Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN/

PRAKTIK INDUSTRI

DI YULICHA AKSESORIS BATIK & CRAFT

Proses Pembuatan Kain Batik Warag Ngendog

Disusun oleh

Nama : Dina Nurul Oktavianti

NIM : 5401416026

Jurusan/Prodi : PKK/PKK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019

1
2
Abstrak

Dina Nurul Oktavianti


Proses Pembuatan Kain Batik Warag Ngendog
Yulicha Aksesoris Batik & Craft

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga– Pendidikan Kesejahteraan Keluarga


Universitas Negeri Semarang
Tahun 2019

Kampung Batik merupakan penghasil batik terbesar di Semarang. Awal dari kemunculan batik
Semarang tersebut bermula dari ide para perajin batik di semarang untuk membuat batik khas
semarang, dan batik semarang tersebut masuk ke dalam jenis batik pesisiran yang terkenal pada abad
ke-18 hingga 19. Pada awal abad ke-20 menyatakan bahwa banyak penduduk pribumi di Kota Semarang
bermata pencaharian di sektor industri kerajinan batik. Tahun 1970-an banyak peristiwa pembangkitan
Kampung Batik. Mengenai jenis motif batik yang menarik dibahas ialah motif warag ngendog dan tentu
saja motif tersebut tidak bisa dijumpai pada batik manapun di nusantara selain di Semarang. Batik
semarangan memerlukan upaya agar bisa berkembang di tengah persaingan pasar batik yang ada di
Indonesia. Upaya-upaya yang dijalankan yaitu melaksanakan strategi pengembangan pasar yang
bertujuan agar batik semarangan dapat dikenal lebih luas di berbagai daerah di Inodonesia. Upaya
berikutnya yaitu melaksanakan strategi produk baru yang bertujuan memenuhi selera konsumen yang
selalu berganti. Minat konsumen dalam membeli batik tidak hanya berdasarkan faktor harga, melainkan
dari segi keunikan yang menjadi ciri khas batik semarangan. Agar batik tidak punah, diharapkan
masyarakat terus menjaga kelestarian batik dengan mengenakan sebagai busana warisan budaya
Indonesia. Pekerjaan yang dilakukan selama melakukan praktik kerja lapangan ialah membantu
dan mengamati proses produksi di antaranya menyiapkan bahan dan alat, membuat produk, dan
mengemas. Praktik kerja lapangan yang penulis lakukan menghasilkan banyak ilmu mengenai
yang dibutuhkan pada dunia kerajinan dan prakarya.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya,
salawat serta salam bagi Rasulullah SAW seiring terselesaikannya penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan "Pembuatan Boneka Bebek Dan Warak Menggunakan Kain Perca”.
Keberhasilan dan kesuksesan dalam Pembuatan Laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan, dan bimbingan dari pihak yang terkait.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Nur Qudus, M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
2. Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga Universitas Negeri Semarang .
3. Dr.Meddiati Fajri Putri selaku dosen pembimbing PKL Universitas Negeri Semarang
4. Ibu ItaYulicha selaku pemilik Yulicha aksesoris batik & craft yang telah membimbing
penulis
5. Kedua orang tua penulis, yang selalu mendoakan keselamatan penulis dalam menuntut ilmu.
6. Semua pihak yang telah turut serta membantu kelancaran penyusunan laporan ini, baik
secara moral ataupun materiil.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang, Januari 2019


Penulis

Dina Nurul Oktavianti

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... ……………………1

HALAMAN PENGESAHAN................................................................ ……………………2

ABSTRAK…………………………………………………………………………………..3

KATA PENGANTAR ..........................................................................……………………..4

DAFTAR ISI .......................................................................................... …………………...5

DAFTAR TABEL................................................................................... ……………………7

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. ……………………8

LAMPIRAN ........................................................................................... ……………………9

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... …………………..11

1.1 Latar Belakang .................................................................................. …………………..11

1.2 Tujuan dan Manfaat .......................................................................... …………………..12

1.3 Tempat dan Pelaksanaan ................................................................... …………………..13

1.4 Waktu Pelaksanaan ........................................................................... …………………..14

1.5 Pengumpulan Data……………………………………………………………………...15

BAB II ISI…………………… .............................................................. …………………..17

2.1. Pekerjaan/Kegiatan........................................................................... …………………..17

2.2.Analisis Hasil Pekerjaan.................................................................... …………………..18

2.2.1 Kain Batik………………………………………………………………………...18

2.2.2 Alat dan Bahan yang dibutuhkan………………………………………………...23

2.2.3 Macam-macam Produk dan Kegiatan di Yulicha………………………………..30

2.2.4 Dokumentasi Kegiatan PKL……………………………………………………...34

5
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan....................................................................................... ………………36

3.2. Saran……………………………………………………………………………….36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ………………37

LAMPIRAN ........................................................................................... ………………38

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prosedur Pelaksanaan PKL ........................................ …………….13

Tabel 2 Waktu Pelaksanaan PKL................................................................. 15

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Galeri Yulicha Batik dan Aksesoris…………………..………………………17

