1. Lakuer (Leker)
Sumber: suryasejahtera1.blogspot.com
Kerajinan ini berasal dari istilah bahasa Inggris “lacquer” yang berarti bahan damar yang
dihasilkan oleh sejenis serangga. Serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Pegunungan
Himalaya dan Cina saat mereka bertengger di pohon. Di Jepang, pohon ini disadap setiap
sepuluh tahun sekali. Namun di Provinsi Sumatera Selatan pohon ini dikenal dengan nama pohon
kemalo.
Lakuer (leker) dalam pembuatannya dengan menggunakan bubut untuk membentuk kayu
menjadi silindris atau bulat. Jika ingin membuat bentuk kotak cukup hanya membentuknya dari
bilah-bilah papan kayu. Kerajinan ini sebenarnya alangkah lebih baik menggunakan pohon
mahoni.
Namun, pohon ini sulit ditemui dan pengrajin menggunakan tambesu sebagai subtitusinya.
Kemudian bagian permukaan lakuer diamplas dan dijemur sampai kering. Setelah itu dilukis
dengan tinta Cina. Motif yang digunakan terinspirasi dari motif alam. Kerajian ini biasanya
diwarnai merah darah hitam, merah kesumba dan emas.
2. Kain Songket
Sumber: songketpalembangcekna.blogspotcom
Kain yang merupakan hasil tenunan khas Palembang ini terbuat dari benang emas. Kain ini
dibuat secara manual dengan alat tenun, bukan menggunakan mesin pabrikan. Kain ini dipakai
pada upacara adat dan acara resmi. Motif dan warnanya pun bermacam-macam.
BACA JUGA Ini Dia! Doa Ingin Punya Anak yang Sesuai dengan Ajaran Agama Islam
Alkisah, kain songket ini menggambarkan tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya tempo dahulu.
Kain songket ini bernilai mahal karena kerumitan dalam pembuatannya. Selain itu motif maupun
kerapatan hasil tenunan juga menentukan harga dari kain songket.
3. Kain Jumputan
Sumber: mawarsongket.com
Kain jumputan adalah kain yang dulunya hanya dipakai oleh para gadis Palembang. Namun
seiiring perkembangan waktu kain ini juga biasa dipakai saat upacara adat. Kain ini memiliki
warna yang mencolok diantaranya hijau, kuning dan merah.
4. Kain Blongsong
Sumber: ragil.org
Kain ini terbuat dari tenunan kain sutera atau bisa juga diganti dengan benang katun biasa. Para
wanita dewasa maupun ibu-ibu muda biasanya yang memakai kain ini. Kain ini biasa dipakai
dalam upacara adat. Upacara adat itu dapat meliputi cukuran, tunangan, dan pakaian menerima
tamu saat pesta pernikahan, dan lainnya.
5. Kain Tajung
Sumber: benangemassongket.wordpress.com
Kain jenis ini khusus dipakai oleh kaum pria dewasa. Penggunaan kain ini untuk menambah
keindahan ketika sang pria mengenakan pakaian teluk belanga atau stelan jas. Kain ini juga bisa
dipakai saat acara adat. Kain ini biasa dibuat dari kain sutera dengan warna dan motif yang
menarik. Motif yang paling tekernal untuk kain tanjung adalah limar.
Warna yang dominan pada ukiran ini adalah merah dan emas. Ukiran ini banyak ditemui di
bangunan-bangunan lama di Palembang. Ukiran ini menggambarkan keanggunan dan keagungan
budaya Palembang.
BACA JUGA Pempek Online | Jual Pempek Palembang Online Asli di Indonesia
7. Batik Palembang
Sumber: coffeeriental.wordpress.com
Batik Palembang mempunyai ciri khusus yaitu dengan motif yang halus dan warna manggis.
Batik Palembang yang terkenal adalah Batik Jepri dan Batik Lasem. Batik Palembang adalah
perpaduan dari kebudayaan Palembang dan Jawa.
