Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MAKSIM-MAKSIM

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pragmatik

Disusun oleh:

Kelompok II

1. Ahmad Yaldi (118110006)


2. Nur Inayatullah (118110008)
3. Nur Isma (118110009)
4. Nurkhalifah (118110010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2020

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita haturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Maksim-maksim” dengan baik.

Penyelesaian makalah ini bukan tanpa mengalami hambatan, tetapi berkat kerja keras dan
ketekunan serta dorongan dan do’a, serta kerja sama dari kelompok kami, maka kami dapat
mengatasi segala masalah. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dosen mata kuliah Pragmatik, Ibu Nurmiwati, M.Pd yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah ini.
2. Teman-teman satu jurusan Bahasa Indonesia, yang sudah memberikan dorongannya
untuk menyelesaikan makalah ini.

Semoga perhatian dan dorongan kalian mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan Yang Maha
Pengasih Amin. Akhir kata dari kelompok kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen
matakuliah dan teman-teman jurusan Bahasa Indonesia, semoga tulisan ini dapat menambah
wawasan dan meningkatkan pengetahuan.

Bima, 24 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Maksim ....................................................................................5


1.2 Prinsip Kerja sama dan Prinsip Kesantunan...........................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...............................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain,
kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara,
penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur
tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan
ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan
penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu. Saat ini ilmu
pragmatik sudah tidak asing lagi di telinga. Ilmu ini muncul untuk menangani ilmu-ilmu
kebahasaan lainnya yang mulai "angkat tangan" terhadap tuturan yang secara struktur
melanggar kaidah atau tidak sesuai dengan prinsip.

Penyimpangan dalam tuturan memang sering terjadi, baik itu secara struktur kalimat atau
pun terhadap prinsip. Penyimpangan terhadap struktur kalimat sudah tentu dapat diatasi oleh
ilmu sintaksis dan "kawan-kawan", namun beda lagi dengan pelanggaran terhadap prinsip.
Pelanggaran terhadap prinsip ini hubungannya dengan makna secara eksternal dan situasi
tuturan, sehingga ilmu yang cocok untuk menangani masalah ini adalah ilmu pragmatik.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kesantuanan berbahasa dan pembagiannya
berdasarkan prinsip-prinsip serta skala dalam kesantuana dalam berbicara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian maksim?
2. Apa sajakah pembagian dari maksim?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian maksim.
2. Mengetahui pembagian dari maksim.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maksim


Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah
yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya
terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai
bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Prinsip-prinsip
itu secara lengkap dituangkan di dalam prinsip kerja sama Grice (1975).

2.2 Prinsip Kerja sama dan Prinsip Kesantunan


1. Prinsip Kerja sama Grice
Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa seorang
penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu
kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang
hendak dikomunikasikan itu. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu
relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), serta
selalu pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan
bicaranya. Bila dalam suatu percakapan terjadi penyimpangan, ada implikasi-
implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu tidak ada,
maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerjasama atau tidak bersifat
kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja
sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu
berjalan lancar.

Grice berpendapat bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip kerja


sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversational
maxim), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of
quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of
manner).
a. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan
kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya

5
atau pembicara memberikan informasi yang cukup, relatif dan seinformatif
mungkin.
Contoh yang sesuai:
A : Apakah Anda sudah mengerjakan tugas?
B : Ya, sudah.
Contoh yang tidak sesuai:
    A : Apakah Anda sudah mengerjakan tugas?
    B : Belum. Kemarin saya berlibur di rumah nenek di Yogya. Sampai rumah
sudah larut sehingga saya tidak sempat mengerjakan tugas.
b. Maksim Kualitas
Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan sesuatu
yang nyata dan sesuai dengan fakta sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan
hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Apabila patuh pada
prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang diyakini bahwa itu kurang
benar atau tidak benar.
Contoh yang sesuai:
    A : Kamu tahu, Eko kuliah dimana?
    B : di ITB.
Contoh yang tidak sesuai:
    A : Kamu tahu, Eko kuliah dimana?
    B : Dia tidak kuliah di UNJ seperti kita, tapi di ITB.
c. Maksim Relevansi
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur dapat memberikan
kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan.
Contoh yang sesuai:
    A : Dimana kotak permenku?
    B : Di kamar belajarmu.
Contoh yang tidak sesuai:
    A : Dimana kotak permenku?
    B : Saya harus segera pergi kuliah.

6
d. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara
secara langsung, jelas tidak kabur, dan tidak berlebih-lebihan.
Contoh:
    A : “Ayo, cepat dibuka!”
    B : “Sebetar dulu, masih dingin”

2. Prinsip Kesatunan Leech


a. Maksim Kebijaksanaan (tact maxim)
Gagasan dasar maksim kebijkasanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa
para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak
lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan
maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Leech (dalam
Wijana, 1996) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin
besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya.
Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih
sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Pelaksanaan
maksim kebijaksanaan dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Tuan Rumah      : “Silahkan makan saja dulu, nak! Tadi kami sudah mendahului.”
Tamu                : “ wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
Di dalam tuturan tersebut, tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan
si Tuan Rumah sungguh memaksimalkan keuntungan sang Tamu.
b. Maksim Kedermawanan
Dengan Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta
pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap
orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Pelaksanaan maksim
kedermawanan dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Anak kos A           : “Mari saya cucikan baju kotormu. Pakaianku tidak banyak
kok yang kotor”

7
Anak kos B           : “Tidak usah, mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok.”
Dari tuturan tersebut, dapat dilihat dengan jelas bahwa Anak kos A berusaha
memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi
dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk
mencucikan pakaian kotornya si B.
c. Maksim Penghargaan
Dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa seseorang akan dapat dianggap
santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada
pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak
saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Peserta
tutur yang sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan
dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian karena tindakan
mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Pelaksanaan maksim
penghargaan dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Dosen A    : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business
English.”
Dosen B    : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu bagus sekali.”
Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekan dosennya pada contoh
di atas ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian dari dosen B.
d. Maksim Kesederhanaan
Dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur
diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap
dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati jika di dalam
kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Pelaksanaan
maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati dapat dilihat pada contoh
tuturan berikut ini.
Ibu A         : “ nanti ibu yang memberikan sambutan dalam rapat Dasa Wisma”
Ibu B         : “waduh, nanti grogi aku”
Dalam contoh di atas ibu B tidak menjawab dengan: “Oh, tentu saja. Memang itu
kelebihan saya.” Ibu B mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri dengan
mengatakan:

8
” Waduh..nanti grogi aku.”
e. Maksim Pemufakatan/Kecocokan
Dalam maksim ini, diharapkan para peserta tutur dapat saling membina
kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat
kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
bertutur, masing-masing dari mereka dapat dikatakan bersikap santun.
Pelaksanaan maksim pemufakatan/kecocokan dapat dilihat pada contoh tuturan
berikut ini.
Guru A      : “ruangannya gelap ya, bu”
Guru B      : “ He’eh. Saklarnya mana ya?”
Pada contoh di atas, tampak adanya kecocokan persepsi antara Guru A dan B
bahwa ruangan tersebut gelap. Guru B mengiyakan pernyataan Guru A bahwa
ruangan gelap dan kemudian mencari saklar yang member makna perlu
menyalakan lampu agar ruangan menjadi terang.
f. Maksim Kepastian
Dalam maksim kesimpatian, diharapkan agar para peserta tutur dapat
memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Jika
lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib
memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah
penutur layak berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda
kesimpatian. Sikap antipati terhadap salah satu peserta tutur akan dianggap
tindakan tidak santun. Pelaksanaan maksim kesimpatian dapat dilihat pada contoh
tuturan berikut ini.
Mahasiswa A        : “mas, aku aku akan ujian tesis minggu depan
Mahasiswa B         : “ wah, selamat ya. Semoga sukses.”