Gambar 2. Kain Batik……………………………………………..……………………….18

Gambar 3. Model Kain Batik……………………………………..……………………….18

Gambar 4. Motif Warag…………………………………………..……………………….21

Gambar 5. Pembuatan Batik……………………………………..……………………….22

Gambar 6. Proses Penjemuran………………………………..……………………….….22

Gambar 7. Kain Mori…………………………………………..…………………………23

Gambar 8. Batik Cap…………………………………….….………………….…………24

Gambar 9. Meja Batik……………………………………..…………………..…………..25

Gambar 10. Wajan…………………………………………………………..…………….25

Gambar 11. Kompor…………………………………….…….………………………….26

Gambar 12. Saringan…………………………….………..……………….……………...26

Gambar 13. Pewarna Batik………………………………..……………….……………..28

Gambar 14. Malam/lilin……………………………………..…………….………………28

Gambar 15. Bantalan…………………………………….….…………….……………...29

Gambar 16. Tas Warag……………………………….…….…………….……………...30

Gambar 17. Tas Warag………………………….…………..………….……………….30

Gambar 18. Tas Warag………………………………………...……….………………..31

Gambar 19. Tas Warag…………………………………………………………………..31

Gambar 20. Tas Warag…………………….…………………………………………….31

Gambar 21. Dompet Batik…………………...………………………………………….32

Gambar 22. Dompet Batik……………………………...………………………………..32

8
Gambar 23. Bros Kain Perca………………………………………………………..33

Gambar 24. Bros Kain Perca………………………………………………………..33

Gambar 25. Sandal Batik……………………………………………………………33

Gambar 26. Tempat Tisu……………………………………………….……………34

9
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan PKL ........................................................... 39

Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan PKL........................................ 40

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing PKL ................................................ 41

Lampiran 4. Surat Penerjunan...................................................................... 42

Lampiran 5. Sertifikat .................................................................................. 43

Lampiran 6. Presensi Daftar Hadir PKL ...................................................... 44

10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pedoman akademi Unnes didefinisikan bahwa Praktek Kerja Lapangan/PKL atau
Praktik Industri/PI adalah praktek kerja yang dikerjakan secara perorangan ataupun
berkelompok (2 -5 orang mahasiswa) untuk memberikan pengalaman praktis penerapan
bidang keahlian dengan mempelajari suatu sistem pada suatu perusahaan/industri atau
memberikan alternatif solusi atas permasalahan yang ada dilapangan dan melaporkannya
dalam bentuk karya ilmiah.
Pendidikan kesejahteraan keluarga adalah program studi Pendidikan kesejahteraan pada
ilmu kependidikan untuk menyiapkan mahasiswa sebagai guru dan juga ilmu kesejahteraan
keluarga untuk menyiapkan mahasiswa terampil dalam bekerja di lembaga sosial, bidang
kuliner, industri kerajinan dan fasion designer/perancang busana.
Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax)
yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau
dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist” (Siti Maziyah, dkk, 2015: 102). Batik berasal dari
bahasa Jawa “mbatik” yang artinya membuat titik-titik. Jadi batik adalah karya dan sekaligus
bentuk kegiatan yang dilakukan dengan bahan dasar kain yang diberi gambar dari titk-titik
atau tetes-tetes yang berasal dari malam sebagai bahan penutupnya. Batik adalah kain yang
dihiasi dengan gambar yang terbuat dari titik-titik yang membentuk garis yang dibuat dengan
teknik resist menggunakan material lilin (malam). Motif batik dibuat dengan menggunakan
alat yang disebut canting, yaitu alat sejenis pena yang terbuat dari bambu sebagai tangkainya,
dan untuk tempat malamnya terbuat dari kuningan (Maman Tocharman, tt: 6-7; Heriyana
Nurainun, dkk, 2008: 125). Standar Nasional Indonesia (SNI) No 08-0239 1989
mendefinisikan batik sebagai bahan tekstil hasil pewarnaan menurut corak khas batik
Indonesia, dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang.
PO Mukti Jaya didirikan oleh Ita Yulicha pada tahun 2011 dengan branding Yulicha
Griya Batik. Konsep awalnya adalah mendesain busana batik, pada tahun 2013 mengadakan
workshop di Jalan Pergiwati No.25 Semarang merubah haluan menjadi Yulicha Aksesoris

