Anda di halaman 1dari 5

1.

Bahan Tenun
Umumnya terbuat dari kapas (Gossypium Arboreum dan Gossypium Herbaceum L.). Sejarah
pertumbuhan kapas diketahui pada abad ke-5 SM, oleh seorang duta dari Jawa dan Sumatera datang
ke Tiongkok dan sekitar abad ke-4 SM utusan ini datang ke nanking membawa kapas dan barang
lainnya. Kemudian berkembang penggunaan sutera, benang emas, benang perak, dan aksesoris tenun.
Teknik Pembuatan Tenun
Jenis tenunan yang dihasilkan adalah Tenun Ikat Lungsi, Tenun Ikat Pakan, dan Songket. Teknik
tenun ikat merupakan kain tenun yang dibuat dengan cara mengikat mengikat benang guna
membentuk ragam hias pada kain. Teknik mengikat ini merupakan cara tertua untuk menghias kain
dan pewarnaan alami sesuai dengan desain yang diinginkan.
Tenun Ikat Lungsi adalah cara mengikat benang ke arah lungsi (vertikal). Kain yang dibuat
denganteknik ikat lungsi dipakai untuk tujuan magi yang terdapat motif nenek moyang, pohon
hayat,dan perahu.
Tenun Ikat Pakan merupakan Teknik ikat tenun dengan cara mengikat benang ke arah pakan
(horizontal) guna membentk ragam hias. guna membentuk ragam hias. Teknik ini menggunakan
bahan kapas dan sutera serta diterapkan dengan memakai benang emas dan benang perak.
Songket merupakan proses penambahan benang timbul dalam bentuk tertentu dengan cara
menyisipkan benang tambahan di atas atau di bawah silangan benang lungsi dan benang pakan sesuai
dengan pola motif. Cara menambahkan benang tambahan ini yaitu dengan cara mengangkat atau
manyungkit beberapa helai benang lungsi dan menyisipkan benang tersebut di antara rongga jalinan
ke dua jenis benang dasar. Benang tambahan ini berupa benang emas dan benang perak.
Kain tenun dapat berbentuk sebagai penutup kepala, selendang, baju, sarung, ikat pinggang/pinggul,
dan penutup makanan. Fungsinya digunakan sebagai kelengkapan pakaian adat, upacara daur hidup.
dan status simbol masyarakat etnis.
Pewarnaan
Tenun tradisional masih menggunakan warna alam seperti warna merah dan coklat dari getah buah
sepang (Caeselpinia Sappau), batang, kulit atau akar buah mengkudu (Marinda Citriflora) dan Asam
Jawa (Tamarindus Indica), warna kuning menggunakan Kunyit (Curcuma Domestica) sedang warna
biru dari Indigo (Indigofera), daun Talom atau buah Dedukhuk.
2. Kain Kapal
Sebutan Kain Kapal pada salah satu jenis Tenunan tradisional Lampung yang dijalin benangnya
membentuk motif kapal atau perahu Pada masyarakat pendukung (sekitar pantai barat Lampung atau
Krui) menyebut dengan istilah Pelepal/Taber, pada masyarakat Teluk Semangka sampai Talang
Padang menyebut Sesal Balak sedangkan masyarakat Kalianda, Kedondong dan sekitarnya menyebut
Kebung
Kain Kapal dibedakan berdasarkan klasifikasi bentuk dan ukurannya terdiri dari tiga jenis yaitu: Kain
Nampan, Kain Tatibin/Saipeti, dan Kain Pelepai.
Penggunaan Kain Kapal pada ritual keagamaan berkaitan dengan fungsi simbolis dan fungsi praktis.
Simbolis erat kaitannya dengan filosofi kehidupan masyarakat Lampung, kapal diibaratkan perjalanan
hidup manusia yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya sebagaimana erakan hidup manusia
mulai dan fase manusia, dewasa, tua sampai kematiannya. Sehubungan dengan hal tersebut diadakan
upacara yang berkaitan dengan penolakan bahaya sekaligus pengumuman kepada masyarakat tentang
keberadaannya. Selain itu Kain Kapal sebagai kain adat merupakan sarana komunikasi antara
kelompok kerabat, kain, dan kelompok masyarakat luas dalam hubungan kekerabatan perkawinan.
Sedangkan jenis Tatibin dan Pelepai mencerminkan status sosial si pemakai dan hanya dipakai oleh
golongan penyimbang pada masyarakat Lampung Saibatin

1 Tampan
2. Tatibin atau Saipeti
3. Pelepai/Taber
3. Peralatan Pembuatan Tapis Tekang
Alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam atau menyucuk benang emas pada tahap
pembuatan hiasan atau motif tapis. Penyulaman dilakukan setelah kain selesai ditenun. Midangan
bentuknya seperti bingkai persegi Panjang. Pada alat ini terdapat sepotong papan sebagai penahan
kain serta kawat tempat gulungan benang emas dan penyawat. Bahan yang akan disulam dimasukkan
pada rangka mindangan dan pada bagian tengah dimasukkan penahan dengan posisi terbentang
sehingga kain kencang dan mudah disulam
4. Kain Tapis
Kain Tapis adalah tenunan yang berbentuk kain sarung, dipakai oleh wanita suku Lampung pada saat
upacara adat. Terbuat dari benang kapas, bermotif dasar horizontal, pada bidang tertentu diberi hiasan
sulaman benang emas, benang perak, atau sutera, benang sugi dengan menggunakan sistem sulam
(Lampung: Cucuk/Nyucuk).
Desain motif kain tapis adalah geometris, flora, fauna, manusia, dan lain-lain. Terkadang kain tapis
diberi hiasan aplikasi dengan bahan lain semacam kaca, moci(payet), uang logam dan sebagainya.
1. Tapis Dewasano/Jung Sarat
2. Tapis Bintang Perak
3. Tapis Raja Medal
5. Serah Sepi/Penganggik (Asah Gigi)
Upacara adat pengangaik bagi masyarakat Lampung sudah ada sejak masa perkembangan tradisi
Hindu Budha di Lampung. Penganggik mengandung makna pengendalian diri secara simbolis
terhadap enam musuh dalam diri manusia (hawa nafsu yang berlebihan, sifat rakus, amarah,
kemabukan, kebingungan, dan iri hati). Upacara penganggik dalam bentuk ritual merupakan
serangkaian upacara menginjak dewasa atau saat pertama akil balik. Setelah upacara penganggik, si
anak sudah dapat menguti acara pergaulan bujang gadis/ acara adat yang diadakan.
1 Pesihungan sebagai tempat meramu obat yang digunakan untuk upacara asah gigi (penganggik),
obatnya terdiri dari arang ratan dan terusi
2 Tapis muli yang dipakai oleh gadis yang akan penganggik (tapis cekil)
3. Tiral
4. Kendi/kibuk untuk wadah air suci yang dikumur kumur pada rangkaianupacara penganggik
5. Pasangko
6. Kebaya (kawat kurung)
7. Lakkai sebagai tempat menyimpan ramu-ramuan

Anda mungkin juga menyukai