Anda di halaman 1dari 4

Kajian Unsur Intrinsik Cerpen Pelajaran Mengarang

karya Seno Gumira Ajidarma


2.1 Gaya Bahasa
Bahasa cerita pendek ini mudah dipahami. Karena menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
Sehingga pembaca mengerti maksud cerita yang disampaikan oleh penulis. Seperti yang terdapat pada
paragraf 1 (“kalian punya wakt 60 menit” ujar Ibu Guru Tati. Anak-anak kelas V menulis dengan kepala
menyentuh meja).
Menarik , karena cerita ini mengungkap kehidupan anak kelas V SD yang mempunyai masalah hidup
yang seharusnya tidak dialami anak seusia itu. Yang harus menerima kenyataan bahwa ibunya adalah
seorang pelacur seperti yang terdapat paragraf 11 (“jangan rewel anak setan! Nanti kamu kuajak ke
tempat ku kerja, tapi awas ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti?
Awas!”)
Mengandung sugesti etik karena kita sebagai pembaca menjadi simpati terhadap Sandra yang masih
kecil harus menghadapi kenyataan hidup yang tidak dialami anak seusia dia. Cerita ini juga mampu
memunculkan sugesti antipati, seperti bentuk ucapan Marti kepada Sandra anaknya. Seperti pada
paragraf 6 (“ Lewat belakang anak jadah”), (“Diam anak setan”) paragraf 18

2.2 Sudut Pandang


Posisi narrator di dalam fiksi adalah di luar cerita, karena penulis bukan menceritakan dirinya sendiri
melainkan menceritakan orang lain. Tokoh-tokohnya seperti (Sandra, Ibu Guru Tati, Marti, Mami, dan
murid-murid kelas V)
Teknik yang dipakai dalam cerita pendek ini teknik Dia-an. Yaitu teknik yang menceritakan orang lain.

2.3 Tokoh
Tokoh pertama Sandra fisiknya berusia 10 tahun terdapat pada (paragraf 3), anak kecil terdapat pada
(paragraf 13). Secara pshikis Sandra benci terhadap pelajaran mengarang terdapat pada (paragraf 4),
santun terhadap ibunya terdapat pada (paragraf 19), batinnya tertekan (paragraf 29).
Mami fisiknya wajahnya berkerut, pipinya merah dengan sapuan warna yang tebal, alisnya sangat hitam,
dan wanginya badannya sangat memabukkan Sandra terdapat pada (paragraf 9). Secara pshikis Mami
penyanyang terhadap anak kecil dan juga menyebalkan terdapat pada (paragraph 10 dan paragraph 11)
Marti secara fisik cantik terdapat pada (paragraph 16), bibir merah mulut yang selalu berbau miras,
mata yang kuyu, wajah yang pucat terdapat pada (paragraf 23). Secara pshikis kasar, tidak mempunyai
sopan santun kalau makan sellau pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik ke atas kursi, suka
merokok, suka mabuk, penyayang terhadap Sandra, mencintai Sandra dan menasehati Sandra agar
menjadi wanita baik-baik terdapat pada (paragraf 16, paragraf 18, paragraf 19, paragraf 21, dan paragraf
22).
Interaksi tokoh Sandra dengan tokoh lain atas hubungan peran. Saling berinteraksi, karena Sandra
merupakan tokoh utama. Sandra berinteraksi dengan dengan tokoh Ibu Guru Tati karena dalam cerpen
tersebut Sandra murid ibu Tati. Sandra juga berinteraksi dengan tokoh Marti, karena dalam cerita
Sandra adalah anak Marti. Selain itu Sandra juga berinteraksi dengan Mami karena di dalam cerita
Sandra selalu dititipkan kepada Mami setiap ibunya pergi Interaksi Sandra juga terhadap anak-anak
kelas V, karena Sandra merupakan bagian dari anak-anak kelas V.
Interaksi tokoh Mami hanya terhadap tookoh Sandra yaitu anaknya dan Mami yaitu sebagai mucikari
Mami.
Interaksi tokoh mami hanya dengan tokoh Sandra karena Sandra selalu ditiipkan kepada Mami pada saat
Marti pergi, dan interaksi tokoh Mami hanya dengan Marti yaitu anak buahnya.
Interaksi tokoh Ibu Guru Tati hanya terhadap tokoh Sandra dan tokoh anak-anak kelas V. Tokoh anak-
anak kelas V hanya terhadap tokoh Sandra dan Ibu Guru Tati.

