Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN TORAJA MOTIF

PARUKI’

St. Aisyah 1, Asiani Abu 2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kain tenun


Toraja motif Paruki’; mengetahui alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan
kain tenun Toraja; dan mengetahui proses pembuatan kain tenun Toraja motif
Paruki’. Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini dilakukan di Kelurahan Sa’dan
Malimbong Kecamatan Sa’dan Kabupaten Toraja Utara dengan pemilihan
responden dilakukan secara khusus yang dianggap memahami dan dapat
memberikan informasi yang benar berkaitan dengan masalah peneliti. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kain tenun Paruki’ memiliki motif dan warna
yang menjadi ciri khas dari kain tenun itu sendiri. Warnanya menggambarkan
kehidupan masyarakat Toraja yang diambil dari motif tongkonan, namun dengan
perkembangan zaman beberapa motif yang dibuat dipadukan dengan motif-motif
lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang indah. Proses pembuatannya juga
masih menggunakan alat tradisional sehingga dalam membuat satu tenun motif
Paruki’ membutuhkan waktu berbulan-bulan dan harga jualnya tergolong mahal
dari motif lainnya karena cara kerjanya sangat sulit yaitu corak dibuat berbolak-
balik dan bahan yang digunakan diperoleh dari pabrik sehingga tidak memerlukan
pewarnaan lagi.
Kata kunci: Proses pembuatan kain tenun, kain tenun, kain tenun Toraja Motif
Paruki’.

Pendahuluan

lampau hanya orang–orang tertentu


Kain tenun menurut
saja yang mampu menggunakan kain
kebudayaan suku Toraja merupakan
tersebut misalnya kaum bangsawan
bagian yang penting dalam
atau masyarakat ekonomi mampu
kehidupan. Kain tenun bagi
yang memiliki kain tenun dengan
masyarakat Toraja bukanlah
berbagai motif yang sangat indah.
sembarang kain tetapi memiliki
Motif yang digunakan oleh kalangan
makna yang tersirat dalam setiap
bangsawan berbeda dengan
motif dan coraknya. Selain itu, kain
masyarakat kalangan biasa. Kain
tenun Toraja juga menjadi simbol
tenun tradisional juga memiliki fungsi
kemakmuran dan kejayaan. Di masa
yang beranekaragam sesuai warna sampingan. Hal ini yang
dan motif yang tersirat. menyebabkan anak muda di daerah
Dengan kata lain, seperti daerah- tersebut lebih memilih bekerja
daerah yang lainnya di Indonesia sebagai TKI di luar negeri di banding
daerah Toraja memiliki sejarah yang bekerja sebagai penenun.
panjang dan tidak banyak diketahui Secara umum penelitian ini
oleh sebagian besar masyarakat bertujuan untuk memperoleh data dan
Indonesia. Tidak hanya peninggalan informasi yang jelas mengenai proses
sejarah, namun juga peninggalan pembuatan kain tenun Toraja. Selain
budaya suku Toraja masih sangat itu penelitian ini juga diharapkan
terjaga kelestariannya hingga kini. dapat membantu dalam upaya
dalam proses saling mempengaruhi. pelestarian budaya Nasional pada
Sebagaimana yang telah diungkapkan umumnya dan budaya daerah
oleh Rizki Marsella Bungadanun Kabupaten Toraja Utara khususnya.
:2012 Secara rinci tujuan penelitian ini
Proses pembuatan kain tenun dijabarkan sebagai berikut:
ini bersifat tradisional, yaitu
1. Untuk mengetahui
pembuatannya masih turun temurun
gambaran kain tenun
dari generasi terdahulu hingga
Toraja motif Paruki’.
generasi berikutnya sampai sekarang.
2. Untuk mengetahui alat
Kerajinan kain tenun Toraja
dan bahan yang digunakan
dikerjakan langsung oleh tangan-
pada pembuatan kain
tangan yang terampil, meskipun
tenun Toraja motif
pengrajin kain tenun sudah berkurang
Paruki’.
dibanding pada masa lampau karena
3. Untuk mengetahui proses
kerajinan kain tenun dikerjakan oleh
pembuatan kain tenun
ibu-ibu rumah tangga maupun nenek
Toraja motif Paruki’.
paruh baya sebagai pekerjaan
Kajian Teori dan zat warna. Selanjutnya,

A. Proses Pembuatan Kain Tenun bahan dasar pembuatan kain

1. Pengertian Tenun tenun secara rinci dapat

Era globalisasi ini, budaya dijelaskan sebagai berikut :

tradisional semakin terkikis oleh 1) Benang

budaya modern dari barat, seperti Benang yang digunakan dalam proses

yang kita ketahui bahwa budaya barat pembuatan kain tenun adalah benang

sangat mudah dan cepat masuk ke pakan dan benang lungsi/lusi.

