Anda di halaman 1dari 3

WAYANG YANG HAMPIR SIRNA

Di tengah perbukitan yang hijau, tersembunyi sebuah desa yang sangat kental dengan budaya
wayang. Desa ini adalah tempat di mana setiap aspek kehidupan sehari-hari diwarnai oleh keindahan
dan kearifan wayang kulit. Desa ini memiliki sejarah panjang dalam seni wayang kulit. Warga desa
hidup dalam harmoni dengan alam, mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh dalam lakon wayang untuk
mengisi kehidupan mereka. Di desa ini aku tinggal dan menghabiskan masa kecil hingga remaja ku
disini aku hidup sebagai seorang anak remaja yang sangat menyukai wayang dan ingin kebudayaan
wayang tidak hilang dan akan terus terjaga kelestariannya.

Namaku Setyo aku adalah seorang anak remaja yang duduk di bangku kelas 3 SMA aku di
besarkan oleh kedua orang tua yang bekerja sebagai pengrajin wayang kulit. Selain membuat wayang
ayahku juga bisa menjadi seorang dalang kalau di desa ku mengadakan pertunjukkan wayang kulit,
masyarakat yang tinggal di desa ini sangat antusias dengan pertunjukkan wayang, mereka selalu ramai
berdatangan untuk menonton wayang mulai dari anak-anak hingga orang tua. Aku juga sama seperti
mereka, aku senang menonton pertunjukkan wayang bersama teman-teman ku apalagi jika dalangnya
adalah ayah ku sendiri, aku sangat bangga padanya.

Selain karena dibesarkan dan tinggal di lingkungan yang dekat dengan budaya pewayangan,
alasanku menyukai wayang juga karena sifat-sifat beberapa lakon wayang itu sendiri sangat inspiratif
banyak pesan pesan kehidupan di dalam kisah mereka dan bisa di jadikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu kehidupan di desa ku mulai berubah, masyarakat mulai mengikuti
perkembangan zaman yang semakin modern. Mulai banyak warga yang lebih senang dan
menghabiskan waktu mereka dengan bermain social media, Aku pun ikut merasakannya aku jadi
lebih suka bermain game online dibandingkan bermain permainan tradisional yang biasa ku lakukan
dengan teman-teman yang lain.

Hingga Pada suatu hari, ayahku ingin mengadakan pertunjukkan wayang kulit. aku ikut
membantunya untuk melakukan persiapan dan apa saja yang akan dibutuhkan. Saat aku membantu
nya, Ayah ku memberitahuku jika belakangan ini warga yang menonton pertunjukkan wayang mulai
berkurang dan tidak seantusias dulu, mendengar omongan ayahku aku mulai berfikir dan bertanya
kepada ayah “Bagaimana jika mereka sudah tidak menyukai wayang lagi? Aku takut jika wayang
akan dilupakan dan tidak akan ada lagi,” ujarku kepada ayah. “Wayang tidak akan hilang dan akan
terus ada jika seseorang tetap mau menjaga dan melestarikannya.” Jawab ayah. Aku mengangguk,
tetapi masih merasa khawatir. "Tapi, ayah, bagaimana caranya? Bagaimana kita bisa membuat orang-
orang kembali tertarik pada wayang?" Ayah merenung sejenak. "Kita bisa mulai dengan memberikan
contoh. Kita bisa mengajak teman-teman kita untuk menyaksikan pertunjukan wayang yang tersisa
dan yang paling penting kita bisa mempelajari seni ini lebih dalam, sehingga kita bisa berbicara
tentangnya dengan penuh semangat dan pengetahuan." Aku tersenyum dan merasa lega mendengar
saran ayah. "Terima kasih, ayah. Aku ingin menjadi bagian dari usaha untuk menjaga wayang tetap
hidup di hati semua orang."

