Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki budaya yang beragam dan juga kaya akan nilai-

nilai tradisi yang tertuang dalam berbagai hasil kerajinan tersebar diseluruh

Nusantara. Salah satu diantaranya yaitu berupa kain tenun tradisional yang

dapat ditemukan hampir diseluruh pelosok indonesia. Secara garis besar kain

tenun yang diciptakan dalam berbagai macam warna, corak dan ragam hias

memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan sistem pengetahuan, budaya,

kepercayaan, lingkungan, alam, dan sistem organisasi sosial masyarakat.

Tidak mengherankan jika kain tenun yang terdapat pada masing-masing

daerah di indonesia memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi bagian penting

yang merepresentasikan budaya dan nilai sosial yang berkembang di

lingkungan tersebut.

Keberadaan kain tenun di Indonesia diperkirakan telah ada sejak masa

Neolitikum. Hal tersebut telah dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda

bersejarah prehistoris, seperti cap tenunan, alat untuk memintal, dan bahan

yang terlihat jelas adanya tenunan pada kain yang terbuat dari kapas, yang

ditemukan lebih dari 3000 tahun yang lalu pada situs Melolo Sumba Timur,

Gunung Wingko Yogyakarta, Gilimanuk.

Pada masa Neolitikum, bahan untuk membuat pakaian masih sangat

sederhana, seperti serat, daun-daunan, kulit kayu, kulit binatang, serta akar

1
tumbuh-tumbuhan. Pembuatan pakaian dari kulit kayu harus memilih jenis

pohon keras dan mempunyai serat kayu yang panjang, selanjutnya pohon

tersebut dikuliti, kemudian serat kayu direndam air agak lunak. Kemudian

digunakan alat pemukul berupa batu untuk membentuk kulit kayu menjadi

kain. Sisa tradisi pembuatan kain semacam ini masih ditemukan didaerah

Sulawesi Tengah.

Industri tenun tangan tradisional (tenunan tradisional) di Indonesia

pada umumnya digolongkan sebagai industri mikro, kecil, atau menengah dan

dijalankan secara kekeluargaan sehingga menganggap standar kompetensi

para perajin bukanlah sesuatu yang penting. Para pelaku industri tenun tangan

tradisional sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti yang sudah dilakukan

selama ini, tanpa adanya dokumentasi yang sisitematis. Hal ini dapat

menyebabkan terulangnya proses produksi yang tidak sesuai namun

“dianggap sesuai” oleh para pelaku industri tenun tangan tradisional.

Standarisasi kompetensi dapat mengurangi praktek-praktek produksi yang

tidak efisien sehingga dampaknya dapat mengurangi biaya produksi,

meningkatkan kualitas produk serta menambah daya saing produk tersebut.

Keberagaman tenun tangan tradisional indonesia merupakan

keunggulan bersaing dibandingkan poduk tenun tangan dari wilayah lain.

Keberagaman budaya menghasilkan produk tenun tangan indonesia antara

lain: tenun ikat, tenun songket, dan tenun datar. Keberagaman alam

menghasilkan proses pewarnaan alam yang khas. Apabila keberagaman ini

2
tidak dipelihara proses produksinya dengan baik, maka kualitas dapat

menurun dan mengurangi minat beli terhadap produk tersebut.

Guna menjaga kualitas prima dari kain tenun indonesia, maka

dibutuhkan upaya kolektif dari semua pihak yang memiliki kemampuan dan

kepedulian. Kualitas prima tidak semata-mata ditentukan oleh permesinan

yang canggih, namun sangat dipengaruhi oleh kualitas dari Sumber Daya

Manusia. Kain tenun indonesia tidak akan bertahan di dalam pasar global,

apabila pengerjaan kain tenun tersebut tidak dilakukan dengan kaidah-kaidah

produksi yang benar. Seiring dengan gencarnya komodifikasi kain tenun yang

menuntut kuantitas dibandingkan kualitas, banyak pihak-pihak yang tidak

kompeten yang memproduksi kain tenun tradisional tanpa mengikuti kaidah

yang sesuai. Apabila hal ini dibiarkan, maka citra dari kain tenun tradisional

Indonesia dapat tercoreng atau tergeser melalui produk-produk berkualitas

rendah.

Di Indonesia bagian timur khususnya masyarakat Nusa Tenggara

Timur diperkirakan sudah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Sejak itulah

masyarakat setempat sudah mengenal seni dan budaya, salah satunya adalah

menenun. Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun

temurun pada masyarakat NTT demi menjaga dan melestarikan budaya.

Dengan begitu, masyarakat di harapkan dapat bangga mengenakan kain dari

suku masing-masing, sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada

satupun identik sama, selain itu menenun juga bisa menjadi indikator seorang

3
wanita untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indikator

ialah mempunyai ladang dan bisa bercocok tanam.

Di NTT sendiri ada tiga jenis kain tenun yang digolongkan

berdasarkan cara pembuatannya, tiga kain tersebut yaitu tenun ikat, tenun

buna, dan tenun lotis.

1. Tenun ikat, cara pembuatan tenun ikat ialah dengan memasukkan

benang pakan secara horizontal pada benang-benang lungsin,

biasanya sudah diikat terlebih dahulu dan sudah dicelupkan ke

pewarna alami. Pewarna alami tersebut terbuat dari akar-akar

pohon dan dedaunan. Proses pembuatan kain tenun ini dilakukan

secara manual. Mulai dari proses ikat untuk pembentukan motif,

sampai pencelupan warna yang dilakukan berulang-ulang. Ini

dilakukan karena satu warna saja butuh waktu selama 2-3 hari

untuk pengeringan. Selanjutnya, benang-benang yang sudah diikat

akan ditenun untuk menjadi sebuah kain sarung. Untuk menjadi

kain yang sempurna, tiap penenun biasanya butuh waktu

sedikitnya tiga bulan, tenun ikat banyak tersebar semua kabupaten

di NTT, kecuali di kabupaten Manggarai dan sebagian kabupaten

Ngada.

