Anda di halaman 1dari 10

SONGKET SASAK

NAMA KELOMPOK:
1. RIZKA AULIA
2. AUDIA PUTRI
3. M.RIZKI ARIYADI
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-nya dan
karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah ini, Adapun judul dari makalah ini adalah “kain
songket”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kain tenun songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang
perak dan dihasilkan dari daerah-daerah tertentu saja di sebagian besar wilayah Indonesia.
Variasi atau aneka warna songket dilihat dari penggunaan jenis benangnya. Benang tersebut
kemudian dipergunakan untuk mengisi permukaan kain tenun, bentuknya seperti sulaman dan
dibuat pada waktu yang bersamaan dengan menenun dasar tenunnya ( Kartiwa: 1989).

Desa Sukarara merupakan Desa penghasil kain tenun songket tradisional unggulan yang terkenal
di Lombok. Dimana masyarakat di Desa Sukarara membuat kain tenun songket turun-temurun
menggunakan alat tradisional. Keunikan dari kain tenun songket Desa Sukarara yang
membedakannya dari jenis-jenis kain songket di daerah lain bukan hanya karena motif, akan
tetapi dengan kekayaan akan variasi warna yang bermacam-macam sehingga membuat kain
tenun songket Desa Sukarara terlihat indah dan menawan serta bahan dasar untuk jenis
pewarnaanya memakai pewarna alami yang langsung didapatkan dari alam. Terutama pada
penggunaan ragam hias dalam songket Lombok lebih padat/penuh menutupi semua bidang kain
dibandingkan songket-songket Melayu yang ragam 3 hiasnya relatif lebih jarang-jarang. Ragam
hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada
suatu bidang atau ruang sehingga menghasilkan bentuk yang berupa tulisan pada kain (misalnya
batik), songket, ukiran, atau pahatan pada kayu/batu.Ragam hias dapat distilisasi sehingga
bentuknya bervariasi (Kasiyan,2013:10).

B. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana proses pembuatan songket?


2) Bahan dan alat apa saja yang digunakan untuk pembuatan songket?
3) Berapa lama proses pembuatan songket?
4) Macam-macam motif songket dan maknanya?
5) Apa saja jenis-jenis songket?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kain Songket Lombok adalah kain tradisional yang berasa dari Lombok, yang dibuat
secara manual oleh masyarakat setempat, Songket banyak ditemukan di desa Sukerara
yang berada di Lombok. Kain songket Lombok tidak dibuat dengan benang emas dan
benang perak melainkan dibuat menggunakan benang katun yang warna warni sehingga
menghasilkan motif yang menarik pada kain songket, biasanya songket digunakan pada
saat acara-acara adat di daerah Lombok, seperti acara pernikahan, nyongkolan, dll.
Alat yang digunakan dalam pembuatan songket dinamakan “pantan” alat yang terbuat
dari kayu dan bambu.
Adapun bagian-bagian dari panta adalah sebagai berikut:
1. Gulungan.
    Gulungan merupakan alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar dari tenunan.

2. Turak.
    Turak adalah alat yang digunakan untuk memasukan benang lain ke benang dasar. Benang
inilah yang akan befungsi untuk menentukan warna motif kain.

3. Sisia.
    Sisia merupakan alat yang digunakan untuk merentangkan benang tenunan. Selain itu sisia
juga berfungsi untuk menperoleh benang tenunan yang akan di tenun.

4. Pancukie.
   Sesuai dengan namanya pancukie merupakan alat yang digunakan untuk mencukia benang
tenun untuk membuat motif kain tenun.

5. Pamedang
Pamedang adalah alat yang ditempatkan dan didepannya diberi 2 tiang. Tiang ini berfungsi untuk
menyanggah kayu paso. Alat ini merupakan khusus untuk menenun songket.

6. Ani
Ani adalah salah satu alat yang berfungsi sebagai alat tambahan untuk menggulung benang.

7. kayu paso
Kayo paso merupakan kayu yang digunakan untuk menggulung hasil tenunan.

8. palapah
Palapah adalah alat yang digunakan untuk merenggangkan benang latar.

B. CARA PEMBUATAN SONGKET


Teknik menyongket secara umum bisa dijelaskan sebagai menjalin benang – benang
dalam susunan yang membentuk pola yang indah. Ada sekitar empat jenis teknik benang pakan
yang diterapkan dalam pembuatan kain songket. Setiap pengrajin biasanya menggunakan teknik
andalan mereka sendiri – sendiri untuk menghasilkan kain dengan motif yang dikehendaki.
Penganyaman songket dilakukan dalam dua tahap, yaitu menganyam kain dasar dengan pola
yang tidak begitu rumit, lalu memasukkan unsur yang lebih dekoratif ke kain dasar tersebut.
Benang emas atau perak yang mengkilap dimasukkan dan dirangkai ke kain dasar menurut pola
atau bentuk tertentu, sehingga menghasilkan efek mengkilap.
Proses pembuatan kain songket di butuhkan waktu rata rata dua bulan, bahkan hingga setahun
tergantung dari rumitnya motif yang harus dibuat. Dalam satu tenunan kain songket diperlukan
sekira 6000 helai benang.