11
Batik dan konsentrasi produk pada aksesoris batik. Selain memproduksi aksesoris batik, juga
memberikan pelatihan pemanfaatan limbah di berbagai daerah di Jawa Tengah.
Yulicha Aksesoris Batik merupakan salah satu pilihan yang tepat sebagai tempat praktek
Industri karena perusahaan ini bergerak di bidang industri kerajinan batik yaitu dengan cara
memanfaatkan limbah kain batik, kemudian dibuat menjadi berbagai macam aksesoris
seperti kalung, gelang, dan gantungan kunci. Selain memproduksi berbagai macam
aksesoris, Yulicha Aksesoris batik juga memproduksi berbagai macam motif kain batik yang
sedang dicari oleh masyarakat di Jawa Tengah. Ciri khas kain batik produksi Yulicha
Aksesoris Batik adalah motif Warak Ngendog. Kata "warak" sendiri berasal dari bahasa
Jawa yang bermakna 'badak'. Namun demikian, pendapat lain mengatakan "warak" berasal
dari bahasa Arab yang bermakna 'suci'. Dan ngendhog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil
pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah,
warak ngendhog dapat diartikan: siapa saja yang menjaga kesucian di bulan Ramadan, kelak
di akhir bulan akan menerima pahala pada hari lebaran. Dengan ciri khas tersebut,
menjadikan kain batik yang dihasilkan oleh Yulicha Aksesoris Batik banyak dicari oleh
masyarakat setempat.
Dengan dilaksanakannya praktek Industri di Yulicha Aksesoris Batik diharapkan dapat
menambah wawasan, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara
teoritis maupun praktek serta memberikan pembelajaran lebih jauh di bidang produksi
industri kerajinan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan dari melaksanakan Praktik Industri ini supaya penulis mendapat pengalaman
lebih pada kegiatan Praktik Industri di Yulicha Aksesoris Batik, dari pengalaman
tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan penulis untuk meningkatkan keterampilan,
pengembangan ilmu, personality (keterampilan yang terkait dengan personality) dan
human skill dapat mempelajari dan mempraktikan pelaksanaan produksi di Yulicha
Aksesoris Batik sesuai dengan prosedur yang ada. Sehingga dapat dimanfaatkan
penulis untuk mengembangkan skill praktik dalam pelaksanaan produksi kerajinan
limbah batik dengan mengembangkan sikap profesionalitas dalam bekerja.

12
1.2.2 Dapat memahami lebih dalam teori serta teknik yang digunakan dalam pelaksanaan
produksi di Yulicha Aksesoris Batik dengan mengutamakan etika bekerja serta aturan
pekerjaan yang telah ditetapkan. Sehingga dari tujuan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk dibandingkan dengan teori serta teknik yang digunakan diperkuliahan telah
sesuai atau belum.
1.2.3 Tujuan lain dari dilaksanakannya Praktik Industri ini supaya dapat mengetahui dan
mendapatkan pengalaman lebih dalam tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Sehingga manfaat yang dapat diperoleh yakni penulis sudah memiliki kesiapan yang
lebih, baik dari segi mental maupun fisikal untuk memasuki dunia kerja setelah lulus.

1.3 Tempat dan Pelaksanaan

1.3.1 Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Praktik Industri (PI) ini dilaksanakan di Yulicha Akseseoris Batik yang
beralamatkan di Jalan Pergiwati 1 No. 25 Semarang

1.3.2 ProsedurPelaksanaan PKL

Tabel 1. Prosedur Pelaksaan PKL

Pendaftara
n Pembuata Menyerahkan
Memo Validasi n Surat Surat
Ijin PKL Kelompok Surat Ijin Permohon Permohonan
dan PKL
Purana an PKL ke Purana

Dosen
Pembimbi Penentuan
Penerbitan Dosen Persetuju
ng Surat Pembekal
Pembimbing an Pihak
Menerima Penerjunan, an PKL Instansi
Surat dan Validasi
Surat Tugas Penerjunan
Tugas Dosen
Pembimbin
gPembuata
dan Buku P enyusunan
Pelaksanaa n Surat
Pantauan Penarikan Laporan,
Bimbingan
Upload Laporan dan
penyerahakn berkas,
n PKL Penarikan
PKL PKL Laporan, Ujian upload nilai
P KL
PKL

SELESAI

13
Prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mengajukan memo kepada ketua program studi,

yang didalamnya berisikan biodata seperti nama, NIM, tempat PKL, dan anggota kelompok

PKL. Setelah penulis mendapatkan memo kemudian langkah selanjutnya adalah penulis

membuka website siradi.unnes.ac.id, dan mengisi kolom yang dibutuhkan, setelah itu penulis

konfirmasi di TU jurusan, setelah itu dari TU jurusan penulis akan mendapatkan surat

Permohonan Ijin PKL untuk diserahkan kepada mitra kerja atau instasi.

a) Penulis menuju tempat instansi untuk meminta persetujuan berupa tanda tangan dan

stempel dari tempat instansi, setelah mendapat surat persetujuan kemudian penulis

mengonfirmasi kepada TU jurusan untuk memberikan surat balasan dari Instansi

sehingga TU jurusan dapat memberikan memberikan hasil plotting dosen pembimbing

dan melakukan pembekalan PKL.

b) Langkah selanjutnya adalah penulis membuat surat penerjunan di dekanat, surat tugas

dosen pembimbing dan buku pantauan PKL. Kemudian penulis menyerahkan surat tugas

dosen pembimbing kepada dosen pembimbing dan mulai melaksanakan PKL selama 45

hari. Sebelum PKL berakhir penulis mengusrus surat penarikan untuk instansi di dekanat.