2. Tenun buna, proses pembuatan tenun buna dilakukan dengan

mewarnai benang terlebih dahulu. Kemudian benang yang sudah

diwarnai digunakan untuk membentuk motif yang berbeda-beda

4
pada kain. Tenun buna banyak terdapat di kabupaten Kupang,

Belu, dan sekitarnya.

3. Tenun lotis, merupakan perpaduan kain tenun dengan gaya sulam

yang tampilannya hampir mirip dengan tenun songket. Proses

pembuatanya mirip dengan tenun buna dengan benang harus diberi

warna dahulu, perajin tenun lotis biasanya akan melakukan dua

pekerjaan sekaligus, yaitu menenun dan menyulam beberapa

motif, sehingga dalam satu kain akan terlihat motif, seperti tiga

dimensi karena jahitan yang akan menonjol keluar. Tenun ini

banyak terdapat di Kupang, Flores Timur, Sumba Timur, dan

Sumba Barat.

Selain tiga jenis kain tersebut, ada jenis kain yang tidak bisa

sembarang pakai, yaitu kain yang digunakan hanya untuk kalangan keluarga

ketua adat atau disebut mosalaki. Kain ini hanya dapat digunakan oleh

mereka karena proses pembuatannya dilakukan secara rahasia disertai dengan

ritual khusus. Ada satu ungkapan dalam bahasa sikka, yaitu “Ami nulung

lobe. Naha utang wawa buku ubeng. Naha utang merah blanu, blekot.”

Artinya, “Kami tidak memakai sarung murahan. Harus sarung dari dasar

tempat simpan. Harus sarung yang merah, mantap, dan bermutu.” Hal

tersebut dimaknai dengan kain yang dikenakan seseorang menunjukkan

kepribadian pemakainya. Bukan sembarang orang, melainkan orang yang

berwibawa, bermutu dan berkepribadian baik.

5
Kain tenun NTT tentunya memiliki banyak fungsi, seperti untuk

berbusana sehari-hari atau dalam tarian adat, untuk mahar dalam pernikahan,

untuk pemberian dalam acara kematian sebagai wujud pengahargaan, sebagai

penunjuk status sosial, sebagai alat transaksi, hingga sebagai bentuk cerita

mengenai mitos dan cerita-cerita yang tergambar di motif-motifnya. Kini,

kain tenun juga bisa digunakan sebagai selendang, sarung, selimut, bahkan

hingga kini kain tenun telah dikembangkan menjadi pakaian dengan beragam

model yang telah mengikuti perkembangan zaman. Karena proses pembuatan

yang cukup sulit, juga dengan beragamnya motif yang dihasilkan, harga kain

tenunpun cukup mahal. Bahkan, kain tenun NTT bisa dibandrol dengan harga

hingga ratusan juta ripuah.

Di Nusa Tenggara Timur, motif tenun dapat mencirikan dari mana si

pemakai berasal. Sebab, dalam motif tenun tergambar ciri khas suatu suku

atau pulau. Motif di kain tenun merupakan wujud dari kehidupan masyarakat

dan bentuk ikatan emosional yang erat dengan masyarakat tersebut.

Masyarakat NTT begitu bangga dan senang menggunakan tenunan asal

sukunya, dan sebaliknya mereka akan canggung jika menggunakan tenunan

dari suku lain. Tiap kerajaan, kelompok suku, wilayah dan pulau menciptakan

sejumlah pola atau motif hiasan yang khas pada tenunannya. Kemudian

diturunkan dengan cara mengajarkan kepada anak cucu mereka agar

kelestarian seni tenun terus terjaga. Tenun dari Sumba Timur misalnya,

memiliki motif tengkorak. Di Maumere, motifnya lebih menggambarkan

hujan, pohon, dan ranting. Motif-motif itu terinspirasi dari masyarakat zaman

6
dahulu yang keluar rumah dan melihat alam sekitar, hingga munculah motif

alam tersebut.

Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese merupakan

industri rumah tangga yang bergerak dalam bidang produksi tenun khas

Timor yang berlokasi di Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak Kota

Kupang. Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese telah berdiri

sejak Tahun 2014 dan diresmikan oleh Deputi Guberdur Senior Bank

Indonesia Mirza Adityaswara pada tanggal 29 November 2014. Dan Rumah

Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese merupakan industri rumah

tangga binaan Bank Indonesia.

Motif-motif kain tenun Timor merupakan manifestasi kehidupan

sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat

dengan masyarakat timor sehingga motif-motif yang dibuat juga beragam. Di

NTT sendiri dalam upaya melestarikan tenunan khas daerah pemerintah telah

melakukan berbagai upaya salah satunya berdasarkan surat edaran Gubernur

NTT BO.165/III/2019 tentang penggunaan pakaian sarung tenun ikat motif

daerah NTT bagi ASN lingkup Pemprov NTT mewajibkan Aparatur Sipil

Negara (ASN) Pemerintah Provinsi NTT untuk mengenakan sarung tenun

ikat motif daerah setiap hari selasa dan jumat. Dengan demikian kain tenun

ikat khas NTT yang termasuk didalamnya kain tenun Timor tak hanya

menjadi busana yang digunakan hanya pada saat acara adat saja namun juga

digunakan sehari-hari.

