Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa Webriamata merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Wewiku,


provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan pusat kerajinan tanah liat, Gerabah, di Kabupaten
Belu.
         Pada awalnya pembuatan gerabah ini masih terbatas pada peralatan dapur yang
dipergunakan untuk kebutuhan sendiri, dan selebihnya ditukar dengan bahan kebutuhan pokok
sehari-hari.
Kegiatan yang merupakan warisan nenek moyang ini mulai berkemabng dan menjadi usaha
komersial setelah adanya pembinaan magang dan latihan dari Departemen Perindutrian dan
Perdagangan Kabupaten Belu (1991) dan Pemerintah New Zealand (1994)
         Produk yang dihasilkan bervariasi dengan disain dan dekorasi motif khas Belu yang sangat
menarik. Adapun produk yang di hasilkan adalah :
Vas Bunga (berbagai ukuran), Asbak rokok,  Kendi Terbuka dan maling), Cerek, Piring (segala
ukuran) Guci (segala ukuran, Pot bunga (susun, gantung, luar), Poci, Tempat nasi, Dulang,
Tempat lilin, Tempat dupa, Jambangan,  Gentong raksasa, Toples, Tempat sabun, Hiasan
dinding (ikan komodo dll), Piring buah (segala ukuran) dan Tempat patung.
         Produk di atas dapat dimanfaatkan sebagai hiasan rumah, dekorasi maupun sebagai
peralatan dapur. Kelompok ini telah mendapat sertifikat dari Institut of Environmental Science
Centre, Nomor : BT 0619 RE 2/5 - Willington Science New Zealand

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peran gerabah dalam kehidupan bagi masyarakat Webriamata?
2. Bagaimana keadaan gerabah di zaman sekarang ?
3. Bagaimana cara pembuatan gerabah ?
4. Bagaimana menganalis gerabah berdasarkan hasil pengujian?
5. Bagaimana menghias gerabah?

1.3. Tujuan Penelitian

Diharapkan dari eksplorasi ini dapat diketahui potensi bahan galian industri di daerah
Belu selatan, desa webriamata kecamatan Wewiku pada umumnya, terutama penggunaan
lempung sebagai bahan baku gerabah.
Dengan tujuan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan
perekonomian daerah, khususnya dalam bidang industri pertambangan guna meningkatkan
pendapatan asli di daerah, persaingan gerabah di tengah-tangah masyarakat modern, keadaan
gerabah dan cara mengelola gerabah.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bersifat langsung yang diterangkan dalam
laporan ini, dan untuk memenuhi sebagian dari tugas-tugas.

2. Masyarakat sekitar dan para konsumen


Dapat digunakan sebagai informasi dan rujukan dalam mengenal produk-produk tradisional yang
ramah lingkungan.

3. Teknik Pertambangan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai sumber kepustakaan serta bahan
kajian untuk permasalahan yang sama.

1.5. Daerah Penelitian

Daerah penyelidikan terletak di wilayah Kabupaten Belu, pada Kecamatan Wewiku,


desa Webriamata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan secara geografis
daerah ini terltak pada koordinat x; 0704099, y; 8292886, z; 11 m.
Daerah penelitian yang dilakukan mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang Jurusan
Teknik Pertambangan Semester VII (Tujuh) Angkatan 2007 karena didaerah ini terdapat
sentral industri kecil Gerabah, yang merupakan pusat kerajinan tanah liat atau lempung di
kabupaten Belu dengan nama: Karasa’en dengan susunan pengurus INKRA Gerabah
Karasa’en.

1.6. Kesampaian Daerah Penelitian

Daerah ini termasuk memiliki tingkat kesampaian daerahyang kurang baik , dalam arti sulit dijangkau
dengan kendaraan Roda Dua atau Empat dengan kondisi jalan yang tidak memadai. Untuk menuju lokasi
dapat ditempuh dengan jarak yang cukup jauh dan jaraknya ± 350 km dengan Rute perjalanan Kupang–
So’e–Kefamenanu–Betun–pengrajin gerabah Kara sa’en di desa Webriamata, di tempuh dengan
memakan waktu ± 9 – 10 jam.
Kelompok Pengrajin Gerabah Karasa’en terletak didusun Lorosae Desa Webriamata, kecamatan
Malaka Barat, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Secara administrasi Desa Webriamata mempunyai batas-batas wilayah :

 Batas sebelah Utara : Desa Rabis


 Batas sebelah Timur: Desa Halibasar
 Batas sebelah Selatan : Desa Badarai
 Batas sebelah Barat : Desa Weoe
Gambar 1.2. Peta Kabupaten Belu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lempung
2.1.1. Lempung

Lempung adalah material yang memiliki ukuran diameter partikel

Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari tanah (Nelson,
2001).

