Tenun ikat masyarakat Kabupaten Sikka merupakan tenunan asli yang bermutu tinggi dengan
nilai spiritual yang tinggi. Kain tenunan ( sarung ) dalam masyarakat Sikka Krowe dikategorikan dalam 2
kelompok, yaitu utang, yang diperuntukan bagi kaum perempuan, dan lipa, untuk kaum pria. Umumnya
tenunan ikat ini dikerjakan oleh kaum perempuan atau para seniwati yang memiliki keahlian yang tinggi
yang diwarisi secara turun temurun. Secara tradisional tenunan ikat ini terbuat dari benang kapas pohon
dengan melewati proses kerja yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Proses pengerjaannya
menggunakan berbagai jenis alat kerja tradisional sesuai dengan tahapan dan fungsinya. Alat kerja yang
digunakan dalam pembuatan tenunan ikat ini adalah hasil kreasi seniman lokal yang memiliki unsur dan
nilai artistik yang berkualitas dan menunjukan tingkat peradaban budaya leluhur yang tinggi. Setiap alat
dan tahapan kerja selalu menggunakan istilah khusus dalam bahasa Sikka.
Berikut akan diuraikan tahapan dan cara kerja tenunan ikat Sikka beserta ragam motif sarung
yang dominan di Kabupaten Sikka.
Masyarakat Kabupaten Sikka tidak mengerjakan kebun kapas secara khusus, kapas ditanam saja di antara
tanaman ladang. Pohon kapas hanya menghasilkan selama satu musim, yaitu musim kemarau. Setelah
kehabisan daya berbuah, maka pohon kapas akan kering lalu mati.
8. Go’ang Perung
Adalah proses merentangkan benang secara teratur pada alat perentang yang disebut daong. Pekerjaan
go’ang dilakukan oleh dua orang ibu dengan saling memberi dan menerima benang gelendong (wolot).
Pekerjaan ini diteruskan sampai selesai untuk dimulai proses ikat.
9. Pete Perung
Ialah menata motif dan ragam hias geometris pada benang yang direntangkan dengan cara mengikat
berdasarkan jenis motif yang dipilih. Bahan ikat yang digunakan adalah tebuk atau daun gewang yang
sudah tua dan kering. Pilihan tebuk sebagai bahan ikat karena daun ini jenis bahan yang kuat dan awet
saat terkena air sehingga tidak merembes pada saat pewarnaan. Ketrampilan mengikat dilakukan oleh ibu
- ibu dengan tingkat keahliaan yang tinggi serta daya ketelitian dan konsentrasi yang hebat, karena dari
ikatan ini akan melahirkan bentuk, serta motif dan ragam geometris sarung yang indah dan berkualitas
setelah tenun.
1. Utang Moko
Yaitu tenunan ikat yang memiliki warna
dominan hitam nila, dan ditata dengan
beberapa jenis ragam rias geometris.
2. Utang Atabiang
Adalah jenis sarung ikat dengan selang-
seling motifskematis manusia laki-laki
dan perempuan sebagai lambang suami
istri dan lambang kesuburan.
Utang naga lalang, yaitu sarung dengan ragam hias geometris jejak naga. Terlukis delapan jari naga.
Motif naga ini pada umumnya diturunkan dari lukisan naga pada keramik Cina. Ceritera Cina lukisan jari-
jari naga mengandung pertanda baik.
14. Nai
Adalah sarung hasil karya seniwati Palue.
Penataan sarung ini adalah adalah ragam hias
geometris kecil-kecil tetapi rapi dan segar.
Ragam hias utamanya bela ketupat, segi tiga
kecil, sisir, blok-blok. Pada umumnya ragtam
hias geometris ini suatu penggayaan motif
binatang yaitu tokek, kadal, buaya.