7
Dalam pembuatan kain tenun yang memiliki kualitas yang baik serta

memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi sangat di perlukan berbagai

macam upaya salah satunya adalah pengawasan. Pengawasan mencakup

upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan recana yang ditetapkan,

perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut (Fayol 2001:10). Hal itu

lebih tegas lagi oleh (Terry 2006:61), Pengawasan adalah menentukan apa

yang sedang dilakukan yaitu perbuatannya, menilai perbuatannya dan apabila

perlu mengadakan tindakan perbaikan agar hasilnya sesuai dengan rencana.

Kualitas produk adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau pelayanan

pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat

(Kotler, 2005:49).

Kualitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen

untuk menentukan produk dan jasa yang digunakan (Ariani, 2004). Lebih

lanjut Ariani menjelaskan bahwa konsumen biasanya memilih produk dan

jasa yang berkualitas yaitu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Hal

ini mengharuskan perusahaan sebagai produsen untuk mengetahui keinginan

dan kebutuhan konsumennya. Kualitas yang baik akan dihasilkan dari proses

produksi yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan

berdasarkan kebutuhan pasar dalam proses tersebut dibutuhkan pengawasan

yang baik pula.

Pengawasan kualitas adalah aktivitas untuk menjaga dan

mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan

sebagaimana yang telah direncanakan (Ahyari, 2002: 57). Manajemen

8
produksi bertujuan untuk mengatur penggunaan faktor-faktor produksi

tertentu untuk dapat menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Dalam

rangka mengatur kegiatan produksi, bagian produksi harus memperhatikan

pola kegiatan yang dilaksanakan oleh tiap bagian dalam proses produksi

perusahaan atau organisasi yang bersangkuatan. Salah satu proses operasional

yang penting dalam aspek produksi agar apa yang telah direncanakan dapat di

aktualisasikan dengan baik maka diperlukan adanya pengawasan kualitas

pada proses produksi.

Pengawasan kualitas yang baik akan membantu dalam kelancaran

proses produksi, sehingga aktivitas produksi akan dapat mencapai sasarannya.

Dengan adanya pengawasan kualitas kemungkinan dapat mengurangi biaya-

biaya yang diperlukan yaitu dengan cara memperkecil jumlah kerusakan dan

pemborosan yang terjadi dalam produksi dan dapat dihindari.Dari keterangan

tersebut maka diketahui bahwa setiap aktivitas pengawasan kualitas

merupakan usaha tercapainya tujuan dalam pengawasan produksi. Jadi

pengawasan kualitas mempunyai hubungan yang erat dengan pengawasan

produksi dan tidak adanya pengawasan terhadap kualitas akan mengakibatkan

perusahaan berjalan tidak efisien yang pada akhirnya proses produksi tidak

akan berjalan lancar.

Dalam melaksanakan kegiatan proses produksi biasanya terdapat

beberapa pilihan dalam hal peralatan proses produksi yang akan dipakai,

mulai dari penentuan tempat operasi, perencanaan gedung yang sesuai,

sampai kepada penentuan dan pilihan mesin-mesin serta fasilitas produksi

9
lainnya. Sehingga rancangan produksi barang yang akan diproses tidak

terlepas dari standar kualitas produk perusahaan, yang akan memudahkan

untuk melakukan pengawasan produk akhir. Memang perlu disadari bahwa

tidak ada produk yang sempurna dan mempunyai spesifik produk yang sama

dengan apa yang ditentukan dalam standar. Tetapi dengan adanya batasan-

batasan pengawasan dan batasan toleransi tertentu dapat diambil keputusan

apakah produk tersebut layak untuk dipasarkan.

Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese memiliki

karyawan sebanyak 17 orang termasuk didalamnya pimpinan kelompok.

Standar produksi pada Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese

adalah kain tenun yang memiliki warna sedikit pucat (meskipun jenis warna

terang), tidak mudah pudar, dan tetap mempertahankan keaslian ciri khas kain

tenun Timor serta makna dari setiap motif. Rumah Tenun Kampung Timor

Kelompok Nekmese mengunakan bahan baku benang dengan pewarna alam

seperti akar pohon Ka’bo (warna merah), daun Ru Dao (Warna Nila), dan

daun Mengkude (Warna Kuning). Selain bahan baku tentunya proses

produksi melibatkan tenaga kerja, Karena dalam membuat tenun tentunya

dibutuhkan ketelitian dan ketrampilan, Para tenaga kerja harus teliti dalam

membuat tenun agar tidak terjadi kesalahan. Tenaga kerja Rumah Tenun

Kampung Timor Kelompok Nekmese semua terlibat dalam proses

produksi/pembuatan tenun.

Pengawasan kualitas produk pada perusahaan ini sejak pengadaan

bahan baku sampai dengan proses produksi/penenunan berlangsung, hal ini

10
dimaksudkan agar kualitas produk yang diinginkan dapat dicapai dan apabila

terjadi kesalahan maka dapat segara diperbaiki. Proses produksi yang

dilaksanakan Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese yaitu tenun

ikat Timor kadangkala terjadi hambatan, seperti adanya cacat pada produk

yang dihasilkan sehingga produk tersebut tidak dapat dijual. Hal ini terjadi

karena adanya penyimpangan dari berbagai faktor produksi seperti bahan

baku yang digunakan, tenaga kerja dan kinerja alat yang digunakan dalam

proses produksi. Adapun data produksi dan produk cacat tenun ikat Timor

selama tiga tahun (2016-2018) pada Rumah Tenun Kampung Timor

Kelompok Nekmese dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.