Batulempung adalah merupakan kumpulan dari mineral lempung yang termasuk jenis batuan
sedimen yang mempunyai ukuran butir
Gambar batulempung (claystone)

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini
ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya.
Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium.
Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-
kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.

Lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium
yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini
ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya.
Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium.
Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-
kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.

Istilah lempung dalam geologi mempunyai dua pemakaian yang berbeda. Lempung sebagai
ukuran butiran suatu batuan sedimen klastik yang diameter butirannya <1/256 mm (skala
Wentworth). Mungkin ada yang bertanya, apakah batulempung tersusun oleh mineral lempung?
Belum tentu, batu lempung tersusun oleh agregat atau mineral yang berukuran lempung (<4 μm).
Tetapi, mungkin saja sebagian komponen penyusun batulempung ini berupa mineral lempung.

Seperti pengertian batulempung di atas, mineral lempung adalah mineral yang berukuran
lempung. Definisi ini mungkin benar dan mungkin juga tidak. Namun, mineral ini merupakan
mineral silikat hidros yang sangat melimpah di permukaan bumi. Khususnya, terkonsentrasi pada
kondisi geologi dimana interaksi air dan batuan cukup aktif. Struktur dan komposisi kimianya
merupakan suatu respon terhadap destabilisasi mineral yang terbentuk pada kondisi temperatur-
tekanan yang lebih tinggi. Lingkungan yang biasanya mineral ini dapat dijumpai meliputi: tanah,
lapukan batuan, sistem geotermal, seri diagenesis terpendam, dll. Yang pasti, apapun asal-
muasalnya, mineral yang melimpah di permukaan bumi ini selalu berukuran halus
(<4 μm).

2.1.2. Jenis – Jenis Lempung

Jenis Clay

1. Sisa tanah liat datang langsung dari pelapukan batuan secara bertahap ke dalam
partikel-partikel sangat halus. The particles become mixed with water and material
from the surrounding soil. Partikel-partikel menjadi dicampur dengan air dan bahan
dari tanah sekitarnya.
2. Tanah liat sedimen terbentuk ketika partikel batuan lapuk dibawa dari tempat di
mana mereka terbentuk, biasanya dengan aliran air, dan disimpan di tempat lain. It
occurs in layers. Ini terjadi pada lapisan.

Jenis- jenis tanah liat (Lempung), sesuai dengan komposisi umum dan sifat:

1. Tanah liat (bahan plastis)


a. Kaolin

Disebut juga China clay adalah tanah liat primer yang berfungsi sebagai komponen utama dalam
membuat campuran porselin, dan digunakan dalam keramik stoneware dan earthenware.
Kaolin berfungsi untuk pengikat dan penambah kekuatan pada suhu tinggi, juga digunakan
dalam pembuatan glasir sebagai bahan pengeras. Titik leburnya tinggi yaitu kurang lebih 18000

C. Kaolin mempunyai bersifat tidak plastis (plastisitas rendah).

b. Ballclay
Termasuk jenis tanah liat sekunder yang mempunyai tingkat plastisitas yang tinggi dan berbutir
halus sehingga penyusutannya tinggi kurang lebih 20 % dan melebur pada suhu 13000 C. Dalam
pembuatan badan keramik Ball clay berfungsi sebagai penambah plastis sedangkan dalam glasir
sebagai pengikat.

c. Stoneware

Bahan tanah liat yang refraktoris bersifat plastis, penyusutan rendah dan berbutir halus, banyak
digunakan untuk membuat benda keramik stoneware dan dalam glasir dapat berfungsi sebagai
pengikat dan pewarna.
Stoneware akan menghasilkan benda yang padat apabila dibakar suhu 12500 C - 13000 C.