3. Prinsip Skala Kesantunan


Sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang
sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian
kesantunan. Ketiga skala itu antara lain:

9
a. Skala Kesantunan Leech
Di dalam model kesantunan Leech, setiap maksim interpersonal itu dapat
dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Berikut
skala kesantunan Leech selengkapnya.
1) Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan
Menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang
diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan
tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu.
Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur
akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu. Apabila hal yang demikian
itu dilihat dari kacamata si mitra tutur dapat dikatakan bahwa semakin
menguntungkan dari mitra tutur, akan semakin dipandang tidak snatunlah
tuturan itu.
2) Optionality Scale atau pilihan
Menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampikan si
penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan
itu memungkinkan penutur atau mitra tutur untuk menentukan pilihan yang
banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu.
3) Indirectness scale atau skala ketidak langsungan
Menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsngnya maksud
sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin
tidak santunlah tuturan itu.
4) Social distance scale atau skala jarak social
Menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra
tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecendurungan bahwa
semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan menjadi
semakin kurang santunlah tuturan itu. Serta semakin jauh jarak peringkat
sosial antara penutur dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan
cenderung menjadi semakin santun.

10
b. Skala kesantunan Brown – Levinso

1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.


Banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan
latar belakang sosiokultural.
2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur.
Didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra tutur atau
dapat dikatakan didasarkan pada speaker and hearer relative power (peringkat
kekuasaan atau power rating).
3) Skala peringkat tindak tutur atau disebut dengan rank rating
Didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak
tutur lainnya.
c. Skala kesantunan Robin Lakoff
1) Skala pertama atau skala formalitas
Dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa nyaman dan
kerasan dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada
memaksa dan tidak boleh berkesan angkuh.
2) Skala kedua atau skala ketidaktegasan/skala pilihan
Menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat merasa nyaman
dalam kegiatan bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh
kedua pihak. Tidak diperbolehkan terlalu tegang atau kaku.
3)  Skala ketiga atau peringkat kesekawanan atau kesamaan
Menunjukkan bahwa agar dapat bersikap santun, orang haruslah bersikap
ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain. Agar tercapai maksud yang demikian, penutur
haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabat. Dengan menganggap
pihak yang satu sebagai sahabat bagi pihak lainnya, rasa kesekawanan dan
kesejajaran sebagai salah satu prasyarat kesantunan akan dapat tercapai.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Salah satu kaidah berbahasa adalah seorang penutur harus selalu berusaha agar
tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, dan mudah dipahami sehingga lawan
tuturnya dapat memahami maksud tuturan. Demikian pula dengan lawan tutur, ia harus
memberikan jawaban atau respons dengan apa yang dituturkan oleh penutur. Bila keduanya
tidak ada saling pengertian maka tidak akan terjadi komunikasi yang baik. Oleh sebab itu
diperlukan semacam kerja sama antara penutur dengan lawan tutur agar proses komunikasi
itu berjalan secara lancar.

Kenyataan membuktikan, di dalam percakapan sehari-hari tidak jarang kita temukan


praktik-praktik pelanggaran terhadap maksim-maksim Grice tersebut. Akan tetapi, bagi
pengamat pragmatik, justru pelanggaran-pelanggaran itulah yang menarik untuk dikaji:
mengapa penutur melakukan pelanggaran terhadap maksim tertentu, ada maksud apa di
balik pelanggaran maksim tersebut? Misalnya, mengapa penutur yang bermaksud
meminjam uang atau memerlukan bantuan kepada mitra tutur biasanya diawali dengan
menceritakan secara panjang lebar keadaan dirinya seraya disertai dengan janji-janji?
Apakah itu berlaku secara universal? Bukankah tindakan tersebut melanggar maksim
kuantitas? Pada intinya, untuk memenuhi komunikasi secara wajar dan terjadi kerja sama
yang baik, maka dalam komunikasi harus memenuhi prinsip (maksim).

3.2 Saran

Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang
pembahasan Pagmatik, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku Pragmatik dari
berbagai pengarang, karena di dalam makalah ini penulis hanya membahas garis besarnya
saja tentang pembahasan Pragmatik dan hanya membahas lebih dalam tentang maksim-
maksim.

12
Di sini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan  penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurul Izzati. 2016. Pragmatik, Kesantunan Berbahasa (Maksim) di


http://nurulizzati04.blogspot.com/2016/12/pragmatik-kesantunan-berbahasa-maksim.html 30
Desember

Ikmi Nur Oktavianti & Ifa Rolyna. 2018. Prinsip Kesopanan (Politeness Principles) di
https://littlestoriesoflanguages.wordpress.com/tag/maksim/ 16 Mei

14

Anda mungkin juga menyukai