Tabel 1.1 Data Produksi Sarung dan Selendang Pada

Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese Tahun 2017-2019

Jenis Produk Tahun Jumlah Produksi Harga/Lembar


2017 98
Rp 500.000 –
Sarung 2018 107
Rp 700.000 / Lembar
2019 113
2017 117
Rp. 100.000 –
Selendang 2018 143
Rp 150.000 / Lembar
2019 151
Sumber: Rumah Tenun Kampung Timor Kelompok Nekmese, 2020

Tabel 1.1 menjelaskan tentang data produksi tenun sarung dan

selendang, serta harga tenun sarung dan selendang, pada rumah tenun

kampung adalah pada tahun 2017 dengan jumlah produksi tenun sarung

11
sebanyak 98 lembar dan selendang sebanyak 117 lembar , harga tenun sarung

pada rumah tenun kampung timor kelompok nekmese berkisar antara Rp

500.000 sampai dengan Rp 700.000 per lembar, sedangkan untuk harga

selendang berkisar antara Rp 100.000 hingga 150.000 per lembarnya,

Tabel 1.2 Jumlah Produk Cacat Pada Rumah Tenun Kampung Timor

Kelompok Nekmese Tahun 2019

Tahu Jumlah Produk Cacat


Jenis Cacat Produk Jumlah Kejadian
n
Benang putus 5

Warna kain tidak sesuai 1


2019
Slap 3

Corak meleset 4

benang putus dengan 5 kali kejadian, corak meleset 4 kejadian, slap 3 kejadian

dan yang paling sedikit mengalami jenis cacat produk adalah warna kain tidak

merata dengan 1 kejadian,

Masalah yang ada pada tabel 1.1 dan pada tabel 1.2 adalah masih adanya produk

tenun ikat Timor baik itu selendang maupun sarung yang mengalami cacat produk

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dengan judul

“Pengawasan Kualitas Produk Sarung dan Selendang pada Kelompok Tenun

Buna Nekmese di Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak Kota Kupang”

1.2 Rumusan Masalah

12
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis

dapat merumuskan masalah pokok yaitu “Bagaimana Pengawasan Kualitas

Produk sarung dan selendang pada Kelompok Tenun Buna Nekmese di

Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak Kota Kupang?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengawasan kualitas produk sarung

dan selendang pada Tenun Ikat Buna Nekmese dalam berproduksi.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab cacat produk dan cara mengurangi

cacat produk pada Kelompok Tenun Buna Nekmese.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin peneliti berikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Pimpinan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang baik bagi

pimpinan di Kelompok Tenun Buna Nekmese Kota Kupang dalam

meningkatkan pengawasan kualitas produksi.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan seputar

pengawasan kualitas produksi dan memperkaya pengetahuan tentang

pengawasan kualitas produksi

13
3. Bagi pemerintah

Agar kiranya penelitian ini dapat menjadi acuan untuk membantu

memberikan pembinaan pada usaha industri rumah tangga yang ada di

Kota Kupang

4. Sebagai bahan lanjutan

Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lanjutan

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1. Konsep Produksi

Secara umum, pengertian produksi adalah suatu kegiatan atau

aktivitas untuk dapat menciptakan/menghasilkan atau juga menambah nilai

guna terhadap suatu barang ataupun jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan

oleh orang ataupun suatu badan (produksen). Orang maupun badan yang

melakukan kegiatan atau aktivitas produksi ini dikenal dengan sebutan

produsen. Sedangkan untuk barang atau jasa yang dihasilkan dari

melakukan kegiatan atau aktivitas produksi disebut dengan sebutan produk.

Istilah produksi tersebut berasal dari bahasa inggris to produce yang

memiliki arti menghasilkan. Sedangkan dalam arti ekonomi, pengertian

produksi ialah sebagai kegiatan atau aktivitas mengenai penciptaan dan juga

penambahan atau utilitas terhadap sebuah barang dan jasa.

Menurut Baroto (2002:23), produksi adalah suatu proses pengubahan

bahan baku menjadi produk jadi. Menurut Reksiohadiprodjo (2000:1),

produksi adalah kegiatan untuk mengetahui penambahan manfaat atau

penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi

yang bermanfaat bagi konsumen. Menurut Assauri (1999:129), produksi

adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah keguanaan suatu

barang dan jasa kegiatan mana di butuhkan faktor-faktor produksi. Menurut

15
Jay Heizer dan Barry Render (2004: 4), produksi adalah serangkaian

kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

mengubah input menjadi output. Menurut Sofyan Assauri (2002:7),

produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah

kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.

Menurut Sofjan Assauri (2001:12), produksi adalah kegiatan yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup

semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta

kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk

menghasilkan produk tersebut. mernurut Irham Fahmi (2012:2), produksi

adalah “suatu yang dihasilkan oleh perusahaan baik bentuk barang (goods)

maupun jasa (service) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung

sebagai nilai tambah bagi perusahaan.

Menurut Millers dan Meiners (2000), produksi tidak hanya terbatas

pada pembuatannya saja tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan,

pengeceran, dan pengemasan kembali atau yang lainnya. Produksi adalah

suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi

barang-barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak jenis-jenis

aktifitas yang terjadi di dalam proses produksi, yang meliputi perubahan-

perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi.