d. Earthenware

Tanah liat yang mudah ditemukan dan sangat plastis, berbutir halus dengan kandungan besi yang
cukup tinggi, berfungsi dalam pembuatan benda keramik earthenware dan dapat digunakan
sebagai pewarna pada glasir. Tanah liat Earthenware tahan pada suhu 11000 C. Dengan
keplastisannya tersebut tanah liat earthenware juga mempunyai tingkat penyusutan yang tinggi
pula.

e. Fireclay

Jenis tanah liat yang tahan terhadap panas dantidak berubah bentuk, mempunyai titik lebur yang
tingi 16000 C - 17500 C.
Fireclay berfungsi sebagai bahan untuk pembuatan barang refractory seperti bata tahan api,
perlengkapan tungku, dalam badan keramik untuk menambah kemampuan bentuk.
Sifat Fireclay tidak plastis, absorsi rendah, penyusutan menengah, butiran kasar.

f. Bentonite

Bentonite juga termasuk tanah liat yang sangat plastis dan berbutir halus sehingga digunakan
untuk menambah keplastisan badan keramik dan dalam glasir berfungsi sebagai pengikat,
mempunyai titik lebur 12000 C.

2. Bahan tidak plastis

a. Kwarsa/Silica

Kwarsa merupakan bahan yang mempunyai sifat tidak plastis sehingga apabila digunakan untuk
membuat badan keramik akan mengurangi tingkat plastisitas dan penyusutannya, serta untuk
menambah kemampuan bentuk dan pengeras, sedangkan dalam glasir berfungsi sebagai
penggelas. Kwarsa/Silica titik leburnya tinggi yaitu 16000 C.
b. Feldspar
Dihasilkan dari pelapukan batuan granit dan lava (igneous rock) dimana tanah liat itu terbentuk.
Feldspar terdiri dari berbagai jenis maka dapat dikelompokan menjadi :

· Potash Feldspar

· Sodium Feldspar

Bahan ini sangat penting dalam industri keramik sebagai bahan yang tidak plastis sehingga dapat
berfungsi untuk mengurangi penyusutan pada waktu proses pengeringan dan pembakaran, juga
berfungsi sebagai flux (peleleh) pada suhu di atas 12000C. Titik leburnya antara 11700C -
12900C.

Feldspar berfungsi dalam pembuatan benda keramik pecah belah, stoneware, porselin, dan juga
bahan untuk membuat glasir.

c. Whiting (Calcium Carbonate)

Digunakan pada campuran tanah liat bakaran suhu rendah dan menengah yang berfungsi sebagai
flux yaitu untuk menurunkan suhu bakar.

d. Dolomite

Merupakan bahn kombinasi antara Calcium Carbonate dengan Magnesium Carbonate Yang
berfungsi sbagai flux atau penurun suhu dalam campuran tanah liat, bahan ini termasuk bahan
yang tidak plastis.

e. Alumunium

Di dalam keramik unsur ini terdapat didalam Kaolin, Ballclay, Feldspar. Dalam glasir berfungsi
untuk menontrol dan mengimbangi pelelehan dan juga memberikan kekuatan pada badan
keramik dan glasir.
Unsur Kaolin akan memberikan Al2O3 (tidak plastis tetapi cukup murni) sedangkan Ballclay
akan memberikan Al2O3 dan plastisitas (plastis tetapi tidak murni)

f. Talc

Merupakan campuran Magnesium Silicate Hidrosid yang mempunyai formula 3MgO 4SiO2
H2O.
Berfungsi sebagi flux pada bakaran rendah dan menambah daya rekat glasir pada badan keramik
sekligus mencegah timbulnya keretakan pada glasir.

g. Grog.
Grog adalah bahan tanah liat yang telah dibakar biskuitdan kemudian digiling halus, memunyai
butiran halus sampai kasar, berfungsi untuk mengurangi plastisitas dan penyusutan dalam badan
benda keramik.