C. MACAM-MACAM JENIS SONGKET

1. Songket Lepus
Kata lepus memiliki makna menutupi. Nama ini mencerminkan ciri khas dari jenis kain songket
ini, yaitu warna emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Namun warna emas
tersebut tak asal dibuat menutupi. Ada beberapa jenis songket lepus, antara lain: lepus lintang
(motif bintang), songket lepus berantai, songket lepus ulir, dan lain – lain.

2. Songket Tawur
Kata tawur artinya menyebar atau bertaburan. Hal ini juga terlihat dari motif kainnya, yaitu
adanya motif yang tidak menutupi keseluruhan permukaan kain, menyebar dalam kelompok –
kelompok kecil.

Benang pakan yang membentuk motif kain songket tawur ini juga tidak disusun dengan cara
disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Beberapa jenis songket tawur adalah taur lintang, tawur
tampak manggis, tawur nampan perak, dan masih banyak lagi.

3. Songket Tretes
Jenis kain songket ini memiliki ciri khas tidak ditutupi motif pada bagian tengah kain. Bisa saja
pada sebuah kain songket tretes, motif kain hanya ada di kedua ujung pangkal atau di bagian
pinggiran. Pada jenis kain ini, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif apa pun.

4. Songket Bungo Pacik


Songket bungo pacik memiliki ciri khas sebagian besar motif terbentuk dari benang katun putih
sehingga warna – warna mencolok seperti emas dan perak tidak begitu kentara. Warna hiasan ini
hanya digunakan sebagai motif selingan.

5. Songket Limar
Yang paling membedakan kain songket limar dengan kain songket lainnya adalah teknik
pembuatannya. Dalam pembuatan songket pakan, digunakan corak ikat pakan. Motif khas dari
kain songket jenis ini dihasilkan dari jalinan benang lungsi yang terlebih dahulu dicelupkan
dalam pewarna pada bagian yang dikehendaki sebelum mulai menenun.

Kain songket jenis limar ini biasanya dipakai sebagai kain sarung laki – laki maupun perempuan.
Jika sudah menjadi pakaian, kain songket ini disebut sewet. Pada umumnya, motif kain songket
limar dikombinasikan dengan motif songket lain yang serasi untuk membuat pakaian.

6. Songket Kombinasi
Sesuai namanya, songket kombinasi adalah gabungan dari beberapa jenis motif kain songket.
Sebagai contoh, ada songket Bungo Cino yang mengandung unsur songket Bungo Pacik dan
Songket tawur. Ada juga songket Bungo Intan, yaitu perpaduan dari songket Bungo Pacik dan
tretes.

Selain 6 jenis songket yang telah disebutkan barusan, masih banyak lagi jenis motif songket yang
bisa Anda temukan di nusantara. Umumnya, nama songket berdasarkan motif yang dominan.
Misalnya ada songket bungo manggis, songket sorong, dan masih banyak lagi.

Banyaknya ditemukan kain songket bermotif bunga menandakan bahwa kegiatan membuat
songket atau tenun sangat erat kaitannya dengan kehidupan wanita. Selain itu, aktivitas menenun
atau menyongket juga mencerminkan kelembutan wanita. Konon, wanita pada zaman dahulu
melakukan kegiatan menyongket sembari menunggu lamaran dari pria.

Meskipun telah banyak perubahan kain songket dari waktu ke waktu, tidak terlalu banyak
ditemukan motif baru kain songket.

Kreasi baru dari kain songket biasanya tidak jauh dari motif yang sudah ada. Umumnya,
pembuatan motif baru kain songket dihasilkan dari penggabungan beberapa motif songket
lainnya sehingga tercipta suatu motif baru yang indah, namun tetap sejalan dengan aturan dan
kepercayaan.

D. MOTIF DAN MAKNA


Motif kain yang sering menghiasi kain songket adalah motif bunga, ini menandakan bahwa
aktivitas menenun memiliki kedekatan dengan dan untuk wanita serta mencerminkan wanita.
Pada zaman dahulu songket itu mereka tenun sambil menunggu datangnya lamaran dari laki-laki.

Walaupun sejarah telah mencatat bagaimana kain songket ini telah melewati berbagai lintasan
zaman, namun kain songket tidak terlalu banyak mengalami penambahan motif. Motif bunga
manggis dalam desain kain songket bahkan memperlihatkan persamaan dengan motif bunga
yang terdapat pada candi Prambanan.