Masing-masing perubahan-perubahan ini menyangkut penggunaan input

untuk menghasilkan output yang diinginkan. Menurut Ari Sudarman, (1999)

produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

16
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1993:1), produksi

adalah penciptaan atau penambah faedah bentuk, waktu dan tempat atas

faktor-faktor produksi. Menurut Assauri (1995), produksi adalah kegiatan

untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang dan jasa. Menurut

Assauri, (1999:11), produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Menurut Magfuri (1987:72), produksi adalah mengubah barang agar

mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut

Harsono (2000:9), produksi adalah setiap usaha manusia atau kegiatan yang

membawa benda ke dalam suatu keadaan sehingga dapat dipergunakan

untuk kebutuhan manusia dengan lebih baik. Menurut Ahyari (2002),

produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan

suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa, barang dan jasa yang di

produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan produksi

membutuhkan faktor-faktor produksi seperti sumber alam, tanaga kerja,

modal dan teknologi. Pada hakekatnya produksi merupakan pencipta atau

penambahan faedah atau bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor

produksi sehingga lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Menurut

(Heizer dan Render, 2005:4), pengertian produksi secara luas luas adalah

usaha atau kegiatan yang dilakukan yang dapat menimbulkan kegunaan dari

suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.

17
Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa produksi

merupakan suatu kegiatan yang menciptakan atau menambah kegunaan

suatu barang atau jasa yang dimana kegiatan tersebut memerlukan faktor-

faktor produksi.

2.1.2 Manajemen Produksi

Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari bidang

manajemen yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan berbagai

kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, manajemen produksi

menyangkut pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses

prosuksi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

Menurut T. Hani Handoko (2000:3), manajemen operasi merupakan

usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya (bahan

mentah, tenaga kerja, manajemen system, alat dan lain-lain) dalam proses

transformasi bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang

atau jasa. Menurut Fogarsiy dalam Herjanto (1997:2), manajemen produksi

sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif

menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber

daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Ruang lingkup seluruh

aktivitas dalam bidang produksi yang meliputi tiga hal yaitu desain, proses

dan pengawasan. Menurut Sukanto (1998:7), ruang lingkup aktivitas desain

ini meliputi penelitian dan pengembangan produk, luas dan pola produksi,

penentuan lokasi pabrik, penentuan letak fasilitas fisik dalam pabrik,

18
pengendalian bahan, lingkungan kerja dan persoalan standar, perencanaan

bangunan pabrik.

Menurut Heizer dan Reider (2011:4), manajemen produksi adalah

“Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

jasa dengan mengubah input menjadi output”. Menurut Irham Fahmi

(2012:3), Manajemen produksi adalah “suatu ilmu yang membahas secara

komperhensif bagaimana pihak manajemen produksi perusahaan

mempergunakan ilmu dan seni yang dimiliki dengan mengarahkan dan

mengatur orang-orang untuk mencapai suatu hasil produksi yang

diinginkan”. Menurut Sofyan Assauri (2008:19), pengertian manajemen

produksi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan

penggunaan berbagai sumber daya; sumber daya manusia, sumber daya alat,

sumber daya dana, dan bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan

dan menambah kegunaan sebuah barang atau jasa.

Menurut Hani handoko MBA (1993:3), pengertian manajemen

produksi serta operasi menurut hani handoko, usaha-usaha pengelolaan

secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya, tenaga kerja, mesin,

peralatan, bahan mentah dsb, dalam proses transformasi bahan mentah dan

tenaga kerja menjadi berbagai produksi dan jasa.

Sedangkan menurut Fogarty yang diterjemahkan oleh Eddy Herjanto

(2008:20), pengertian dari Manajemen Produksi dan Operasi yaitu: “Suatu

proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi

manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien

19
dalam rangka mencapai tujuan”. Menurut Prawirosentono (2009:1),

manajemen produksi (operasi) adalah suatu disiplin ilmu dan dan profesi

yang mempelajari secara praktis tentang proses perencanaan (process of 14

planning), mendesain produk (product designing), sistem produksi

(production system) untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Assauri

(1999:12), manajemen produksi (operasi) merupakan proses pencapaian dan

pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan

barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai

tujuan dan sasaran organisasi.

Menurut Ahyari (2008), manajemen produksi merupakan proses

kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian dari produksi dan proses produksi. Menurut

Reksohadiprodjo (2008), manajemen produksi merupakan usaha mengelola

dengan cara optimal terhadap faktor-faktor produksi atau sumber seperti

manusia, tenaga kerja, mesin dan bahan baku yang ada. Menurut Heizer dan

Render (2005:4), manajemen produksi adalah serangkaian aktivitas yang

menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input

menjadi output.

Menurut Herjanto (2003:2), manajemen produksi merupakan sebagai

suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan

fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya

secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Reksohadiprodjo dan

Gito Sudarmo (1999:2), manajemen produksi adalah usaha pengelolaan

20
secara optimal terhadap faktor-faktor produksi (resources) yang terbatas

adanya untuk mendapatkan hasil tertentu dengan menggunakan prinsip-

prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan

hasil yang sebanyak-banyaknya atau dengan tingkat hasil tertentu

diusahakan dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.

Menurut Handoko (2000:3), manajemen produksi dan operasi

merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber

daya – sumber daya (atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga

kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya, dalam proses

transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan

jasa.

Menurut Ahyari, (2000:11), manajemen atau sering disebut dengan

pengelolaan atau tata laksana adalah merupakan proses dari kegiatan-

kegiatan:

1. Perencanaan

2. Pengorganisasian

3. Pengarahan

4. Pengkoordinasian

5. Pengawasan dan pengendalian

Manajemen produksi, juga disebut manajemen operasi bertujuan

untuk memastikan bahwa semua bergerak lancar pada tingkat yang

dipersyaratkan. Teknik pengelolaan saat penerapannya bukan hanya

bermanfaat di pabrik tapi layanan perusahaan lainnya. Sebagai contoh dalam

21
operasi manufaktur, ruang lingkup manajemen operasi mencakup tanggung

jawab atas desain produk, perencanaan hingga pengontrolan; melibatkan

kapasitas, kualitas, organisasi dan contoh-contoh pengawasan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa tujuan

manajemen produksi adalah memproduksi atau mengatur produk dalam

jumlah, kualitas harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan

konsumen.

2.1.3 Pengawasan

Pengawasan merupakan sebuah proses dalam menetapkan ukuran

kinerja dan pengambilan tindakan yang bisa mendukung dalam pencapaian

hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja atau sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan. Selain itu pengawasan merupakan proses guna

memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang

telah direncanakan

Menurut Assauri (2008:173), pengawasan adalah kegiatan

pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang

dilakukan, agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan

atau yang direncanakan. Menurut Terry (2006:61), pengawasan adalah

menentukan apa yang sedang dilakukan yaitu perbuatannya, menilai

perbuatannya dan apabila perlu mengadakan tindakan perbaikan agar

hasilnya sesuai dengan rencana. Menurut Fayol (2001:10), pengawasan

adalah mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan

recana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut.

22
Menurut Sofjan Assuari (1980:120), pengawasan adalah kegiatan

pemeriksaan dan pengendalian atau memastikan apakah kegiatan produksi

dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Kegiatan pengawasa dapat membuahkan hasil yang diharapkan, maka

diperlukan berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental. Beberapa

diantaranya adalah:

a. Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efesiensi, karena

keterbatasan semua sumber yang dimiliki oleh setiap

perusahaan, maka perlu dilakukan penghematan dalam

penggunaan, tanpa mengorbankan kualitas dari apa yang

dihasilkan atau diproduksi.

b. Orientasi dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional

adalah efektivitas, yaitu menghasilkan sesuatu tepat waktu

sesuai yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Orientasi produktivitas yaitu memaksimalkan hasil yang harus

dicapai sesuai kemampuan yang dimiliki.

d. Orientasi pengawasan yang dilakukan pada waktu berbagai

kegiatan sedang berlangsung dan dimaksud untuk mencegah

jangan sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan

pemborosan.

e. Orientasi pada tanggung jawab, dimana setiap manajer atau staf

yang terlibat dalam organisasi perusahaan.

23
f. Orientasi pada proses pengawasan yang meliputi penentuan

standar kerja, pengukuran hasil, pengukuran hasil pekerjaan dan

koreksi terhadap penyimpangan yang kemungkinan terjadi.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa

pengawasan memberikan suatu gambaran ringkas terhadap suatu kegiatan

dan apabila diperlukan,harus diadakan tindakan-tindakan perbaikan untuk

menjamin pekerjaan dapat berlangsung sesuai dengan rencana dan dengan

demikian hasil yang diharapkan dapat dicapai.

2.1.4 Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan pada dasarnya adalah untuk menilai,

menganalisis, dan memberi rekomendasi serta menyampaikan mengenai

laporan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dari sebuah departemen

atau organisasi/perusahaan yang sudah diteliti, misalnya pengawasan

menilai apakah setiap elemen/unit dalam organisasi menjalankan kebijakan

dan aturan yang sesuai dengan tugas masing-masing.

Menurut Bohari (2004:9), fungsi pengawasan pada dasarnya

merupakan proses yang dilakukan untuk memastikan agar apa yang telah

direncanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Sule dan

Saefullah (2005:317), fungsi pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor

yang menghambat sebuah kegiatan, dan juga pengambilan tindakan koreksi

yang diperlukan agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai.

Menurut Simbolon (2004:62) Fungsi dari pengawasan yaitu:

24
1. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang

diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan prosedur yang ditentukan.

3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan,

kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak

diinginkan.

4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar

pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan

pemborosan-pemborosan.

Menurut Terry dan Leslie dalam sule dan saefullah (2005:238-239),

mengemukakan bahwa fungsi pengawasan adalah cara menentukan, apakah

diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dan karena itu ia harus

merupakan bagian integral dari sistem manajemen. Menurut Sudarsono dan

Edilius (2002:105), mengemukakan bahwa pengawasan berfungsi agar

dapat diperoleh hasil produksi berupa barang dan jasa yang berkualitas

dalam jangka waktu yang sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Dari beberapa Pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa fungsi

pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

supaya, rencana yang telah ditetapkan bisa berjalan dengan lancar dan

sesuai dengan proses yang telah diatur.

25
2.1.5 Tujuan Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil

guna, dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah

secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan demikian pada

prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan,

sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:

a. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang

telah direncanakan.

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat

kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan

dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-

kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas opendukung kegiatan telah

sesuai dengan rencana atau terarah pada sasaran.

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam perencanaan semula.

e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkan

diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan

efisiensi yang besar.

Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan

maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan.

26
Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk

penyempurnaan rencana kegiatan rutin dan rencana berikutnya.

Menurut Sujamto (1986:115), pengawasan diadakan dengan tujuan

untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang

pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau

tidak. Soekarno (1989:146), mengungkapkan beberapa hal pokok mengenai

tujuan pengawasan yaitu :

a. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana.

b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang dilaksanakan sesuai

dengan instruksi-instruksi dan asas-asas yang telah ditetapkan.

c. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan yang

mungkin timbul dalam pelakskanaan pekerjaan.

d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara efisien.

e. Untuk mengetahui jalan keluar, jika ternyata dijumpai kesulitan-

kesulitan dan kelemahan-kelemahan ke arah perbaikan.

2.1.6 Jenis-Jenis Pengawasan Produksi

Untuk mengadakan proses produksi dengan baik, maka manajemen

perusahaan yang bersangkutan perlu melihat kesesuaian yang ada pada

perusahaan tersebut. Karena jenis pengawasan yang dilakukan tergantung

dari jenis proses produksi yang digunakan.

