Konon, tenun di daerah Palembang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.
Teknologi pembuatannya sebenarnya bukan murni berasal dari daerah tersebut,
melainkan dari China, India, dan Arab. Adanya perdagangan antar bangsa dengan
Kerajaan Sriwijaya yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya akulturasi. Dan, salah
satu unsur kebudayaan yang diserap masyarakat Palembang adalah dalam hal
pembuatan kain tenun.
Tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat
perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan, maupun tamu
undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga digunakan dalam
acara resmi penyambutan pejabat dari luar maupun dari Palembang sendiri.
Motif-motif songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu motif
tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris, dan
campuran antara tumbuh-tumbuhan juga geometris. Motif-motif tersebut diwariskan
secara turun-temurun sehingga polanya tidak berubah. Beberapa nama motif tenun
songket Palembang antara lain: lepus piham, lepus polos, bungo mawar, biji pare,
jando berhias, tigo negeri, emas jantung, dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh-contoh
motifnya:
Kain Tapis ;
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang dibuat
dari tenunan benang kapas dengan motif-motif beragam, seperti motif alam, flora, dan
fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan perak. Tenunan ini
biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah. Menurut Van der Hoop, sejak
abad II Masehi, orang-orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan
dan kain Pelepai. Kedua hasil tenunan tersebut memiliki motif-motif seperti motif kait
dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah
meninggal, binatang, matahari, bulan, serta bunga melati. Setelah melewati rentang
waktu cukup panjang, akhirnya lahirlah kain tapis Lampung. Orang-orang Lampung
terus mengembangkan kain tapis ini sesuai dengan perkembangan zaman baik dari
segi teknik pembuatannya maupun motifnya.
Jenis kain tapis bermacam-macam, dapat dilihat menurut daerah asalnya ataupun
menurut pemakainya. Menurut daerah asalnya, beberapa jenis kain tapis antara lain
sebagai berikut: dari daerah Pesisir, seperti tapis Inuh, Cucuk Andak, Semaka, Kuning,
Cukkil, dan Jinggu; dari daerah Sungai Way Kanan, seperti tapis Jung Sarat, Balak,
Pucuk Rebung, Halom/Gabo, Kaca, Lawok Halam, Tuha, Raja Medal, dan Lawok
Silung. Sedangkan contoh tapis menurut pemakaiannya antara lain adalah: tapis Jung
Sarat, biasa dipakai pengantin wanita pada upacara perkawinan adat; tapis Raja
Tunggal, dipakai oleh istri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara
perkawinan adat dan pengambilan gelar, baik gelar pangeran maupun sultan; tapis
Raja Medal, biasa dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua pada upacara adat,
seperti upacara mengawinkan anak dan pengambilan gelar pangeran; tapis Laut
Andak, biasa dipakai oleh gadis penari pada acara adat cangget; dan lain-lain. Itu
adalah beberapa contoh dari jenis tapis menurut pemakainya.
Ulos Batak ;
Kain ulos khas Danau Toba ini merupakan salah satu kerajinan tradisional Batak yang
sangat terkenal. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak
ini didominasi warna merah, hitam, dan putih. Dulu, kain ini hanya digunakan sebagai
selendang dan sarung untuk pasangan kebaya. Namun, saat ini telah mengalami
modifikasi sehingga kerap digunakan dalam produk-produk yang lebih menarik dan
bernilai ekonomis, seperti sarung bantal, tas, pakaian, dan lain-lain.
Bagi orang Batak, ulos tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk
upacara adat. Pemakaian kain secara garis besar ada tiga cara, yakni dengan
siabithononton (dipakai), sihadanghononton (dililit di kepala/ditenteng), sitalitalihononton
(dililit di pinggang). Namun, tidak semua jenis ulos dapat dipakai dalam aktivitas sehari-
hari. Selain sebagai pelindung tubuh, ulos juga berfungsi simbolik. Kain ulos dari jenis
tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki
daya magis untuk melindungi pemakainya.
Ada beragam jenis ulos, di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang, ragihotang,
mangiring, dan sadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut mempuyai tingkat kerumitan,
nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit pembuatan sebuah Ulos, maka
nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal. Dikabarkan, saat ini,
sebagian besar ulos Batak hampir punah, karena sudah tidak diproduksi lagi, seperti
ulos raja, ragi botik, gobar, saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah),
dan ulos sibolang.