Guru Mapel : M. Riduan, S.Pd Mata Pelajaran : Budaya Melayu Riau Kelas/Semester : IX/ 1 MateriPokok : Bab 6 Tradisi Tenun Melayu Riau
A. Sejarah Tenun Di Riau
Tenun adalah hasil kerajinan tangan yang menampakkan keragaman tekstil melayu khas Riau. Perkembangan tenun melayu seiring dengan kejayaan kerajaan pada masa lampau. Terutama tenun songket yang sudah dikenal sejak abad ke-13 yang lampau. Namun, budaya bertenun mencapai puncaknya pada abad 16 M. Di pau sumatera, aktivitas bertenun berkembang pada masa kerajaan pelalawan, sedangkan kerajinan bertenun yang masih bertahan hingga saat ini ialah kerajinan kain tenun dari siak sri indrapura, bukitbatu, dan bengkalis, Sebenarnya tenun riau mulai berkembang sejak benang sutera mulai dihasilkan dan dikenali melalui pedangang cina. Sejak awal masehi, alam melayu diperkenalkan dengan aneka bahan tekstil dari india, arab-parsi dan china. China terkenal dengan kain sutera, walaupun sebagian pendapat menyetakan teknik pembuatan kain sutera dibawa dari india. Tenunan kain cindai dipercayai dipengaruhi oleh kain patola india. Kerajaan tenun siak mulai dikenal pada saat itu ialah kain “bercual dua benang emas” yang dibuat pada abad ke-17 saat itu tenun siak merupakan pekerjaan tambahan rumah tangga yang dikerjakan agar gadis-gadis tidak jatuh dalam pergaulan yang bisa mendatangkan aib untuk keluarganya dan para gadis dapat memiliki waktu yang produktif dan bernilai ekonomis. B. Penggunaan Kain Tenun Secara tradisional, kain tenun digunakan atau dikenalkan dalam upacara adat istiadat dalam kerajaan, majelis kerapatan adat, dan nikah kawin. Seiring waktu, ketiadaan kerapatan adat, dan nikah kawin. Seiring waktu, ketiadaan kerajaan berakibat pudarnya simbol-simbol dan nilai kain tenun dalam adat, juga sudah jarang diajarkan. Saat ini, pemeliharaan nilai-nilai kain tenun yang sesuai dengan adat, masih dilaksanakan dalam majelis-majelis adat seperti upacara adat di lembaga adat Melayu Riau (LAMR) dan dalam upacara nikah kawin. Bahan tenun dapat dijadikan sebagai kain songket, kain samping, tanjak, peci, tekuluk atau tengkuluk, kain sarung, kain untuk baju teluk belanga, selendang, sarung lejo, dan seserahan dalam nikah kawin. Secara tradisional, penggunaan kain tenun disesuaikan dengan simbol-simbol dan kedudukan seseorang yang akan memakainnya. Semakin rumit motif maka semakin tinggi pula kedudukan orang yang memakainnya. Selain itu, bahan atau benang yang digunakan juga menandai kedudukan pemakainnya. Semakin elok bahannya, maka semakin tinggi pula kedudukan pemakaiannya. Pengunnaan kain tenun pada masa sekarang selain sebagai industri penunjang ekonomi, juga sebagai cendera mata pariwisata di riau. Sebagai penunjang ekonomi, kain tenun telah menjadi komoditas perdangan antar negara sejak ratusan tahun silam. Pada masa itu kain tenun Riau menjadi pakaian ekslusif yang paling dicari kerajaaan serta bangsawan pula, kabanyakan orang-orang yang berkunjung ke Riau, membeli dan menjadikan kain tenun diikuti dalam peragaan kain khas ditingkay nasional dan internasional. C. Menenun Proses menenun memerlukan waktu yang cukup lama. pada masa sekarang, untuk membuat kain songket secara tradisonal, pengrajin memerlukan setidaknya waktu dua pekan dan bahkan ada yang sampai satu bulan. Rengtang waktu pembuatannya bergantung pada kepadatan dan kerumitan pola yang dibuat. Pola yang rumit tentulah memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kain tanpa corak atau pola. Sebelum melakukan proses menenun, terlebih dahulu menyediakan bahan yang akan ditenun dan alat yang digunakan untuk proses penenunan. Pada masa dahulu, bahan tenun atau benang menenun dibuat atau dipintal sendiri. Pada