Untuk membuat motif yang berbeda pada kain songket, biasanya ditenunkan dua atau tiga motif
kain songket lainnya, sehingga menghasilkan perpaduan yang indah dan menarik tetapi, hal itu
tidak keluar dari tata aturan yang mereka yakini.

Setiap warna dalam kain songket memiliki makna yang dapat menujukan status dan keadaan dari
si pemakainya, kuning sebagai lambang emas telah mewarnai kebesaran dan keagungan yang
bukan hanya sebagai status kekayaan namun juga status sosial. Sebagai contoh, kain songket
dengan warna hijau, kuning dan merah padam pernah diasosiakan sebagai simbol kesendirian
(;”janda”), sedangkan bila hendak menikah [lagi ] hendaklah mengenakan warna-warna yang
terang dan lebih cerah.

Warna yang digunakan dalam kain songket pada masa lalu didapat dari pewarna-pewarna alam;
pohon dan buah kesumba misalnya dapat digunakan untuk campuran yang menghasilkan warna
ungu, merah anggur, dan hijau.Warna ungu juga dapat dihasilkan dari kulit buah manggis.
Warna kuning dari tanaman kunyit, sedangkan warna merah terang berasal dari kulit kayu
sepang yang sudah berumur.

Untuk membuat warna dalam kain tenun jelas memerlukan pengetahuan yang tidak sembarangan
dan ketersediaan pewarna-pewarna tersebut yang berasal dari tanaman atau jenis pohon tertentu
harus dibudidayakan dekat dengan lingkungan mereka. Berkurangnya lahan untuk
membudidayakan atau tanaman tersebut tidak lagi dijumpai menjadi indikasi bahwa bahan
pewarna sudah berganti menjadi bahan pewarna tekstil yang umumnya digunakan dengan
campuran kimia.

Manusia sebagai makhluk simbolik atau Homo symbolicum. Simbol atau lambang tersebut sering
digunakan manusia sehingga merepresentasikan makna bagi orang lain. Simbol-simbol itu tidak
terkecuali juga hadir dan terdapat dalam warna serta motif kain songket.

Songket biasanya dipakai sebagai busana pakaian adat untuk menghadiri dan menggelar upacara-
upacara adat. Upacara perkawinan merupakan salah satunya. Songket tidak hanya menjadi
busana pengantin, tapi mas kawin dan tamu undangan pun kerap menggunakan songket.

Songket umumnya tidak untuk dikenakan sehari-hari, ini menandakan bahwa kain songket tidak
untuk dipakai sembarangan, karena selain “terlalu mewah” jika dikenakan sehari-hari, Songket
juga mengandung makna-makna tertentu. Makna yang merupakan perlambang dari si
pemakainya. Sebagai contoh, songket yang dikenakan untuk upacara perkawinan berbeda dengan
Songket yang digunakan dalam upacara adat lainnya.
Seperti sudah menjadi kekhususan bahwa warna merah yang menyala harus dikenakan oleh
pengantin sedang untuk upacara adat lainnya ada kelonggaran untuk memilih motif dan warna.
Pada masa lalu pemakaian kain songket mungkin dibedakan antara keluarga kerajaan, pegawai,
bangsawan dan rakyat biasa. Perbedaan pemakaian kain songket penting karena dalam kain
songket tersebut mempunyai motif-motif yang menyimbolkan “sesuatu”, makna yang coba
direfleksikan oleh pemakainya.

Misalnya Songket dengan motif bunga tanjung yang melambangkan keramah-tamahan, dipakai
untuk menyambut tamu, khususnya dipakai tua rumah sebagai ungkapan dari selamat datang.

Songket dengan motif bunga melati melambangkan keanggunan, kesucian, dan sopan santun.
Kain songket dengan motif bunga melati biasanya dikenakan oleh perempuan yang belum
menikah.

Songket dengan motif pucuk rebung melambangkan sebuah harapan, sebuah doa dan kebaikan.
Motif pucuk rebung selalu mengambil tempatnya dalam setiap perayaan adat, Motif tersebut
hadir sebagai kepala kain atau tumpal. Mengenakan motif pucuk rebung dimaksudkan agar si
pemakai diberkati dengan keberuntungan dan kemudahan dalam setiap langkah hidupnya.
BAB 3

KESIMPULAN

Kain songket merupakan kain tenun yang dibuat dari benang, dan alat yang digunakan untuk
pembuatannya dinamakan “pantan”. Pembuatan songket cukup memakan waktu yang lama,
karena penganyaman songket ini cukup rumit, butuh kejelian dan ketelitian. Songket memiliki
berbagai macam jenis dan motif, inilah yang membuat banyak orang tertarik dengan kain
songket.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai