Anda di halaman 1dari 15

Kerajinan Khas Palembang yang

Terkenal ini Bikin Indonesia Bangga!


Kelambit > Inspirasi > Kerajinan Khas Palembang yang Terkenal ini Bikin Indonesia Bangga!
Suatu bangsa yang kaya dapat ditunjukkan dengan keragaman kerajinan khas bangsanya. Kota
Palembang ikut andil dalam menghasilkan ragam kerajinan khas yang dimiliki bangsa ini.
Kerajinan khas Palembang yang terkenal akami suguhkan bagi kamu yang cinta dengan beragam
kebudayaan Indonesia.
Berikut ini beberapa kerajinan khas Palembang yang membuat Indonesia bangga…

7 Kerajinan Khas Palembang yang Terkenal


Daftar Isi [sembunyikan]
 7 Kerajinan Khas Palembang yang Terkenal
o 1. Lakuer (Leker)
o 2. Kain Songket
o 3. Kain Jumputan
o 4. Kain Blongsong
o 5. Kain Tajung
o 6. Ukiran Khas Palembang
o 7. Batik Palembang

1. Lakuer (Leker)
Sumber: suryasejahtera1.blogspot.com
Kerajinan ini berasal dari istilah bahasa Inggris “lacquer” yang berarti bahan damar yang
dihasilkan oleh sejenis serangga. Serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Pegunungan
Himalaya dan Cina saat mereka bertengger di pohon. Di Jepang, pohon ini disadap setiap
sepuluh tahun sekali. Namun di Provinsi Sumatera Selatan pohon ini dikenal dengan nama pohon
kemalo.

Lakuer (leker) dalam pembuatannya dengan menggunakan bubut untuk membentuk kayu
menjadi silindris atau bulat. Jika ingin membuat bentuk kotak cukup hanya membentuknya dari
bilah-bilah papan kayu. Kerajinan ini sebenarnya alangkah lebih baik menggunakan pohon
mahoni.

Namun, pohon ini sulit ditemui dan pengrajin menggunakan tambesu sebagai subtitusinya.
Kemudian bagian permukaan lakuer diamplas dan dijemur sampai kering. Setelah itu dilukis
dengan tinta Cina. Motif yang digunakan terinspirasi dari motif alam. Kerajian ini biasanya
diwarnai merah darah hitam, merah kesumba dan emas.

2. Kain Songket
Sumber: songketpalembangcekna.blogspotcom
Kain yang merupakan hasil tenunan khas Palembang ini terbuat dari benang emas. Kain ini
dibuat secara manual dengan alat tenun, bukan menggunakan mesin pabrikan. Kain ini dipakai
pada upacara adat dan acara resmi. Motif dan warnanya pun bermacam-macam.

BACA JUGA Ini Dia! Doa Ingin Punya Anak yang Sesuai dengan Ajaran Agama Islam
Alkisah, kain songket ini menggambarkan tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya tempo dahulu.
Kain songket ini bernilai mahal karena kerumitan dalam pembuatannya. Selain itu motif maupun
kerapatan hasil tenunan juga menentukan harga dari kain songket.

3. Kain Jumputan

Sumber: mawarsongket.com
Kain jumputan adalah kain yang dulunya hanya dipakai oleh para gadis Palembang. Namun
seiiring perkembangan waktu kain ini juga biasa dipakai saat upacara adat. Kain ini memiliki
warna yang mencolok diantaranya hijau, kuning dan merah.

4. Kain Blongsong
Sumber: ragil.org
Kain ini terbuat dari tenunan kain sutera atau bisa juga diganti dengan benang katun biasa. Para
wanita dewasa maupun ibu-ibu muda biasanya yang memakai kain ini. Kain ini biasa dipakai
dalam upacara adat. Upacara adat itu dapat meliputi cukuran, tunangan, dan pakaian menerima
tamu saat pesta pernikahan, dan lainnya.

5. Kain Tajung
Sumber: benangemassongket.wordpress.com
Kain jenis ini khusus dipakai oleh kaum pria dewasa. Penggunaan kain ini untuk menambah
keindahan ketika sang pria mengenakan pakaian teluk belanga atau stelan jas. Kain ini juga bisa
dipakai saat acara adat. Kain ini biasa dibuat dari kain sutera dengan warna dan motif yang
menarik. Motif yang paling tekernal untuk kain tanjung adalah limar.

6. Ukiran Khas Palembang


Sumber: sumselprov.go.id
Kayu tembesu dan kayu mahoni dapat diukir menjadi ukiran yang khas. Kayu tersebut adalah
kayu yang khas di kota Palembang. Motif ukiran yang biasanya digunakan adalah dipan, rek
pengantin, kursi dan buffet, bunga.