masa sekarang, benang dpat dibeli dikedai atau ditoko tekstil. Alat tenun yang digunakan dalam menenun di Riau pada umumnya menggunakan Kik dan ada juga ATBM. 1. Menyediakan bahan untuk menenun a. Kapas Bahan dasar untuk membuat tenun songket pada zaman dahulu, menggunakn kapas dan benang sutera. Pengrajin tenun melakukan proses pemintalan kapas menjadi bennag secara tradisional. Biji buah yang baru dipanen dikeluarkan dengan cara di jemur. Kapas yang telah lepas dari bijinya, kemudian dipintal menjadi benang. b. Pewarna Bahan pewarna diperlukan untuk mewarnai benang yang akan digunakan untuk membuat kain tenun biasanya diramu dari tumbuhan,umbi,dan buah bahan pewarna menggunakan bahan alami. Membuat warna merah dihasilkan dengan cara merebus buah kesuma keling yang dicampur dengan kapur. Warna jingga dihasilkan dari rebusan campuran umbi temu kuningan dengan kapur, ata dari rebusan manggar kelapa yang dicincang halus. Membuat warna hijau dikaukan dengan car merebus campuran daun kayu nodo dan kapur. Warna biru merupakan hasil campuran dari senduduk atau keduduk dan temu lawak. Warna coklat dari rebusan kayu samak. c. Benang emas Tenun songket Riau identik dengan penggunaan benang emas. Benang emas digunakan untuk membuat motif kain tenun. Pada saat sekarang, benang emas juga telah banyak diproduksi dan mudah dicari di kedai atau toko tekstil. 2. Tahap persiapan Tahap kedua adalah tahapan persiapan. Dalam tahap persiapan ini, penenun melakukan pembuatan pola atau motif tenunan. Pembuatan pola dilakukan dengan teknik menggambar. Selanjutnya mempersiapkan benang yang telah dipintal, baik itu warna maupun jumlah benang yang diperlukan. Selanjutnya mempersiapkan alat menenun dan memastikan alat dapat berfungsi dengan baik. 3. Tahap menenun a. Menenun menggunkan Kik Proses menenun atau pengerjaan, mula-mula dilakukan adalah tahap memerau atau menggulung bennag yang sudah diwarnai dengan alat pelenting yang berputar. Lalu menyering atau menegangkak benang yang hendak ditenun. Selanjutnya mengani atau menggulung benang pada ujung kik atau lungsi, lalu menyusun benang menurut tata warna sesuai dengan panjang kik. Benang-benang yang sudah sisusun tersebut disebut dengan istilah lungsi atau longsen. Selanjutnya melewati proses menyosop dan diangkut ke kik (alat tenun) barulah dilakukan penenunan atau melantakan dengan kik b. Menenun menggunakan ATBM Menenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) tidak jauh berbeda dengan tenunan menggunakan kik. ATBM adalah alat yang dibuat sebagai penyempurnaan dari kik. Penggunaanya juga lebih mudah, efektif serta hasil kain yang lebih besar. D. Desain Kain Tenun Riau Motif tetumbuhan biasanya diberikan nama khas, seperti kuntum takjadi,bunga hutan, bunga kelapa, bunga panah betina, anggur, bunga cina, bunga tabur, bunga-bunga, bunga bangkung, bunga cengkeh, bunga kangkung, pucuk rebung, daun sepotong, paku gajah, dan pucuk rebung. Motif akam, seperti awan berarak, motif pangkal kepala kain, meggunakan siku keluang, lebah bergantung, itik pulang petang. Motif dan gaya tenun Riau diciptakan okeh penenun sendiri. Motif umumnya dipengaruhi atau terinpirasu dari alam dan benda-benda yang ada disekitarnya. Dari motif segera tergambarkan apa yang diciptakan, selera pencipta dan pemakainya. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 2)
Mata Pelajaran : Budaya Melayu Riau (BMR)
Materi : Tradisi Tenun Melayu Riau Nama siswa : ............................................. Kelas : .............................................
Tugas
1. Jelaskan secara singkat sejarah tenun di Riau!
2. Jelaskan cara pembuatan warna hijau, dan warna jingga di dalam pembuatan tenun Riau !