Indonesia. Selain itu arus modernitas 2) Zat warna dalam proses

dan gaya hidup yang serba instan pembuatan kain tenun biasa

membuat masyarakat lebih memilih juga disebut dengan zat celup.

produk yang bersifat praktis, b. Alat

sementara pembuat kain tradisional Di Indonesia, terdapat beberapa

belum dapat memenuhi kriteria teknik pembuatan kain tenun yang

tersebut. Kain tradisional biasanya berbeda namun umumnya

melewati proses yang panjang dan menggunakan alat tenunan yang

butuh ketelitian serta ketekunan sama. Alat tenun tersebut berupa

(Wicak, 2014). rangkaian bilah bambu yang diikat

2. Bahan dan Alat Pembuatan dengan menggunakan tali.

Tenun Adapun alat tenun yang

a. Bahan-bahan pembuatan kain digunakan yaitu gedongan.

tenun secara garis besar terbagi Alat tenun gedongan yaitu alat

menjadi dua, yaitu benang/serat tenun yang dibuat dari susunan kayu
dan bambu yang dihubungkan dengan benang pakan menembus mulut

tali penghubung. Penenun yang akan lusi sehingga benang lusi dengan

menggunakan alat tenun ini akan pakan saling menyilang

meletakkan alat tenun yang berupa membentuk anyaman.

rangkaian kayu tersebut di atas c. Pengetekan yaitu merapatkan

pangkuan, dan penenun akan duduk benang pakan yang baru

dilantai. Menenun dengan alat tenun diluncurkan kepadabenang

ini akan membutuhkan waktu yang sebelumnya yang telah

sangat lama karena hanya menganyam dengan benang lusi.

menggunakan tangan sebagai tenaga d. Penggulungan kain yaitu

penggerak alat tenun. menggulung kain sedikit demi

3. Pembuatan Kain Tenun sedikit sesuai dengan anyaman

a. Pembukaan mulut lusi yaitu yang telah terjadi.

membuka benang-benang lusi e. Penguluran lusi yaitu mengulur

sehingga benang lusi dari gulungannya

membentuk celah yang sedikit demi sedikit sesuai

disebut mulut lusi. dengan kebutuhan proses

b. Peluncuran pakan yaitu pembentukan mulut lusi dan

pemasukan atau peluncuran penyilangan benang berikutnya.

Metode

Penelitian yang difokuskan pada ini menggunakan metode deskriptif


proses pembuatan kain tenun Toraja dengan pendekatan kualitatif, dimana
peneliti tidak hanya menggambarkan dan tanya jawab langsung antara
atau menjelaskan masalah-masalah peneliti dan narasumber yang
yang diteliti sesuai dengan fakta, melakukan kegiatan pembuatan kain
tetapi juga didukung oleh pernyataan- tenun Toraja, utamanya mengenai
pernyataan dengan melakukan hal-hal yang tidak sempat ditemukan
wawancara dengan beberapa penulis pada pengamatan yang
penenun. Dalam teknik pengumpulan dilakukan.
data yang diajukan dalam penelitian c. Dokumentasi
ini adalah : Teknik dokumentasi
merupakan salah satu cara dalam
a. Observasi
mengumpulkan data penelitian
Pengamatan yang dilakukan
secara tidak langsung atau langsung,
secara langsung untuk mengetahui
artinya didapatkan melalui
dan mengamati keadaan kehidupan di
dokumentasi-dokumentasi
lokasi dalam situasi yang diamati
pendukung yang berhubungan
sebagai sumber data. Penelitian ini
dengan data yang akan diteliti.
dimaksudkan untuk mengetahui
Miles and Huberman (1984)
objektivitas dari kenyataan yang ada
mengemukakan bahwa analisis data
dan tentang keadaan kondisi objek
meliputi kegiatan atau langkah-
yang akan diteliti.
langkah yaitu, reduksi data, display
b. Wawancara data,mengambil kesimpulan/
Teknik pengumpulan data verifikasi, trianggulasi.
yang dilakukan melalui tatap muka

