untuk mempertinggi kualitas kain sehingga mempermudah penerapan
proses-proses berikutnya. Proses dasar pada kain dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

- Mencuci. kain dicuci dengan tujuan untuk menghilangkan kanji yang melekat pada
kain yang berasal dari pabrik Tujuannya ialah untuk mempermudah ngateli dan
pewarnaan. Cara penghilangan kanji dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu dengan
cara perendaman dalam air biasa atau perendaman dengan mempergunakan larutan
asam.
- Ngateli. Proses ini ialah proses pemasakan kain sebelum dilakukan proses
pewarnaan. Tujuan dari pemasakan ialah untuk menghilangkan zat-zat kimiawi
yang menempel pada serat. Proses ini dilakukan dengan cara penyabunan dalam
alkali. Zat kimia yang dipergunakan dalam proses ini ialah KCO2 (air abu
merang), NaCO2 (soda abu), NaOH (kostik soda). Bahan lainnya yang
dipergunakan ialah minyak kacang, minyak ajrak, minyak nyamplung, dan minyak
klenteng.
- Penganjian. Penganjian dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar susunan
benang pada kain tetap stabil dan untuk menjaga agar malam tidak dapat
menembus serat benang sehingga mudah dalam proses melorod. Penganjian ini
dilakukan dengan mempergunakan larutan kanji cair.
- Ngemplong. Proses ngemplong dilakuan dengan tujuan untuk menghaluskan
permukaan kain, sehingga kain tersebut memiliki permuklaan yang rata.
Permukaan kain yang rata sangat dibutuhkan untuk mempermudah proses
pemalaman dan pewarnaan. Proses ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: kain
yang akan dibatik dilipat sebanyak enam belas (16) lipatan kemudian kain tersebut
dipukuli dengan mempergunakan pemukul kayu dan sebagai alasnya dipergunakan
sebilah kayu yang permukaannya licin.

PROSES PEMALAMAN

Proses pemalaman ialah proses penggambaran di atas kain dengan memperguna-kan


canting dan cairan lilin (malam) panas. Proses pemalaman ini melalui tiga tahapan, yaitu
nglowongi, nembok, mbironi dan nonyok.

PROSES PEWARNAAN

Proses pewarnaan pada batik dilakukan dengan cara celup dingin, dan proses pewarnaan
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

- Pencelupan. Proses pencelupan pada batik dibagi dalam beberapa tahapan sesuai
dengan jenis zat warna yang harus digunakan. Tahapan tersebut adalah pencelupan
dengan nila, pencelupan dengan naphtol, pencelupan dengan indigosol, pencelupan
dengan soga alam, pencelupan dengan ergan soga, dan pencelupan dengan soga
garam atau koppel soga.
- Pencoletan. Pencoletan adalah proses pemberian warna pada bagian-bagian dari
corak atau motif yang berikuran kecil dengan mempergunakan kuas yang terbuat
dari bambu. Zat warna yang dipergunakan dalam pencoletan ini ialah indigososl,
naphtol, dan rapid.
PROSES MELOROD

Proses melorod ialah proses penghilangan Jilin atau malam dari kain. Penghilangan malam
tersebut dilakukan dengan cara merebus kain dalam air mendidih. Selain dengan cara
melorod, proses penghilangan malam juga dapat dilakukan dengan cara ngerok.
Pengerokan inipun dilakukan ketika kain berada dalam rebusan air mendidih. Sebelum
dilakukan pengerokan kain harus dilrendam dulu supaya kanji yang melapisi kain tersebut
menjadi lunak dengan demikian proses pengerokan akan menjadi mudah.

PROSES AKHIR

Proses akhir pada batik terdiri dari tiga langkah, yaitu :

- proses pemberian kanji, nguwuk, dan melipat kain. Proses pemberian kanji
dilakukan setelah seluruh malam yang menempel pada kain telah berhasil
dihilangkan, sedangkan kekentalan kanji yang dipergunakan disesuaikan dengan
jenis kain morinya. Kain mori yang kasar, seperti blacu, memerlukan kanji yang
kental. Setelah proses pemberian kanji selesai maka kain batik tersebut dijemur
hingga kering.
- Nguwuk. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan permukaan kain
batik tersebut mengkilat. Caranya ialah dengan menggosokkan benda halus ke atas
seluruh permukaan kain batik yang telah selesai dikanji tadi. Dalam proses
penggosokan itu dapat pula diberikan lapisan parafin. Proses nguwuk biasanya
dilakukan pada kain batik yang terbuat dari kain mori yang kasar.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Perwujudan batik Garut mengandung unsur perlarnbanga.n yang berhubungan dengan


kepercayaan tertentu. Ragam hiasnya sering kali menghadirkan bentuk yang ada di
lingkungan daerahnya sebagai dekorasi semata. Bentuk-bentuk tersebut di antaranya
geometrik, flora, fauna dengan pewarnaan yang khas.

SARAN

Perlu adanya upaya untuk mempromosikan produk batik Garut agar lebih dikenal baik
di dalam negeri maupun di luar negeri khususnya dari pemeritah daerah Kabupaten
Garut.

DAFTAR PUSTAKA

http://batik-tulis.com/blog/batik-garut/

https://www.pemoeda.co.id/blog/batik

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-sejarah-dan-jenis-batik-indonesia/

https://www.academia.edu/3799385/BATIK_GARUT_KAJIAN_BENTUK_DAN
_WARNA

https://www.academia.edu/11290249/MAKALAH_TENTANG_BATIK

Anda mungkin juga menyukai