2.1.3. Sifat Fisik Lempung

Dalam pembentukan benda keramik dengan berbagai keteknikan membutuhkan tanah liat
yang betul-betul harus memenuhi persyaratan sebelum digunakan. Untuk itu diperlukan suatu
pengujian setiap jenis tanah liat, untuk mengetahui plastisitas, kemampuan bentuk, susut kering
dan susut bakar, suhu kematangan (vitrifikasi) serta porositasnya, karena hal ini akan sangat
berpengaruh pada waktu proses pembentukan dan juga hasil akhirnya. Keberhasilan atau
kegagalan dalam membuat benda keramik akan tergantung pada bagaimana melakukan proses
tersebut di atas.

Agar tanah liat dapat digunakan untuk membentuk benda keramik maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Sifat plastis

Sifat plastis atau plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat
yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat.
Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk
tidak akan mengalami keretakan/pecah atau berubah bentuk. Sifat plastis ini merupakan
persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk membentuk benda keramik.

Bertambahnya plastisitas tanah liat akan bertambah sulit dibentuk, untuk itu harus ditambah
bahan-bahan yang akan mengurangi keplastisannya. Demikian juga sebaliknya apabila tanah liat
kurang plastis juga akan sulit dibentuk maka harus ditambahkan bahan-bahan yang plastis.

2. Memiliki kemampuan bentuk

Tanah liat juga harus mempunyai kemampuan bentuk yaitu kualitas penopang bentuk
selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai penyangga.
Tanah liat yang memiliki kemampuan bentuk akan berdiri sendiri tanpa mengalami
perubahan bentuk sewaktu proses pembentukan berlangsung dan setelah pembentukan selesai.
Tanah liat akan mudah dibentuk dan akan tetap mempertahankan bentuknya
apabilamempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik, maka dapat dikatakan bahwa
tanah liat tersebut memiliki daya kerja.

3. Susut kering dan susut bakar

Tanah liat dalam keadaan plastis masih mengandung air sehingga mudah dibentuk
menjadi benda keramik dan setelah kering akan terjadi penyusutan pada benda keramik tersebut,
hal ini terjadi karena menguapnya air pembentuk dan air selaput pada badan dan permukaan
benda keramik sehingga menyebabkan butiran-butiran tanah liat menjadi rapat.
Tanah liat akan mengalami dua kali penyusutan, yaitu penyusutan yang terjadi dari
keadaan basah menjadi kering yang disebut susut kering dan penyusutan yang terjadi pada waktu
proses pembakaran yang disebut susut bakar. Jumlah presentase penyusutan (susut kering dan
susut bakar) yang dipersyaratkan sebaiknya antara 5 % - 15 %. Tanah liat yang terlalu plastis
biasanya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15 %, sehingga apabila tanah liat tersebut
dibentuk akan memiliki resiko retak atau pecah yang tinggi.

4. Suhu kematangan (vitrifikasi)

Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu keadaan benda
keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk.
Agar tanah liat menjadi keramik, maka tanah liat yang telah dibentuk tersebut harus
melalui proses pembakaran dengan suhu melebihi 6000C. Setelah melalui suhu tersebut tanah
liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral yang padat, keras dan permanen,
perubahan ini disebut Cheramic Change atau perubahan keramik. Tanah liat yang dibakar kurang
dari 6000C belum memiliki kematangan yang tepat walaupun sudah mengalami perubahan
keramik, kematangan tanah liat atau vitrifikasi adalah kondisi keramik yang telah mencapai suhu
kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Untuk itu sebelum melaksanakan
proses pembakaran benda keramik harus diketahui lebih dahulu jenis tanah liat yang digunakan
untuk membentuk benda keramik tersebut. Suhu kematangan tanah liat mempunyai jarak antara
(range) yang cukup lebar, biasanya antara 500C - 2000C.

5. Porositas

Sifat porous tanah liat merupakan sifat penyerapan air oleh badan benda keramik atau
bisa dikatakan tingkat kepadatan badan benda keramik setelah dibakar. Sifat porousitas ini juga
sangat penting karena dengan adanya sifat ini akan memungkinkan penguapan air pembentuk
maupun air selaput tersebut keluar pada waktu proses pengeringan dan pembakaran.
Dalam proses pengglasiran sifat ini juga berpengaruh terdapat penyerapan bahan glasir
pada benda keramik sehingga akan memiliki daya rekat sebelum proses pembakaran
dilaksanakan.