Aku mencoba melakukan apa yang dikatakan oleh ayahku dengan harapan wayang mulai
banyak disukai lagi dan warga di desa ini tidak melupakan budaya mereka. Disekolah aku mulai
mengajak teman-teman untuk pergi menyaksikan pertunjukkan wayang yang akan diadakan di hari
itu, tapi beberapa dari mereka menolak dengan berbagai alasan. Sebenarnya itu hak mereka untuk ikut
atau menolak ajakan ku, aku tidak bisa menyalahkan mereka meskipun aku merasa sedih karena dulu
mereka senang sekali jika ada pertunjukkan wayang. Aku rindu masa-masa di mana pergi bersama
dengan teman-teman untuk menyaksikan wayang tapi mungkin mereka memang punya urusan yang
harus dilakukan di hari itu dan aku berharap bukan karena mereka tidak suka lagi menonton wayang.

Kehidupan di desa ku semakin hari semakin banyak yang berubah, kebiasaan warga sudah
sangat berubah mereka tidak lagi tertarik dan peduli terhadap budaya wayang yang sudah menjadi ciri
khas di desa ini. Pertunjukkan wayang sudah jarang diadakan bahkan jika diadakan pun sangat sedikit
orang yang datang untuk menonton, nilai-nilai dari budaya wayang seketika hilang begitu saja begitu
cepat dampak dari kemajuan teknologi mengubah semuanya. Saat itu aku sudah menjadi seorang
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang ada di kota, aku memilih untuk pergi melanjutkan
Pendidikan ku dengan salah satu harapan ku ialah bisa menambah wawasan dan menjadi seorang
yang bisa membawa perubahan di masyarakat salah satu nya adalah bisa membangun kembali
kebudayaan wayang yang hampir dilupakan.

Setelah beberapa waktu kemudian libur semester tiba dan aku memutuskan untuk pulang ke
desa bertemu dengan orang tua dan keluargaku aku sangat merindukan mereka, sesampainya disana
aku mulai melakukan rencanaku untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali kebudayaan
wayang kepada masyarakat di desa ini. Hal pertama yang aku lakukan adalah mendekati salah satu
kelompok wayang kulit yang masih bertahan dan menawarkan bantuan dalam mempromosikan
pertunjukan mereka. Aku juga menggunakan media social untuk membuat postingan yang menarik
tentang pertunjukan wayang kulit dan membagikannya ke berbagai platform. Hasilnya, ada
peningkatan signifikan dalam jumlah penonton muda yang datang menyaksikan pertunjukan.

Tidak berhenti di situ, aku juga mulai mengunjungi sekolah-sekolah setempat untuk
memberikan sosialisasi tentang seni wayang kulit dan pentingnya melestarikannya. Aku kemudian
membawakan pertunjukan kecil dengan boneka wayang kulit miniatur dan menceritakan cerita-cerita
dari epik wayang kepada para siswa. Anak-anak di sekolah itu mulai merasa tertarik dan terinspirasi
oleh seni wayang yang mereka anggap kuno, aku sangat senang melihat respon mereka yang antusias
membuatku teringat dengan masa kecil ku yang dulu juga seperti mereka.
Selain itu, aku juga mendirikan klub wayang kulit. aku mengajak teman-temanku dan anak-
anak di desa untuk belajar tentang seni wayang kulit, mulai dari cara membuat boneka wayang hingga
bagaimana memainkannya di atas panggung. Klub ini dengan cepat menjadi populer di kalangan
masyarakat, dan semakin banyak anak muda yang mulai tertarik pada seni tradisional ini.

Aku berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang wayang kulit. Pertunjukan wayang
yang hampir sirna kini mulai hidup kembali. Anak-anak muda menjadi lebih menghargai warisan
budaya nenek moyang mereka, dan pertunjukan wayang kulit mulai mendapatkan kembali perhatian
masyarakat. Dengan semangat dan tekad, seseorang dapat menghidupkan kembali seni tradisional
yang hampir terlupakan dan mengajak masyarakat untuk menjaga kekayaan budaya mereka agar tetap
hidup dan berkembang di tengah arus perkembangan zaman yang terus berubah.

Anda mungkin juga menyukai