2.4 Latar
Latar tempat sesuaii dengan logika cerita contohnya adalah di plaza terdapat pada paragraf 21). Latar
waktu sesuai dengan logika dan membantu tercuatnya masalah utama, karena dalam cerita itu. Tokoh
Sandra hanya mempunyai waktu 60 menit waktu untuk mengarang, dan dengan waktu tersebut ia
melamun membayangkan semua kejadian atau peristiwa yang telah terjadi pada hidupnya dan disitu
tercuatlah masalah utama fiksi, dimulai dari awal sampai akhir dan latar tempat, waktu, serta suasana
cerpen tersebut sangat jelas.
Suasana yang digunakan sesuai dengan logika cerita, pembaca dapat memahami situasi yang diimaksud
penulis dalam cerpen tersebut.

2.5 Alur
Hubungkait antar peristiwa terasa padu dan berurutan berdasarkan logika cerita walaupun alur yang
digunakan alur campuran karena menceritakan kejadian lampau yang saling berhubungan satu sama
lain. Logika cerita dapat ditangkap oleh siapapun yang membaca karena pengarang memberikan kata
atau kalimat yang mudah dimengerti oleh pembaca.
Konflik dalam diri tokoh Sandra maupun antar tokoh mengarah pada suatu masalh utama terdapat pada
(paragraph 4) disana tergambar jelas bahwa Sandra disuruh mengarang yaitu hal yang tidak disukainya
dan temanya pun menyangkut tentang kehidupan yang tak seindah dengan tema karangan yang disuruh
Ibu Guru Tati dan dengan itu terkuaklah pokok permasalahn yang sebenarnya yang dialami tokoh
Sandra.
Konflik dalam diri tokoh Marti hanya dengan tokoh Sandra dan Mami, walaupun begitu konflik yang
terjadi masih mengacu pada pokok utama terdapat pada paragraf 9)
Konflik dalam diri tokoh Mami juga hanya dengan tokoh Sandra dan Marti, konflik yang terjadi tidak
menjadi pokok utama permasalahan tetapi berhubungan erat dengan pokok utama masalah.
Konflik dalam diri Ibu Gutu Tati hanya dengan Sandra dan tokoh anak-anak kelas V, konflik yang terjadi
adalah awal cerita yang mengantarkan ke konflik utama dengan menyuruh murid-murid kelas V
mengarang terdapat pada (paragraf 1).

2.6 Tema
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah kehidupan seorang anak kecil yang ibunya berprofesi sebagai
pelacur.

2.7 Amanat
Cerita pendek ini memberikan efek pesan beberapa nilai-nilai yang sublime antara lain:
1. Sebagai seorang ibu hendaknya jangan menyia-nyiakan anak.
2. Sebagai seorang ibu jangan berkata kasar kepada anak, karena kata-kata ibu adalag doa.
3. kita sebagai wanita hendaknya menjadi wanita baik-baik dan tidak berprilaku seperti tokoh /Marti
dalam cerita.
4. sebagai anak memang harus mencontoh sifat tokoh Sandra yang tetap santun dan menyanyangi
ibunya walaupun profesi ibunya seorang pelacur.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Gaya bahasa yang dipakai dalam cerpen Pelajaran Mengarang ini memakai kata-kata bahasa Indonesia
sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Sudut pandang yang dipakai menggunakan teknik
Dia-an, dan bukan menceritakan diri sendiri tetapi menceritakan orang lain. Tokoh dalam cerpen ini ada
Sandra, Ibu Guru Tati, Marti, Mami dan anak-anak kelas V yang mempunyai fisik dan pshikis yang
berbeda-beda. Latar dalam cerpen sesuai dengan logika pembaca, latar waktu membantu tercuatnya
masalah utama yaitu selama 60 menit dan suasananya tergambar daam jelas. Alur cerpen ini alur
campuran karena menceritakan kejadian masa lampau lalu kembali lagi ke masa depan. Tema dalam
cerpen Pelajaran Mengarang ini adalah kehidupan seorang anak kecil yang ibunya berprofesi sebagai
pelacur. Amanat dalam cerpen ini sangat terkena dalam hati pembaca yaitu bagaimanapun ibu kita, kita
harus tetap santun kepada ibu kita dan kita menjadi wanita hendaknya menjadi wanita baik-baik.

B. Saran
Agar kita sebagai pembaca hendaknya mengikuti sifat Sandra. Walaupun ibu Sandra pekerjaannya
sebagai seorang pelacur dan kita sebagai pembaca jangan mengikuti sifat dari Marti karena itu bukan
perbuatan terpuji apalagi ia seorang ibu. Untuk itu pembaca diharapkan dapat mengambil yang baik dan
membuang yang buruk dari cerpen Pelajaran mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.
DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira. 1992. Pelajaran Mengarang. Jakarta: Kompas


http://sukab.wordpress.com/seno-gumira-ajidarma/
http://www.bukabuku.com/authorscorner/detail/109/seno-gumira-ajidarma.html

Anda mungkin juga menyukai