2.1.4. Sifat Kimiawi Lempung

Lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium
yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Tanah liat merupakan suatu zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil terutama
dari mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3),
dengan Oksida Silica (SiO2) dan Air (H2O).
Tanah liat dalam ilmu kimia termasuk Hidrosilikat Alumina, yang dalam keadaan murni
mempunyai rumus:

Al2O3 2SiO2 2H2O

Satu partikel tanah liat dibuat dari satu molekul Alimunium (2 atom Alumina dan 3 atom
Oksigen), dua molekul Silikat (2 atom Silica) dan 2 atom Oksigen), dan dua molekul Air (2 atom
Hidrogen dan 1 atom Oksigen)

Formula tersebut di atas terdiri:

39% Oksida Alumina

47% Oksida Silica

14% Air

2.1.5. Mineralogi Lempung

Mineral Lempung

Merupakan kelompok mineral, kristalnya sangat kecil, hanya dapat dilihat dan dibedakan dengan
mikroskop, biasanya dengan mikroskop elektron. Berdasarkan struktur kristal dan variasi
komposisinya dapat dibedakan menjadi  belasan jenis mineral lempung.

Mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron). Masing-
masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang  terdiri dari lembaran-lembaran
kristal yang memiliki struktur  atom yang berulang.

Lembaran-lembaran kristal yang memliki struktur atom yang berulang tersebut adalah:

1. Tetrahedron / Silica sheet

Merupakan gabungan dari Silica Tetrahedron


2. Octahedron /  Alumina sheet

Merupakan gabungan dari Alumina Octahedron.

Pembentukan Mineral Lempung

Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara dan air berinteraksi dengan
mineral silikat, memecahnya menjadi lempung dan produk lain (sapiie, 2006).

Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena proses pengerusakan atau
pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan
mineral yang terkandung dalam batuan itu.

2.1.5. Kegunaan Lempung


Kegunaan dari lempung adalah sebagai pembuatan gerabah, keramik, porselin.
Mineral lempung merupakan salah satu bahan galian yang mempunyai banyak fungsi berdasarkan
jenisnya. Adapun kegunaan dari mineral tersebut adalah sebagai berikut:

 Kaolin(china clay) berfungsi untuk pengikat dan penambah kekuatan badan keramik
 Ball clay untuk meningkatkan daya kerja dan kekuatan kering
 Stoneware bahan tanah liat reflaktoris yang bersifat plastis
 Earthenware merupakan tanah liat yang banyak digunakan dalam pembuatan keramik, gerabah,
batu bata genteng
 Fire clay merupakan bahan untuk membuat barang refractory seperti bata tahan api,
perlengkapan tungku
 Bentonite digunakan untuk menambah keplastisan badan keramik dan pengikat pada glasir

2.2. Gerabah

Gerabah adalah kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Untuk lebih jelasnya tentang istilah
gerabah akan dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat antara lain :
a. Menurut Wikipedia Indonesia
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang dibentuk kemudian
dibakar untuk kemudian dijadikan alat- alat yang berguna membantu kehidupan.
b. Menurut Rifki T.G
Kerajinan Gerabah adalah kerajianan tradisional yang memerlukan keterampilan-keterampilan
khusus yang harus dikuasai untuk mengolah tanah liat sedemikian rupa sehingga
mengahasilkan karya-karya yang mempunyai nilai ekonomis.

 
Gambar 2.3. Gerabah Webriamata

Gerabah merupakan perkakas yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang dibentuk kemudian
dibakar untuk dijadikan alat- alat yang berguna membantu kehidupan manusia--biasanya
berbentuk wadah. Untuk memenuhi kebutuhannya maka gerabah ini dibuat dalam berbagai
macam. Ada pun macam-macam gerabah adalah celengan, kendi, tempayan, dan gerabah hiasan.