Warna yang dominan pada ukiran ini adalah merah dan emas. Ukiran ini banyak ditemui di
bangunan-bangunan lama di Palembang. Ukiran ini menggambarkan keanggunan dan keagungan
budaya Palembang.

BACA JUGA Pempek Online | Jual Pempek Palembang Online Asli di Indonesia

7. Batik Palembang
Sumber: coffeeriental.wordpress.com
Batik Palembang mempunyai ciri khusus yaitu dengan motif yang halus dan warna manggis.
Batik Palembang yang terkenal adalah Batik Jepri dan Batik Lasem. Batik Palembang adalah
perpaduan dari kebudayaan Palembang dan Jawa.

Palembang dengan berbagai macam kerajinan khas tersebut ikut meramaikan kebudayaan di
negri ini. Kerajinan khas Palembang harus dikembangkan dan dikenalkan ke generasi penerus
agar tidak menjadi langkah. Kerajinan Palembang harus tetap ada dan ikut menambahkan
kekayaan budaya negara kita.
Artikel sebelumnya telah membahas macam-macam kain jumputan.... nahhh sekarang kita bahas bagaimana proses
membuat kain jumputannya. Prosesnya terbilang simpel dan sederhana. Bahan dan alat yang digunakan juga mudah
didapat. Kain jumputan lebih sering disebut kain tie-dye (ikat celup). Prosesnya hanya dengan mengikat-ikat kainnya
lalu dicelup pada pewarna. Tanpa ada proses pelilinan seperti pada batik. Pada kain jumputan, yang digunakan
untuk mencegah terserapnya pewarna pada bagian yang diikat yaitu memakai tali rafia, karet, biji-bijian, balok-balok
kayu, setik-setik atau jahitan. Kain jumputan bisa dibuat dengan satu warna atau beberapa warna.... hemmm masih
bingung n gak kebayang yahh... Yuks belajar proses pembuatannya...
1. Siapkan alat dan bahannya
Alat dan bahan berupa kain putih (katun, sutra), sabun cuci/ detergen, bahan pengisi (batu kecil, kelereng, biji-bijian),
balok kayu, bahan pengikat (tali rafia, karet, benang), jarum, gunting, pewarna (sintetis/ alam), botol, karet busa,
kuas, sarung tangan, kompor, panci, dan setrika. Alat dan bahan tersebut mudah didapat, misalnya dapat dibeli
ditoko, dapat dibuat sendiri atau memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah.
2. Siapkan Kain
Kain yang akan diwarna dicuci dengan air panas yang dicampur dengan sabun. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kain mengkerut. Setelah dicuci dengan air sabun, kain dibilas hingga bersih dan peraslah. Selagi masih lembab
lakukan proses pengikatan.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


3. Proses Pengikatan Kain
Buatlah pola desain sebelum proses pengikatan. Pada tahap permulaan, kita berlatih membuat pola dasar. Setelah
itu kita dapat melanjutkan latihan dengan pola yang lebih variatif. Bisa juga dengan menjumput kain dan masukan
batu lalu ikatlah. Buatlah beberapa jumputan.

(Sumber gambar: http://yokimirantiyo.blogspot.com)


4. Proses Pewarnaan
Warna mempengaruhi hasil desain. Penggunaan warna lebih dari satu lebih rumit dalam pengerjaannya. Pewarnaan
dimulai dari warna yang paling muda. Warna gelap digunakan pada tahap pewarnaan paling akhir. Untuk membuat
berbagai warna digunakan tiga warna dasar merah, kuning dan biru. Campuran warna merah dan biru menghasilkan
warna ungu. Merah dan kuning menghasilkan warna jingga atau orange. Kuning dan biru menghasilkan warna hijau.
Untuk menghasilkan warna muda digunakan pewarna yang encer. Untuk warna tua digunakan pewarna yang pekat
dan kental.
Pewarnaan bisa dilakukan seperti saat pewarnaan kain batik. Namun biasanya untuk menghasilkan warna yang
bagus dan tahan lama, kain jumputan diwarna dengan cara direbus. Caranya: siapkan panci pewarnaan.
Perhitungkan besar kecilnya panci agar dapat menampung seluruh kain yang akan diwarna. Panci harus cukup
besar untuk menampung kain sehingga kain tidak tumpang tindih. Isilah panci dengan air panas, lalu masukkan
pewarna yang warnanya gelap karena lebih mudah merata daripada yang terang. Pewarna yang warnanya terang
dapat diencerkan untuk mendapatkan hasil yang rata. Letakkan panci di atas api agar tetap panas selama proses
pewarnaan. Hasil pewarnaan akan awet. Gunakan bilah kayu untuk memutar-mutar kain dalam larutan sampai
warnanya merata.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