Menurut Assauri (2008:207), jenis-jenis pengawasan produksi antara lain:

1. Pengawasan Arus (Flow Control)

27
Flow Conrol atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi

yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin

kelancaran proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu

tingkat hasil (output) yang agak tetap atau konstan.

Oleh karena itu flow control ini dijalankan pada produksi yang

terus-menerus dimana bahan-bahan yang digunakan dalam proses

mempunyai arus yang relative tetap dan jenis msin yang digunakan

adlah mesin khusus, serta hasil produksi mempunyai bentuk dan jenis

yang sama dalam jangka wakttu tertentu.

2. Pengawasan Pengerjaan Pesanan (Order Control)

Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah

pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan

sehingga produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan

konsumen baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya. Pada

pengawasan ini, tiaptiap produk pesanan harus dipisahkan dari produk

pesanan yang lain, diaman setiap pesanan memiliki nomor pesanan

(order)-nya tersendiri. Oleh karena itu order control dijalankan pada

produksi degan proses yang terputus-putus (Intermittent manufacturing)

dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin serba barang yang

diproduksi mempunyai jenis dan bentuk yang berubah-ubah sesuai

dengan pesanan.

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa pengawasan atau

pengendalian terhadap pengerjaan atau pengelolaan yang dilakikan

28
perusahaan sangat penting artinya dalam membantu kelancaran proses

produksi guna mencapai hasil yang optimal sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Adapun keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh oleh

perusahan dalam melakukan pengawasan tersebut menurut (Assauri

2008:207) adalah:

1. Dapat membantu tercapainya operasi produksi yang efisien dari suatu

perusahaan

2. Membantu merencanakan prosedur pengerjaan yang kacau dan

sembarangan sehingga dapat lebih sederhana.

3. Menjaga agar supaya pekerjaan atau kerja yang dibutuhkan pada titik

minimum, dengan demikian akan dapat dilakukan penghematan dalam

penggunaan tenaga kerja dan bahan.

2.1.7 Kualitas

Dalam pemilihan setiap produk yang akan dikonsumsi, konsumen

sering kali mempertimbangkan kualitas dari produk tersebut dan sama

halnya dengan perusahaan dalam memproduksi dan menyalurkan suatu

produk selalu mengaitkan dengan kualitas. Disini kita dapat melihat bahwa

kualitas memegang peranan yang penting baik bagi konsumen dan

produsen. Kualitas merupakan ukuran seberapa mampu suatu barang atau

jasa dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat memberikan kepuasan

terhadap konsumen sesuai dengan standar tertentu.

29
Menurut Juran V. Daniel Hunt (1993:32), kualitas produk adalah

penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan pelanggan. Kulitas adalah keadaan suatu produk yang

menunjukkan tingkat kemampuan produk tersebut didalam menjalankan

fungsinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Indriyono

Gitosudarno (1988:177), kualitas adalah conformance to requirement, yaitu

yang sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Menurut Crosby

(1979:56), Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar

kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses

produksi dan produk jadi.

Menurut Philip B Crosby, Suardi (2003), kualitas merupakan

kesesuaian terhadap persyaratan, disini kita melihat adanya suatu kesesuaian

antara produk dan hal-hal dideskripsikan mengenai produk tersebut,

misalnya jam tahan air yang menyatakan bahwa jam tersebut tidak akan

cepat rusak bila terkena air atau sepatu tahan lama yang berarti ketahanan

dari sepatu tersebut berlangsung lama dengan pemakaian berulang-ulang

kali . Menurut W. Edwards Deming, Suardi (2003), kualitas merupakan

pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus. Disini

terlihat bahwa kualitas merupakan suatu solusi yang tepat bagi perusahaan

untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan tersebut dalam produksi,

distribusi, pelayanan.

Menurut K. Ishikawa, Suardi (2003), kualitas berarti kepuasan

pelanggan. Dalam hal ini produk dan pelayanan yang berkualitas adalah jika

30
konsumen merasakan kepuasan setelah mereka menggunakan produk dan

pelayanan tersebut. Hal ini terlihat dari ekspresi konsumen setelah mereka

menggunakan produk atau layanan tersebut.

Menurut Kotler (1997), kualitas sebagai keseluruhan ciri dan

karakteristik produk atau jasa yang mendukung kemampuan untuk

memuaskan kebutuhan. Menurut Taguchi (1987), kualitas adalah loss to

society, yang maksudnya adalah apabila terjadi penyimpangan dari target,

hal ini merupakan fungsi berkurangnya kualitas. Pada sisi lain,

berkurangnya kualitas tersebut akan menimbulkan biaya manajemen

kualitas.

Menurut Kotler (2005: 57), kualitas adalah keseluruhan sifat suatu

produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Melalui pengertian

dan teori ini dapat diketahui bahwa suatu barang atau jasa akan dinilai

bermutu apabila dapat memenuhi ekspektasi konsumen akan nilai produk

yang diberikan kepada konsumen tersebut. Artinya, mutu atau kualitas

merupakan salah satu faktor yang menentukan penilaian kepuasan

konsumen. Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 24), kualitas merupakan

suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan

pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.

Menurut Juran Tjiptono (2003: 53), kualitas adalah sebagai fitness

for use, yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus

dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakainya. Mengikuti definisi

31
di atas maka kualitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat yang dapat

diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah

sesuai dengan pasar dan harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh

pemakainya. Menurut Sinambela dkk (2010: 6), kualitas adalah segala

sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan

(meeting the needs of costumers).