Setelah PKL berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan kemudian penulis

menyusun laporan PKL dan melakukan bimbingan laporan kepada dosen Pembimbing

kemudian akan di unggah di SIM-PKL UNNES dan penyerahan berkas PKL sehingga

dosen pembimbing sudah bisa mengunggah nilai penulis. Dan pelaksanaan PKL telah

selesai dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

14
1.4 Waktu Pelaksanaan

a) Waktu pelaksanaan Praktik Kerja lapangan (PKL) d ilaksanakan sesuai dengan tabel

dibawah ini :

Kegiatan Waktu

Pembekalan 16 November 2018

Penerjunan 8 Januari 2019

Pelaksanaan 8januari 2019 - 15 Februari 2019

Penarikan 15 Februari 2018

Tabel 2. Waktu Pelaksanaan PKL

b) Waktu pelaksanaan PKL dimulai dengan pembekalan PKL yang dilakukan pada tanggal

16 November 2018 , kemudian penerjunan atau waktu awal pelaksanaan PKL di mitra

usaha mulai pada tanggal 8Januari 2019, waktu PKL dilakukan setiap hari dari jam 08.00

s/d 16.00, dalam waktu 45 hari penulis diberikan waktu libur seminggu satu hari yaitu

pada hari minggu. Dan penarikan PKL atau hari terakhir pelaksanaan PKL dilakukan

pada tanggal 15 Februari 2019

1.5 Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini, maka
dilakukan beberapa metode pengumpulan data yaitu sebagai berkut:

1.5.1 Metode Observasi


Metode observasi ini dilakukan dengan cara melihat seluruh kegiatan yang dilaksanakan
dan mengamati apa yang ada di lokasi Praktik Industri. Kegiatan observasi dilakukan
dengan mengobservasi tempat praktik lalu kegiatan yang dilakukan. Metode ini
dilakukan pada hampir semua bagian, misalnya observasi bagian pembuatan kalung dan

15
gelang dari kain batik dan observasi tentang pembuatan kain batik dengan motif Warak
Ngendog. Dalam melaksakan observasi ini, dapat disimpulkan bahwa pembuatan kalung
dan gelang mempunya teknik sendiri, sehingga dapat menghasilkan kalung dan gelang
yang berkualitas.
1.5.2 Metode Interview
Metode interview digunakan untuk mendapatkan keterangan dan informasi lebih lengkap
dari narasumber. Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan interview atau
wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan data yang
dibutuhkan baik kepada pihak pengelola maupun staf dan karyawan untuk memperoleh
informasi yang lebih lengkap. Metode ini dilakukan pada bagian pembuatan kalung dan
gelang dari kain batik.
1.5.3 Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengambil


informasi dari buku ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan penyusunan laporan.
Dalam metode ini, sumber yang diambil ialah buku panduan PKL/PI, laporan PKL/PI
mahasiswa terdahulu, dan internet, serta beberapa sumber buku.

1.5.4 Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan gambar-gambar yang dianggap


penting dan berkaitan dengan penyusunan laporan. Metode dokumentasi digunakan
hampir disemua bagian dan beberapa jenis produk dari kain batik

16
BAB II

ISI

2.1 Pekerjaan/Kegiatan
2.1.1 Umum

Gambar 1. Galeri
Yulicha Aksesoris Batik and Craft

a) Sejarah Yulicha Batik dan Aksesoris


PO Mukti Jaya didirikan oleh Ita Yulicha pada tahun 2011 dengan branding Yulicha Griya
Batik. Konsep awalnya adalah mendesain busana batik, pada tahun 2013 mengadakan
workshop di Jalan Pergiwati No.25 Semarang merubah haluan menjadi Yulicha Aksesoris
Batik dan konsentrasi produk pada aksesoris batik. Selain memproduksi aksesoris batik, juga
memberikan pelatihan pemanfaatan limbah di berbagai daerah di Jawa Tengah.

b) Visi dan Misi Yulicha Batik dan Aksesoris


1. Visi
✓ Berkreasi dan memberikan nilai ekonomis tinggi pada kain perca batik berbasis
pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan
2. Misi
✓ Mix dan match dengan busana dan aksesoris limbah kain perca batik untuk
menjaga kelestarian lingkungan
✓ Mendorong masyarakat berkreasi dengan menggunakan kain perca batik

17
c) Pelatihan dan Pameran
Yulicha Aksesoris dab Batik telah membrikan beberapa pelatihan di daerah Jawa Tengah dan
menerima pemagangan dari Magelang.
Berikut adalah pelatihan Yulicha Batik dan Aksesoris :
1. Pelatihan teknik produksi dari pengembangan desain fashion bagi IMK TPT Jateng
2. Pelatihan di Kudus, Temanggung, Semarang dan beberapa kota lain
3. Pameran bersama Kemendag, Perindag Kota Semarang, dan Prov. Jateng,Dinkop Kota
Semarang dan Prov. Jateng

d) Kerjasama
Yulicha Batik dan Aksesoris menjalin kerjasama dengan :
1. Desainer Indonesia, Anne Avantie
2. Desainer Semarang, Ina Priyono
3. Galeri Semarang, Dekranasda Semarang, Kampoeng Semarang dan beberapa Market
Place