     Gerabah telah dikenal di nusantara sejak zaman prasejarah. Gerabah ini digunakan sebagai
alat rumah tangga dan sebagai bagian mas kawin pada upacara pernikahan. Untuk mendapatkan
gerabah yang menarik, maka salah satu yang dilakukan oleh pembuat gerabah adalah dengan
memberikan motif hias pada gerabah. Pada gerabah yang digunakan untuk kepentingan rumah
tangga biasanya bermotif sederhana atau polos, semakin tinggi martabatnya maka hiasan pada
gerabahnya pun semakin banyak dan sulit. 

     Penemuan gerabah merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia dalam menciptakan
teknologi bagi pembuatan gerabah itu sendiri. Hal ini dikarenakan fungsi gerabah di antaranya
sebagai tempat menyimpan makanan. Dalam perkembangan berikutnya gerabah tidak hanya
berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan, tetapi beraneka ragam, bahkan menjadi salah
satu barang yang memiliki nilai tinggi.

Gerabah juga adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas
bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik. Ada
pendapat gerabah bukan termasuk keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda
pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci,
tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud
seperti periuk, belanga, tempat air, dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari
beberapa sumber berikut ini.

Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, Copyright ã 1995, kata ‘keramik’


berasal dari Bahasa Yunani (Greek) ‘keramikos’ menunjuk pada pengertian gerabah; ‘keramos’
menunjuk pada pengertian tanah liat. ‘Keramikos’ terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah
lihat yang dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses
pembakaran pada suhu tinggi. Usia keramik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun
lalu.  Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996
disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat
dari tanah liat alami dan telah melalui perlakukan pemanasan pada suhu tinggi.

Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya terkenal
dengan ‘teori keranjang’. Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah, keranjang anyaman
digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi
dengan tanah liat di bagian dalamnya. Setelah tak terpakai keranjang dibuang keperapian.
Kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata menjadi
keras. Teori ini dihubungkan dengan ditemukannya keramik prasejarah, bentuk dan motif
hiasnya di bagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 : 20).
Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa benda-benda keras
dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih
sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini.  Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah
adalah salah satu bagian dari benda-benda keramik.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Penelitian Lapangan
3.2. Penelitian Laboratorium
3.2.1. Analisis XRD
3.2.2. Analisis Petrografi
3.3. Tahapan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 hasil penelitian
4.1.1. hasil penelitian lapangan
4.1.1.1 geomorfologi daerah penelitian
4.1.1.2 stratigrafi daerah penelitian
4.1.1.3 struktur geologi daerah penelitian
4.1.2 hasil penelitian laboratorium
4.1.2.1. hasil analisis XRD
4.1.2.2. hasil analisis petrografi
4.1.3 proses pembuatan gerabah
4.1.3.1 alat dan bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam pembuatan gerabah di Desa Webriamata:

Alat Bahan
1. Meja Putar 1. Tanah Liat (Lempung)
2. Sendal Bekas 2. Pasir
3. Kain bekas 3. Air
4. Kayu 4. Kulit Tellur
5. Bambu 5. Vernis
6. Batu untuk amplas 6. Cat
7. Amplas 7. Lem Weber