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian penelitian disajikan dalam penyajian


yang telah dilakukan, maka hasil data bersumber dari pengrajin tenun
sebagai responden untuk diambil di Tongkonan To’barana pengrajin
data-datanya mengenai kain tenun menggunakan benang poliestes. Salah
Toraja motif Paruki’. Adapun satu motif yang tergolong sulit seperti
gambaran kain tenun Paruki’ paruki’ masih dihidupi oleh perajin
memiliki panjang kain 400cm dan karena harga jualnya yang tinggi.
lebar 70cm. Kain tenun ini terdiri dari Motif paruki’ dibuat dengan menenun
warna putih, merah, dan kuning yang di atas tenunan sehingga
melambangkan ciri khas dari Toraja memunculkan corak seperti anyaman.
dan setiap warna memiliki makna Motif yang ditonjolkan biasanya
tersendiri. Selain itu, dalam proses berupa ukiran manik-manik seperti
menenun alat merupakan hal pokok yang biasa dipakai sebagai perhiasan
yang harus ada, bila salah satu dari perempuan Toraja. Motifnya pun
alat tenun tidak ada maka tenun tidak mereka meniru sebagian dari motif
akan jadi. Begitu pula dengan bahan, ukiran namun para pengrajin
bila bahan tidak ada maka tenun tidak mengkombinasikan dengan motif lain
bisa menjadi kain. Jadi alat tenun dan seperti gari-garis dan motif bunga-
bahan merupakan satu kesatuan yang bunga. Selain itu, untuk membuat satu
tidak dapat dipisahkan. Alat yang kain tenun paruki’ membutuhkan
digunakan juga masih tradisional benang 8-12 gulung. Jadi, bila benang
yaitu terbuat dari kayu rotan. Kayu yang dipakai kurang dari 8 gulung
ini mudah didapatkan di sekitar maka benang pada kain tenun paruki’
tempat tenun dan hingga sekarang alat akan kendor atau longgar.
tersebut tahan lama. Alat ini namanya Selain itu, berdasarkan teori
pa’tannun yang artinya tempat pada kajian pustaka menurut kamus
menenun. Tenun yang dihasilkan besar bahasa Indonesia (2008: 1443)
pada setiap daerah pun berbeda-beda tenun merupakan “hasil kerajinan
dan memiliki makna, nilai sejarah, yang berupa bahan (kain) yang dibuat
dan teknik yang berbeda juga. Hal ini dari benang (kapas, sutera, dsb)
terlihat dari segi warna, ragam hias dengan cara memasuk-masukkan
dan jenis bahan serta benang yang pakan secara melintang pada
digunakan. Dalam pembuatan tenun lungsin”. Senada dengan pendapat
tersebut dari hasil penelitian selama khas dari tenun ini masih terjaga
Juli sampai Agustus menunjukkan kelestariannya.
bahwa tenunan asli Toraja sebenarnya
mudah dikenali, dengan sekali sentuh,
akan terasa bahwa tenun Toraja lebih
kasar dari pada kain yang
menggunakan mesin. Meski sama-
sama berbahan baku benang poliester
dengan motif serupa berupa aksen
permainan garis, tenun Toraja lebih
tebal dan berat. Karena dibuat
langsung dengan tangan.
Menurut Melati, 2014 : 11 ciri
khas dari kain tenun ini adalah corak
warna yang khas yang membedakan
dari kain tenun lainnya di Indonesia.
Selain itu, bahan kain ini kuat namun
tetap halus dan indah. Salah satu hal
yang cukup menarik disini bahwa
keahlian membuat kain tenun ini
diwariskan atau diturunkan turun
temurun. Senada dengan hasil
pengamatan bahwa tenun Paruki’
merupakan kain tenun yang di ukir,
tenunan ini memiliki motif yang mirip
dengan hiasan Toraja yaitu kandaure
sehingga harganya pun bervariasi
antara Rp 1.800.000 sampai Rp
4.000.000. Selain cara kerjanya yang
dilakukan generasi ke generasi, ciri

Anda mungkin juga menyukai