2.2 Analisis Hasil Pekerjaan


2.2.1. Kain Batik

Gambar 2. Kain Batik Gambar 3. Model Kain Batik

18
a) Pengertian Batik
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu “tik” yang berati
titik / matik (kata kerja, membuat titik) kemudian berkembang menjadi istilah “batik”.
Disamping itu juga mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik
atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut Kalinggo Hanggopuro dalam buku
Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntutan menuliskan bahwa, para penulis
terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata “batik”
akan tetapi seharusnya “bathik”. Hal ini mengacu pada huruf jawa “tha” bukan “ta”
dan pemakaian bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan
salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan
suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan( Anas, B.,
1997: 14)
Batik Semarang adalah salah satu jenis batik pesisiran yang pernah terkenal
pada abad ke 18 hingga 19. Dahulu orang Semarang membatik menciptakan motif
sesuai dengan keinginan, imajinasi, ekspresi dan Kreasi oleh perajin sendiri dan hasil
batiknya pun dipakai sendiri.Perajin batik Semarang membatik tanpa motif yang baku
seperti didaerah Surakarta dan Yogyakarta. Berbicara mengenai motif batik Semarang
disini dijelaskan, Ciri khas motif yang dibuat di batik Semarang ini menggunakan
motif naturalis, yaitu tema Flora dan Fauna (Ikan, kupu-kupu, burung, bunga, bukit).
Contoh Motif-motif Batik tahun 1970-an yang terkenal antra lain: Motif Batik Warak
Ngandong, Franquemont, Oosterom, Merak Jeprak, Tugu Muda, Blekok Srondol,
Gambang Semarangan, Asem Semarangan, Chengho Klenteng dll.
Namun motif Batik yang dibuat oleh Tan Kong Tin tahun 1970-an lah yang
mendunia dengan beberpa alasan, yaitu: Mengekspresikan perpaduan motif batik jogja
dan pesisir, mengigat keluarga perusahaan batik tersebut orang Jogja dan Semarang,
yang dipadukan saling mempengaruhi dan beradaptasi. Dan yang sangat terkenal
waktu itu adalah Motif burung Merak yang diciptakan oleh Tionghoa peranakan yang
pemilik Perusahaan batikkerij Tan Kong Tin, Dengan Latar perbukitan dan pohon
bambu, denagn makna motif ini merupakan pengaruh dari kebudayaan cina yang
mempercayai bahwa burung merak memiliki filosofis 39 bagus dalam kehidupan.
Pemilihan warna yang diambil dari khas batik Semarang tersebut adalah warna terang,

19
seperti: Oranye, Biru dan Merah (Kultur Bangsa Cina yang Akrab dengan warna
merah).
Batik Semarang memiliki Pengaruh pada kehidupan ekonomi,sosial dan
budaya masyarakatnya. Seiring perkembangan zaman, Batik Semarang memberikan
banyak keuntungan, diantaranya adalah kentungan tersebut terlihat pada kondisi
ekonomi masyarakat yang terbantu dengan adanya batik Semarang meskipun waktu itu
dalam pemasaran batiknya mengalami banyak kendala, perajin dan sekaligus penjual
batik harus bersusah payah mencari lahan tempat untuk menjualnya dipasar, rebutan
lahan penjualan diraakan saat proses pemasaran pada waktu tersebut; Dalam
Kehidupan Sosial, masyarakat Kampung Batik bisa lebih terbuka dalam bersosialisasi
mengenal lingkungan, Kemudian dalam kehidupan budaya, masyarakat Kampung
Batik tidak memiliki tradisi yang khas, Namun masyarakatnya sudah menjadikan
aktivitas membatik menjadi suatu tradisi budaya.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kelanjutan batik Semarang


Batik merupakan warisan sejarah bangsa Indonesia sekaligus merupakan
produk budaya Indonesia yang sangat unik sehingga batik adalah kekayaan budaya
yang harus dilestarikan dan dibudayakan. Semarang, merupakan salah satu daerah
yang ikut menghidupkan dan mengembangkan kembali batik yang pernah tenggelam.
Batik Semarang adalah sebutan atau nama untuk menyebutkan batik yang dibuat oleh
masyarakat Semarang dengan ikon Kota Semarang sebagai ciri khas batik
Semarangan. 40 Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat dalam melestarikan
batik Semarang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
tersebut adalah rasa kesadaran masyarakat akan pentingnya batik bagi bangsa
Indonesia serta rasa peduli dan melestarikan batik sebagai aset bangsa Indonesia.
Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat internal tersebut adalah karakteristik
motif batik Semarang, ciri khas warna batik Semarang, produk batik Semarang,
kualitas batik Semarang, pemeliharaan batik Semarang, rasa puas konsumen dan harga
batik Semarang.