Tabel 4.1.3.1. Alat dan bahan dalam pembuatan gerabah


4.1.3.2 proses pembuatan meja putar

4.1.3.3 proses pembuatan gerabah


Pada proses pembuatan gerabah ini mengalami 12 proses yang terdiri dari :
1. Proses pencampuran bahan baku dengan perbandingan bahan baku 3 : 1 yaitu 3 tanah liat dan
1 pasir. Setelah dicampur lalu masukan ke dalam kantong plastik selama 72 jam atau 3 hari. Agar
mengurangi kadar air sehingga udara jangan masuk dan agar campuran lembab (kelembaban
terus).
2. Proses pembentukan/produk . Taburi meja putar tersebut dengan pasir halus agar tanah liat
yang hendak dibentuk tidak lengket pada meja. Ambil segenggam tanah liat yang telah jadi dan
letakkan diatas meja putar yang telah ditaburi pasir halus tadi. Pelan-pelan meja diputar dengan
tangan kiri, sementara tangan kanan mengepal sambil memukul-mukul gundukan tanah liat di
atas meja agar menjadi gepeng. Setelah dasar terbentuk yang lebarnya sesuai dengan yang
diinginkan, kemudian mulailah membentuk dindingnya(bodi), dengan jalan menempelkan
adonan tanah liat sedikit demi sedikit sambil memutar meja. Cara membuat bodi agar bertambah
tinggi lagi adalah dengan cara memilin adonan dengan dua telapak tangan sehingga berbentuk
seperti bulat panjang. Secara berangsur-angsur sambil terus memutar meja, bentukan adonan tadi
ditempelkan pada bodi bagian atas, sehingga lambat laun bodi bertambah tinggi.
3. Proses penghalusan. Untuk memperhalus dan membentuk bodi atau dinding gerabah, bisa
menggunakan alat bantu dengan kelambu atau sikat gigi atau dengan buah klik (bahasa daerah
Belu). Yang ditempelkan pada bodi sambil meja terus diputar. Pekerjaan seperti tersebut diatas
dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akhirnya terbentuklah gerabah simetris. Jika ingin
membentuk pot tanaman, jangan lupa bagian dasarnya dilubangi.
4. Proses dekorasi. Proses ini dilakukan dengan motif tenun karena mempunyai nilai
sejarah. dan motif-motif yang diambil harus dari kabupaten Belu karena produk yang dihasilkan
bervariasi dengan desain dan dekorasi motif khas Belu yang sangat menarik sehingga
mempunyai nilai jual dan daya saing yang tinggi dengan produk gerabah daerah lain juga
dekorasi tidak bisa diambil motif dari daerah lain.
Proses pengeringan. Proses ini dilihat dari cuaca, proses ini yang pertama dilakukan adalah
diangin-anginkan dulu dalam ruangan untuk menjaga penyusutan. Kalau pada musim hujan
proses pengeringan bisa sampai 1 minggu. Apabila masih ada kadar air dengan suhu 950% maka
gerabah akan meledak.
5. Proses penjemuran dilakukan selama 2 atau 3 hari. Gerabah tersebut ditaruh pada tempat
yang langsung kena panas matahari dan sebentar – sebentar posisinya agar kering secara
merata (pada malam hari dan bila waktu akan turun hujan dimasukkan ke dalam ruangan).
Setelah gerabah benar-benar kering, kemudian dipindahkan ke tempat lain dan siap untuk
dibakar. Lama pengeringan berkisar 2-5 hari, tergantung tebal tipisnya bahan yang
dikeringkan.
6. Proses pembakaran.
Bahan – bahan yang disiapkan pada proses ini adalah kayu, jeramih, sekam, sabuk
kelapa, dan dedak padi. Gerabah – gerabah yang telah kering secara alami (dengan angin
dan sinar matahari), selanjutnya disusun di dalam oven. Fungsi sekam ini digunakan
dibagian atas untuk menahan panas dari atas agar suhu tidak keluar. Fungsi dari sabuk
kelapa yaitu untuk menyerap panas. Setelah suhu suah mencapai 700 dimasukkan dedak
padi disiram agar mendapat warna yang alami. Alat yang digunakan untuk mengukur
suhu adalah Pajang. Alat ini ditancapkan pada tana liat. Alat ini mempunyai 4 warna
yang menentukan fungsi suhunya.
Warna putih : 700 °C
Warna kuning : 800 °C
Warna biru : 900 °C
Warna merah : 1000 °C
7.Proses pembakaran ini memerlukan waktu 8 jam untuk pembakaran. Tapi karena
masyrakat di desa webriamata telah lama membuat gerabah ini, kadang-kadang proses
pembakaran suhunya tidak dilihat dari alat pajang tersebut melainkan mereka hanya
memprediksi saja. Dan hasilnya juga tidak jauh beda dengan menggunakan alat pengukur
suhu tersebut.
8. Proses penghalusan II. Sebelum mulai untuk proses dekorasi gerabah, harus melakukan
proses penghalusan dengan menggunakan amplas yang berukuran 100-200. Proses ini
dilakukan agar sebelum dihias permukaan gerabah menjadi merata.
9. Proses pembersihan bahan kulit telur. Telur dipecahkan diambil kuning telurnya dan
kulit telurnya di pisahkan antara kuning dengan kulitnya, kulit telur direbus sehingga
dapat ddikeluarkan kulit arinya. Setelah kulit telur direbus lalu ditiriskan dan angin-
anginkan dulu sebelum di tempel pada gerabah.