5. Proses Pencucian Kain
Proses pewarnaan dilakukan selama satu jam. Kain kemudian diangkat dan dibilas dengan air yang mengalir hingga
bersih. Rendamlah kain yang sudah bersih tersebut dalam larutan cuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar
warna kain tidak luntur. Setelah dibilas bersih, ikatan pada kain dilepas satu persatu. Kain dibilas lagi dalam air
mengalir hingga jernih. Setelah bersih, kain dibentangkan di jemuran agar kering. Kain yang sudah kering disetrika
supaya kain halus dan pola yang dihasilkan terlihat.
Ada beberapa teknik untuk menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:
a. Ikat Mawar
Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar jumputan dengan tali karet. Garis tengah
lingkaran yang akan terbentuk dua kali tinggi jumputan kain.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari
Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita mulai mengikat bagian dasarnya.
Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi
buatlah tali yang lebih banyak.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


c. Ikatan Donat atau Mawar Ganda
Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan cara memegang dasar kain
dengan tangan kiri.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


d. Ikatan Garis
Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan diikat kuat-kuat. Untuk
membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


e. Ikatan Garis Ganda
Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak beraturan. Untuk menciptakan garis
yang tidak teratur mulailah dengan membuat lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
f. Ikatan Pengerutan
Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan cara mengerutkan kain secara
tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-
ceplok putih.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


g. Ikatan Penggumpalan
Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dengan pola bebas. Pola ini dapat
dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah
dan ikatannya kuat, maka warna yang terserap sedikit.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


h. Mengikat Benda
Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya kelereng yang diikat dengan teknik
ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang
seragam.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
i. Ubar Setik
Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan jarum. Desain garis dibuat
dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk
apapun sesuai dengan desain yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum
diwarna.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)


Kain Jumputan dengan berbagai teknik dan motif

(Sumber gambar: http://etalasemuslimah.wordpress.com)


(Sumber gambar: http://soerya.surabaya.go.id)
Selamat mencoba dan mempraktekkan... Semoga bermanfaat....
Jenis-Jenis Kain Batik Jumputan
Kain jumputan umumnya menggunakan bahan sutera dan katun. Kain motif jumputan bisa dibuat
selendang, atau pada masa sekarang bisa digunakan untuk membuat pakaian daster, kaos oblong,
kebaya atau baju pesta yang mewah.

Kain jumputan biasanya memiliki motif yang memenuhi seluruh bahan. Kain jumputan yang
biasa, satu pasang terdiri atas bahan untuk bagian atas, bagian bawah, dan selendang. Untuk jenis ini,
umumnya dibuat jumputan dengan satu tema warna.

Berikut ini jenis-jenis kain batik jumputan:

1. Kain jumputan

Dibuat dengan cara kain putih ditarik atau dijumput kemudian diikat dengan tali. Tali pilih yang
tidak menyerap warna misalnya karet, rafia, dan benang berlapis lilin. Setelah diikat sesuai pola, kain
dicelup dalam pewarna. Setelah satu jam ikatan dilepas dan kain dibilas di air yang mengalir.

2. Kain Pelangi

Kain jumputan dengan tata warna dan ragam hias yang lebih bervariasi. Proses pembuatan kain
pelangi lebih rumit dan dibagi dua tahap.Tahap pertama, proses sama dengan kain jumputan. Kain
diikat dengan tali besar. Tahap kedua: bidang putih yang tidak terkena ubar diwarnai dengan coretan
kuas. Corak dan warna sesuai selera.

3. Kain Tritik

Istilah tritik berasal dari kata tarik. Corak kain tritik dibuat dengan cara menjelujur kain kemudian
ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain. Setelah gumpalan kain diwarnai dan benang jelujuran
dicabut, maka didapat ragam hias berwarna putih.

4. Kain Sasirangan

Perkembangan corak dan warna kain terjadi dari masa ke masa. Di samping corak dan warna
tradisional, kini banyak dibuat kreasi baru. Corak dan warna dipadu dan dipakai bebas sesuai selera.
Sebutan kain calapan dan kain pamitan sekarang sudah berubah menjadi kain sasirangan. Sirang
dalam bahasa Banjar berarti jahit atau jelujur. Pembuatan kain sasirangan serupa dengan kain tritik.

Anda mungkin juga menyukai