20
Faktor eksternal muncul karena adanya pengaruh dari lingkungan. Faktor
eksternal tersebut adalah penggunaan batik Semarang sebagai pakaian sekolah dan
kerja. Selain itu, banyaknya pameran dan fashion show yang memamerkan batik
Semarang kepada masyarakat sebagai trend fashion. Faktor-faktor yang mendasari
timbulnya minat eksternal adalah adanya pengaruh trend fashion dan lingkungan.
Motif yang digunakan dalam batik Semarang dapat mempengaruhi tingginya minat
masyarakat dalam pemakaian dan pemanfaatan batik Semarang.
Seiring perkembangannya, batik Semarang kini menggunakan berbagai macam
warna dasar batik. Hai ini dapat mempengaruhi minat masyarakat dalam pemakaian
dan pemanfaatan batik Semarang. Berhasilnya suatu proses melestarikan batik
Semarang dapat diketahui dengan menghitung seberapa banyak minat masyarakat
dalam pemakaian dan pemanfaatan batik Semarang. Pelestarian batik Semarang akan
meningkat apabila minat masyarakat dalam pemakaian dan pemanfaatan batik semakin
tinggi. 41 Secara konsep, minat masyarakat dalam pemakaian batik dan pemanfaatan
batik Semarang adalah perubahan untuk melestarikan batik Semarang. Dengan uraian
tersebut, maka dapat diduga terdapat hubungan antara faktor yang mempengaruhi
minat masyarakat dalam melestarikan batik Semarang.

c) Motif Batik Warak Ngendog

Gambar 4. Motif Warag

21
Warak indentik dengan kata ngendog (bertelur) karena kadang ditaruh sebutir
telur dibawah ekornya yang lurus atau disela-sela empat kakinya. Sehingga disini muncul
interpretasi eksistensi makhluk imajiner ini dengan keragaman penduduk kota Semarang
pada khususnya. Bentuk fisik Warak Ngendog ini ada yang digambarkan seperti
kambing, kuda, kerbau, barongsai atau bahkan badan anjing.

Sementara kepalanya ada yang menyerupai kepala kambing, naga jawa, naga
cina, dan sebagainya. Sementara bulu-bulunya juga punya banyak versi ada yang
keriting, lurus, berombak ataupun bersisik. Batik Motif Warak Ngendog mencerminkan
hewan khas Kota Semarang yang dulunya adalah mainan anak – anak.

d) Proses Pembuatan Batik

Gambar 5. Proses Pembuatan Batik

Gambar 6. Proses Penjemuran

22
Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami
perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus
dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak
batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih
sama.

2.2.2 Alat dan bahan yang dibutuhkan

1. Kain Mori

Gambar 7. Kain Mori

Kain mori adalah putih polos yang biasanya digunakan untuk membuat batik dan terbuat
dari serat kapas. Kain ini memiliki beberapa jenis sesuai dengan kualitasnya.

Berikut ini beberapa kain mori yang biasa digunakan untuk pembuatan batik yaitu :

▪ Kain Mori Prismissima : Kain ini memiliki kualitas tinggi dengan susunan kain yang
menggunakan benang Ne 50-56. Tekstur dari kain ini adalah yang paling halus dari pada
yang lainnya.

▪ Kain Mori Prima : Kain ini memiliki kualitas sedang dengan susunan kain yang
menggunakan benang Ne 36-46 dan mengandung kanji kurang lebih 10%.
▪ Kain Mori Biru : Kain ini memiliki kualitas dibawah kain mori prima dengan susunan
kain yang menggunakan benang Ne 28-36 untuk benang lusi dan Ne 26-34 untuk
benang pakan.

23
2. Canting Cap

Gambar 8. Batik Cap

Canting cap merupakan alat penting dalam pembuatan batik cap. Fungsi dari alat ini adalah
untuk melekatkan lilin/malam yang sudah dilelekan pada kain mori sesuai dengan bentuk
cantingnya. Canting ini mempunyai dua kreasi yaitu canting cap yang umumnya terbuat dari
tembaga dan canting cap yang terbuat dari limbah kertas. Bagian dari canting ini tersusun dari 3
bagian utama yaitu :

▪ Bagian muka canting berbentuk susunan plat tembaga yang membentuk motif atau pola
batik.

▪ Bagian dasar canting untuk melekatkan bagian muka dan biasa disebut dengan “andangan”.

▪ Tangkai cap atau garan yang berfungsi sebagai pengangan dalam proses mengecap batik.

Canting cap ini memiliki beberapa jenis sesuai dengan penggunaannya yaitu :

▪ Canting cap klowong : canting ini terdiri dari canting cap klowong rengreng dan canting cap
klowong terusan

▪ Canting cap Tembokan : canting ini terdiri dari canting cap rengreng dan canting cap
tembokan terusan
▪ Canting cap jeblog : canting ini terdiri dari canting cap rengreng dan tembokan yang
menjadi satu
▪ Canting cap biron : canting cini terdiri dari canting cap biron rengreng dan canting cap
terusan.

24
3. Meja Cap

tg
Gambar 9. Meja Batik

Meja cap ini terbuat dari kayu dengan ukuran sekitar 80 cm (tinggi) x 80 cm (lebar) dan
panjang 1 meter. Ukuran panjang dan lebar meja disesuaikan dengan ukuran kain mori yang
akan dijaikan batik melalui proses cap. Tinggi meja dibuat sedemikian rupa agar pengrajin batik
nyaman dan bisa bekerja maksimal dalam mencap batik. Permukaan meja diberikan pelapis
tambahan berupa busa, kain blancu, dan kain serak tipis. Busa yang digunakan mempunyai tebal
sekitar 10 cm dengan permukaan yang rata agar mendapatkan hail pengecapan yang bagus. Kain
blancu berukuran lebih besar dari pada permukaan meja atau busa yang terletak menutupi
seluruh permukaan meja dan kasur. Hal ini bertujuan untuk menjaga kasur apabila dalam proses
pengecapan malam menembus kain mori. Untuk ukuran kain serak tipis sama dengan kain
blancu dan di letakkan di bagian dalam (antara kasur dan kain blancu).