10. Proses penempelan kulit telur. Setelah selesai proses pembersihan kulit telur, lalu kulit
telur ditempelkan dengan menggunakan lem weber atau dengan getah buah sukun.
Kemudian dipakai juga semen putih untuk mengisi celah-celah yang kosong sehingga
rapi.

11. Proses pengamplasan. Lalu dilakukan proses pengamplasan kembali agar rapi, setelah
itu memulai pewarnaan dasar ini ditambah dengan oker untuk membuat hiasan titik-
titiknya.

12. Proses finishing atau pewarnaan. Pertama fernis dicampurkan pada sebuah tempat,
kemudian dicampur dengan pewarna lalu mulai diwarnakan atau digunakan. Setelah
perwarnaan selesai dikeringkan dan gerabah siap di pasarkan.

4.1.3.4 menghias gerabah

Alat dan bahan dalam menghias gerabah:


1. Gerabah
2. Sendok
3. Amplas
4. Cat tekstur
5. Bubuk emas
6. Perekat meramik
7. Kuas
8. Wadah
9. Cat antik
10. Coating
11. Cat pewarna

Caranya:

Langkah I
 Bersihkan permukaan gerabah yang akan dicat menggunakan amplas dan lap kering, agar
cat melekat dengan baik.
 Encerkan sedikit tekstur agar lebih mudah di kuaskan. Lalu kuaskan tpis-tipis ke seleruh
permukaan gerabah. Tunggu hingga kering,lalu ambilkan cat tekstur yang masih kental
(belum dicampur dengan air) dan di tutul-tutulkan keseluruh permukaan gerabah.
 Biarkan hingga kering.
 Setelah di cat tekstur benar-benar kering amplas lah permukaannya hingga ujung-ujung
cat tekstur yang runcing jadi tumpul. Namun jangan sampai mengamplas hingga
teksturnya hilang.

Langkah berikutnya buatlah campuran cat dengan komposisi seperti berikut:


 Perekak 100 gr
 Cat pewarna warna orange 8 gr
 Cat pewarna merah mahoni 2 gr
 Bubuk emas 2 gr
 Tiner 5-10 %

Aduk camuran ini hingga benar-benar rata

Langkah II
 Sesudah campuran cat siap, segera cat ke permukaan gerabah tadi. Kuaskan lapisan
pertama dan tunggu hingga kering, setelah itu ulangi lagi hingga 2 – 3 lapis.
 Apabila campuran cat tadi sudah kering, oleskan cat antic diatas permukaannya hingga
merata. Biarkan cat antic ini agak mongering.
 Lalu ambillah lap bersih dan lap permukaan gerabah yang telah di olesi cat anti tadi. Cat
antic yang terdapat pada permukaan atas akan terhapus, sedangkan cat antik yang masuk
ke cerukceruk tekstur akan tetap tertinggal.
 Agar cat yang tyelah di oleskan tahan lama, perlu dioleskan top coat. Untuk top coat ini
bisa di pilih yang doff dan yang glossy.
4.2. pembahasan
4.2.1 hasil penelitian lapangan
4.2.2 hasil penelitian laboratorium
4.2.3 hasil proses pembuatan gerabah
Pembuatan gerabah pada awalnya dikerjakan secara turun-temurun dan tradisional oleh kaum
wanita sebagai usaha sambilan. Produk yang dihasilkan masih sangat terbatas berupa peralatan
dapur yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri.
Kegiatan gerabah mulai berkembang menjadi usaha komersial setelah adanya berbagai
pembinaan serta latihan.
Adapun produk yang dihasilkan antara lain;
Vas bunga (kecil,sedang,besar)
Asbak rokok
Kendi
Toples
Celengan
Tempat lilin
Pot bunga luar
Meja
Hiasan dinding (ikan,komodo dll)
Pot gantung, dll.

4.3 analisis ekonomi


4.3.1 biaya peralatan ( modal kerja)
4.3.2 biaya produksi/proses pembuatan gerabah
4.3.3 strategi pemasaran dan perkiraan hasil penjualan gerabah
4.3.4 perkiraan keuntungan

Anda mungkin juga menyukai