Palembang dengan berbagai macam kerajinan khas tersebut ikut meramaikan kebudayaan di
negri ini. Kerajinan khas Palembang harus dikembangkan dan dikenalkan ke generasi penerus
agar tidak menjadi langkah. Kerajinan Palembang harus tetap ada dan ikut menambahkan
kekayaan budaya negara kita.
Artikel sebelumnya telah membahas macam-macam kain jumputan.... nahhh sekarang kita bahas bagaimana proses
membuat kain jumputannya. Prosesnya terbilang simpel dan sederhana. Bahan dan alat yang digunakan juga mudah
didapat. Kain jumputan lebih sering disebut kain tie-dye (ikat celup). Prosesnya hanya dengan mengikat-ikat kainnya
lalu dicelup pada pewarna. Tanpa ada proses pelilinan seperti pada batik. Pada kain jumputan, yang digunakan
untuk mencegah terserapnya pewarna pada bagian yang diikat yaitu memakai tali rafia, karet, biji-bijian, balok-balok
kayu, setik-setik atau jahitan. Kain jumputan bisa dibuat dengan satu warna atau beberapa warna.... hemmm masih
bingung n gak kebayang yahh... Yuks belajar proses pembuatannya...
1. Siapkan alat dan bahannya
Alat dan bahan berupa kain putih (katun, sutra), sabun cuci/ detergen, bahan pengisi (batu kecil, kelereng, biji-bijian),
balok kayu, bahan pengikat (tali rafia, karet, benang), jarum, gunting, pewarna (sintetis/ alam), botol, karet busa,
kuas, sarung tangan, kompor, panci, dan setrika. Alat dan bahan tersebut mudah didapat, misalnya dapat dibeli
ditoko, dapat dibuat sendiri atau memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah.
2. Siapkan Kain
Kain yang akan diwarna dicuci dengan air panas yang dicampur dengan sabun. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kain mengkerut. Setelah dicuci dengan air sabun, kain dibilas hingga bersih dan peraslah. Selagi masih lembab
lakukan proses pengikatan.
Kain jumputan biasanya memiliki motif yang memenuhi seluruh bahan. Kain jumputan yang
biasa, satu pasang terdiri atas bahan untuk bagian atas, bagian bawah, dan selendang. Untuk jenis ini,
umumnya dibuat jumputan dengan satu tema warna.
1. Kain jumputan
Dibuat dengan cara kain putih ditarik atau dijumput kemudian diikat dengan tali. Tali pilih yang
tidak menyerap warna misalnya karet, rafia, dan benang berlapis lilin. Setelah diikat sesuai pola, kain
dicelup dalam pewarna. Setelah satu jam ikatan dilepas dan kain dibilas di air yang mengalir.
2. Kain Pelangi
Kain jumputan dengan tata warna dan ragam hias yang lebih bervariasi. Proses pembuatan kain
pelangi lebih rumit dan dibagi dua tahap.Tahap pertama, proses sama dengan kain jumputan. Kain
diikat dengan tali besar. Tahap kedua: bidang putih yang tidak terkena ubar diwarnai dengan coretan
kuas. Corak dan warna sesuai selera.
3. Kain Tritik
Istilah tritik berasal dari kata tarik. Corak kain tritik dibuat dengan cara menjelujur kain kemudian
ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain. Setelah gumpalan kain diwarnai dan benang jelujuran
dicabut, maka didapat ragam hias berwarna putih.
4. Kain Sasirangan
Perkembangan corak dan warna kain terjadi dari masa ke masa. Di samping corak dan warna
tradisional, kini banyak dibuat kreasi baru. Corak dan warna dipadu dan dipakai bebas sesuai selera.
Sebutan kain calapan dan kain pamitan sekarang sudah berubah menjadi kain sasirangan. Sirang
dalam bahasa Banjar berarti jahit atau jelujur. Pembuatan kain sasirangan serupa dengan kain tritik.