4. Loyang/ Wajan

Gambar 10. Wajan

25
Loyang ini berfungsi untuk memanaskan lilin atau malam yanga akan dijadikan sebagai
bahan pengecap. Loyang ini terbuat dari tembaga berbentuk lingkaran dengan garis tengah
sekitar 40 hingga 50 cm, tinggi sekitar 4.5 cm, serta memiliki berat sekitar 3.5 kg atau 5 kg.

5. Kompor

Gambar 11. Kompor


Untuk kompor bisa menggunakan kompor minyak maupun kompor gas dengan posisi
kompor yang mempunyai kaki lumayan tinggi agar memudahkan pembatik untuk mengambil
malam di loyang.

6. Saringan/Angsang

Gambar 12. Saringan


Saringan ini terbuat dari tembaga dengan permukaan yang berupa anyaman strimin yang
berfungsi sebagai lapisan dasar dari loyang/wajan.

26
7. Pewarna Batik

Gambar 13. Pewarna Batik


Pewarna batik berfungsi untuk memberikan warna pada kain mori yang tidak terkena cap.
Pewarna alami dan pewarna buatan menjadi pilihan pengrajin dalam proses pewarnaan.

8. Malam/Lilin

Gambar 14. Malam/Lilin


Malam atau lilin adalah bahan baku yang penting dalam membuat batik cap. semakin
bagus kualitas malam atau lilin yang digunakan maka semakin bagus hasil yang didapatkan.

27
9. Bantalan

Gambar 15. Bantalan


Bantalan ini bisa disebut juga kasur datar yang terbuat dari kapas yang dibungkus dengan
kain. antalan ini berfungsi sebagai bantalan kain mori dalam proses pembatikan batik cap.

Cara Pembuatan

1. Siapkan kain Mori dan letakkan di atas meja datar serta diberi lapisan bawah berupa kasur
datar dan kain blancu.

2. Masukkan lilin/malam ke dalam loyang yang sudah disiapkan dan cairkan/lelehkan pada suhu
sekitar 60-70 derajat celsius (suhu dijaga agar terus stabil).

3. Canting dimasukkan ke dalam cairan malam cair dengan cara mencelupkan bagian bawah
canting kurang lebih 1-2 cm. Untuk menghindari pengambilan malam yang banyak bisa dengan
cara mengibaskan canting ke atas wajan sehingga malam yang berlebih kembali ke dalam
loyang.

4. Canting diangkat kemudian diletakkan dan ditekankan di atas kain mori yang sudah disiapkan
diawal tadi. Biarkan cairan malam panas di biarkan meresap ke dalam pori-pori kain mori agar
mendapatkan pengecapan yang bagus.

Untuk pengecapan ini ada beberapa skema yang biasanya digunakan oleh pembatik yaitu :

▪ Tubruk : canting berjalan dengan cara bergeser satu langkan ke kanan dan satu langkah ke
depan.

▪ Onde onde : canting berjalan dengan cara bergeser setengah langkah ke kanan dan bergeser
satu langkah ke depan atau bergeser satu langkah ke kanan dan setengah langkah ke depan.

28
▪ Parang (miring) : canting berjalan menurut arah garis miring satu langkah ke depan, dan
satu langkah ke kanan

▪ Mubeng (berputar) : canting berjalan berputar seperempat lingkaran dengan salah satu sudut
sebagai pusat.

▪ Jalan sama : dua canting berjalan bersamaan yang membentuk satu motif.

5. Setelah tahap pengecapan, langkah selanjut nya adalah pewarnaan kain mori dengan cara
mencelupkan kain mori ke dalam tangki yang sudah berisi warna sesuai dengan keinginan.

6. Setelah proses pewarnaan, saatnya proses penghilangan bekas cairan malam dengan cara di
rebus dengan menggunakan air mendidih atau disebut dengan ”ngelorot”.

7. Langkah terakhir yaity proses pembersihan, pencerahan warna dengan soda, pengeringan, dan
disetrika

Dalam proses pembuatan kain batik ditemukan beberapa kendala dan solusinya,

a) Kendala Proses Pembuatan Batik

1. Masalah Pendanaan

Dengan perkembangan perekonomian sekarang ini, maka masalah yang paling


menonjol adalah masalah pendanaan. Kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok
akan mendongkrak harga barang-barang lainnya. Sehingga ketika semua kebutuhan
naik, maka harga batik pun ikut naik dan minat konsumen akan semakin menurun
karena harganya mahal.

2. Desain Motif

Desain motif batik yang dimiliki dan diproduksi oleh Yulicha Batik dan Aksesoris
masih terbatas dan belum bervariatif.

