Anda di halaman 1dari 2

TENUN IKAT IBAN

Berbagai macam kain tenun ikat (kebat), merupakan pekerjaan sehari-hari dari terampil
tangan wanita Iban di Kabupaten kapuas hulu – kalimantan barat. Dari berbagai jenis produk kain itu,
baik kain kebat atau songkit, kain pua kumbu merupakan kain yan paling penting digunakan berbagai
dalam kegiatan ritual di masyarakatnya. Sebab menurut sistem kepercayaan lama, dewa atau dewi
(orang kayangan) akan sangat berkenan menikmati pola hias bermakna religi dari kain lebar atau pua
kumbu.
Kain yang dijahit helai demi helai itu, kemudian dirangkum beberapa bagian tertentu
dengean iktan membentuk pola. Lalu rangkuman benang panjang di celup di bahan pewarna (bahan
tanaman tarum, mengkudu, engkerebai, rengat akar, engkerebai laut, beting, jangau dan lainya),
kemudian dihisin menjadi bagian lungsin dan pakan. Dengan alat tenun gendong, semua benang ini
disusun dan diketat dengan alat pukul hingga menjadi lembaran kain indah.
Semua pekerjaan ini hasil karya wanita. Menurut beberapa sumber, keterampilan membuat
tenun ikat , selain diwariskan secara lisan turun menurun, konon juga berkat adanya bantuan dewa-
dewi atau petara dan roh yang mengajarkan melalui mimpi.
Pengetahuan yang diterima secara supranatural ini, katanya menyangkut soal teknik
menenun, cara mewarnai benang (gawai ngar atau gawai ubong), membuat desain hias atau motif.
Khusus motif kain, dulu katanya, merupakan kreasi yang turun melalui mimpi. Konon dari mimpi
pula, seseorang akan tahu apakah dirinya diperkenenkan membuat motif tertentu. Sebab kalau ada
pelangaran pemali, penenun itu akan terkena tulah (penyakit).

Kini kain kebat masih dibuat. Hampir di setiap rumah panjai (panjang) Iban masih terdengar
suara tak-tuk pukulan alat tenun. Wanita tua muda di Kecamatan Batang Lupar masih menenun,
mengikat, mencelup atau memintal benang. Selain pua kumbu yag lebar macam selimut, mereka
juga membuat busana wanita, baju (kelambi), baju perang pria, kain pinggang, selendang dan lainya.
Setiap bidang kain selalui berhias. Entah ragam hias atau motif figur abstrak dari manusia
sebagai perujudan roh dan dewa, serta satwa misalnya : burung enggang (kenyalang), buaya, naga,
ular, laba-laba, gajah, katak dan sebagainya. Serta motif sulur tanaman, batang pohon enau, pucuk
rebung, gelung buah (gulungan), berlian, kait dan sebagainya.
Semua kain ikat buatan masa kini – serta koleksi kain ikat iban buatan lama, tiap helai
sebetulnya macam catatan lembaran sejarah. Sebab semua kain kebat ini memiliki “kisah” dibalik
motifnya. Juga kisah tentang kehidupan mereka sebagai warga kapuas hulu dari kalimantan barat.
Kalau dulu kain ini diajarkan berdasarkan “impian” dari roh. Kini kain ikat iban yang bagus, sungguh
koleksi “impian” bagi pencinta kain tradisional indonesia.

Ada beberapa Jenis Motif :

1. Motif Nabau (Naga)


Pembuatan motif naga hanya boleh boleh dikerjakan orang-orang yang sudah mampu
menyelesaikan 7 macam kain tenun yang bukan bermotif Nabau. Motif puak kumbu nabau,
sebelum dikerjakan dala bentuk kain, terlebih dahulu dijemur siang malam selama 7 malam.
Selama di jemur si penenun harus tidur di luar rumah untuk mencari mimpi. Apabila selama
7 malam si penenun tidak bermimpi atau bermimpi buruk, maka niat menenun motif nabau
dibatalkan. Sebab menurut kepercayaan suku Iban, nabau merupakan binatang yang dipuja
karena melindungi dari mara bahaya dan merupakan simbol kekuatan dan kemakmuran.

2. Motif Manusia Bertato


Mensia bepantang (manusia bertato) yang terlukis dalam motif kain
melambangankan keperkasaan seseorang pria. Orang tersebut dalam hidupnya selalu
melindungi orang-orang yang ada dite mpatnya, sehingga kampung/wilayah tersebut selalu
aman dan tentram serta terhindar dar gangguan-gangguan dari luar maupun dari dalam,
baik dari binatang maupun dari perbuatan manusia seperti yang disebut ngayau. Maka
digambar pada kain tenun itu motif mensia (orang yang perkasa). Orang yang menngerjakan
kain bermotif ini harus berusia 30 tahun keatas. Gadis yang dibawah umur 30 tahun,
menurut kepercayaan, akan mendapat musibah/ malapetaka jika mengerjakan kain bermotif
manusia bertato/manusia perkasa.

3. Motif patah sandung


Patah sandung menurut kepercayaan dayak iban merupakan perwujudan adanya
hubungan manusia dengan lingkungan alam. Patah sandung dapat mengambarkan
keserasian hidup antar manusia dengan lingkungan sekitarnya. Karena mereka beranggapan
bahwa alam dapat memberikan nafkah hidup pada manusia.

4. Motif Baya Rabing (Buaya)


Kain tenun motif baya rabing biasanya untk baju adat, yang digunakan pada waktu
menyambut tamu yang akan menghadiri pesta. Diperya bahwa roh-roh jahat akan takut naik
kerumah betang jika melihat gambar/moti baya rabing.

Sumber : masyarakat Kampung Engkadan dan KUB Ribai Kampung Engkadan Dusun Kelawik desa
mensiau Kecamatan batang Lupar Kabupten kapuas hulu

Anda mungkin juga menyukai