3. Pembukuan Kurang Terperinci

Pembukuan belum tertata dengan baik dan teratur. Yulicha Batik dan Aksesoris tidak
rutin melakukan pencatatan setiap transaksi (pembelian faktor-faktor produksi
maupun dalam pemasaran produk).

29
b) Solusi Proses Pembuatan Batik

1. Untuk Masalah pendanaan, menyesuaikan kebutuhan akan bahan dan alat yang
digunakan dalam proses pembuatan batik serta memperhatikan kebutuhan di
masyarakat. Apabila harga bahan batik meningkat maka harga kain batik harus
menyesuaikan kantong masyarakat semarang.

2. Ciri khas Yulicha Batik dan Aksesoris adalah motif Warag Ngendog,seiring
berkembangnya motif batik yang begitu pesat supaya Yulicha Aksesoris Batik tidak
ketinggalan trend, sebaiknya harus membuat berbagai macam variasi untuk menghiasi
motif batik warag ngendog tersebut.

3. Kegiatan pembukuan merupakan hal yang paling penting dalam proses memperoleh
keuntungan, dengan adanya pembukuan yang rapi dan tertib setiap harinya, ditulis
antara pengeluaran dan pemasukan maka produsen mengetahui berapa laba yang
didapat. Sehingga buku tentang pembukuan sangat dibutuhkan.

2.2.3 Macam-macam Produk dan Kegiatan di Yulicha Batik dan Aksesoris

a) Pemotretan Produk
Selama kami Praktek Kerja Lapangan di Yulicha Batik dan Aksesoris, selain dibimbing
cara pembuatan produk seperti kalung, gelang, gantungan kunci, boneka dan kain batik.
Kami juga dibimbing bagaimana cara melakukan pemotretan produk sehingga apabila
dipasarkan di media sosial, banyak konsumen yang tertarik. Berikut ini adalah salah satu
hasil pemotretan produk tas selama PKL di Yulicha Batik dan Aksesoris.

30
Gambar 17. Tas Warag Gambar 18. Tas Warag

Gambar 19. Tas Warag Gambar 20. Tas Warag

b) Dompet Kain Perca Batik

Gambar 21. Dompet Batik

31
Gambar 22. Dompet Batik

c) Bros Kain Perca Batik

Gambar 23. Bros Kain Perca Gambar 24, Bros Kain Perca

d) Sandal Kain Perca Batik

Gambar 25. Sandal Batik

32
e) Tempat Tisu

Gambar 26. Tempat Tisu

2.2.4 Dokumentasi Kegiatan PKL

a) Penarikan

33
b) Pemotretan

34
c) Kegiatan PKL

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Yulicha Aksesoris Batik & Craft merupakan sebuah mitra yang bergerak di bidang
kerajinan. Hasil kerajinan yang di produksi yaitu dengan cara memanfaatkan limbah kain
perca batik yang kemudian diolah menjadi berbagai macam aksesoris, seperti gelang, kalung
dan gantungan kunci. Selain memproduksi olahan kerajinan dari kain perca batik, Yulicha
Aksesoris Batik & Craft juga memproduksi berbagai macam kain batik. Warak Ngendog
adalah motif khas dari Yulicha Aksesoris Batik & Craft, warak sendiri mempunyai arti suci.
Dan ngendhog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah
sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah, warak ngendhog dapat diartikan siapa saja
yang menjaga kesucian di bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan menerima pahala pada
hari lebaran. Sebelum hasil produk di pasarkan secara offline ataupun online, produk tersebut
di foto dulu untuk dipasarkan lewat media sosial.

3.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan terkait beberapa kelebihan dan kekurangan yang
ditemui, maka perlu diadakannya evaluasi lebih mendalam terkait masalah dan kesulitan
tersebut. Sehingga, apa yang dikeluhkan oleh karyawan selama melaksanakan pekerjaannya
dapat tersampaikan dan diharapkan solusi yang diberikan untuk mengurangi keluhan-keluhan
yang ada dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, lebih tingkatkan komunikasi yang baik
antar karyawan sehingga dapat berbagi ilmu dan pengalaman serta dapat saling membantu
jika mendapati kesulitan.

36
DAFTAR PUSTAKA

FT-UNNES.2019. Buku Panduan PraktikKerja Lapangan (PKL) Praktik Industri (PI) Fakultas
Teknik Unnes. Semarang; Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang

Siti Maziyah, dkk, 2015: 102.Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh
bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan
pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist”

Maman Tocharman, tt: 6-7; Heriyana Nurainun, dkk, 2008: 125. Motif batik dibuat dengan
menggunakan alat yang disebut canting, yaitu alat sejenis pena yang terbuat dari bambu
sebagai tangkainya, dan untuk tempat malamnya terbuat dari kuningan

37
LAMPIRAN

38
Lampiran 1 : Surat Permohonan Pelaksanaan PI

39
Lampiran 2 : Surat Persetujuan Pelaksanaan PI

40
Lampiran 3. Surat Tugas

41
Lampiran 4. Surat Penerjunan

42
Lampiran 5. Sertifikat PKL

43
Lampiran 6. Presensi Daftar Hadir PKL

44
45
46

Anda mungkin juga menyukai