Menurut Tjiptono (2005:2), kualitas terdiri dari beberapa point

diantaranya :

1. Kesesuaian dengan kecocokan/tuntutan.

2. Kecocokan untuk pemakaian.

3. Perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan.

4. Bebas dari kerusakan/cacat.

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat.

6. Melakukan segala sesuatu secara benar dengan semenjak awal.

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Namun demikian menurut (Nasution, 2005:3), dari berbagai definisi

kualitas yang dinyatakan oleh para pakar tersebut terdapat bebarapa

kesamaan. Diantaranya adalah:

1. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia/ tenaga kerja, proses, dan

lingkungan.

32
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah-ubah (misalnya apa

yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

berkualitas di masa mendatang).

Menurut Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk

adalah Keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang

dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan

sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan. Menurut juran dalam

Tjiptono dan Diana (2003:53), kualitas adalah kecocokan penggunaan

produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama,

yaitu:

1. Teknologi (kekuatan atau daya tahan)

2. Psikologi (ciri rasa atau status)

3. Waktu (keandalan)

4. Kontraktual (jaminan), dan

5. Etika (sopan,santun,kejujuran)

Selain ditentukan oleh pelanggan, kualitas juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yakni:

1. Pasar diartikan dengan pelanggan atau knsumen sebagai pengguna

produk. Secara tidak langsung, kulaitas harus mengikuti kebutuhan,

kepuasan dan selera pelanggan atau konsumen.

2. Tujuan Perusahaan berkaitan dengan volume output yang ingin dicapai.

Jika perusahaan menginginkan volume output yang tinggi maka

33
kaulitas pun harus ditingkatkan, begitupun sebaliknya jika perushaan

bersifat sosial atau tidak terlalu mengejar volume output yang tinggi,

maka kebanyakan mereka tidak memperhatikan kualitas.

3. Produk testing, kualitas yang baik tidak bisa dicapai secara instan, ada

proses yang mana perusahaan harus mampu menilai secara objektif

apakah produk yang mereka buat layak untuk dipasarkan ataukah masih

butuh perbaikan. Ini dilakukan agar saat produk dilempar ke pasaran,

tidak mengecewakan pelanggan atau konsumen

4. Desain Produk, Tampilan produk harus dibuat semenarik mungkin

Karena secara psikologis, tampilan yang menarik menciptakan kesan

yang baik pada pandangan pertama. Secara otomatis, pandangan yang

baik juga akan langsung menaikkan kualitas suatu produk bahkan

sebelum produk itu digunakan.

5. Proses Produksi berhubungan dengan penggunaan bahan baku, tenaga

kerja dan mesin/peralatan yang baik serta dapat berfungsi secara efektif

dan efeisien.

6. Kualitas Input sama seperti pada faktor proses produksi, input yang

baik juga berkaitan dengan bahan baku, tenaga kerjaa dan

mesin/perlatan yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh

perusahaan.

7. Equipment Maintenance, faktor ini sangat penting, karena jika perlatan

termasuk tenaga kerja yang ada tidak diberdayaka dengan baik maka

kualitas baik yang diharapkan sulit bahkan tidak bisa dicapai.

34
8. Standar mutu, harus disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki

perusahaan, mulai dari bahan baku sampai perlatan/mesin. Standar

mutu harus realitis, kemampuan perushaaan yang dimilki harus

disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.Standar mutu merupakan

bagian dari standar produk (barang atau jasa).Perencanaan standar

produk merupakan bagian dari perencanaan produksi secara

keseluruhan dari suatu perusahaan, baik industry manufaktur maupun

industry jasa.Sedangkan standar mutu dari suatu produk (barang atau

jasa) merupakan salah satu dari standar produk bersangkutan secaea

keseluruhan.

9. Customer Feedback, Respon pelanggan atau konsumen setelah produk

dipasarkan menjadi masukan bagi perushaan, apakah produk mereka

berhasil menembus pangsa pasar ataukan masih perlu ada perbaikan

kualitas bahkan standar mutu perushaan atas produk tersebut.Faktor ini

sangat penting bagi perusahaan agar menjadi perbaikan kedepannya

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kualitas adalah standar yang

harus dicapai oleh seseorang, kelompok atau lembaga organisasi mengenai

kualitas SDM, kualitas cara kerja, serta barang dan jasa yang dihasilkan.

Kualitas juga mempunyai arti yaitu memuaskan kepada yang dilayani baik

secara internal maupun eksternal yaitu dengan memenuhi kebutuhan dan

tuntutan pelanggan atau masyarakat. Pelayanan yang berkualitas adalah

pelayanan yang telah memenuhi standar dan dilakukan secara maksimal

yang harus dicapai oleh suatu organisasi atau instansi.

35
Pengertian kualitas dapat diartikan ke dalam tujuh poin yang

meliputi kesesuaian dan kecocokan yang diharapkan oleh masyarakat serta

selalu melakukan perbaikan apabila masyarakat merasa kurang puas akan

pelayanan yang diberikan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan

masyarakat dari awal dan melakukan sesuatu dengan benar. Berdasarkan

berbagai penjelasan tersebut, maka kualitas dapat dimaknai sebagai kinerja

profesional, yang orientasinya terhadap pemenuhan dan kebutuhan

masyarakat akan hak dasar berupa pelayanan.

2.1.8 Dimensi Kualitas Produk

Kualitas bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan

dimensi ini bisa dianalisis apakah suatu produk itu berkualitas atau

tidak. Menurut Tjiptono (2008:25-26), mengemukakan, bahwa kualitas

produk memiliki beberapa dimensi yaitu:

1. Performance (kinerja), merupakan karakteristik operasi dan produk inti

(core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan dan

kenyamanan dalam penggunaan.

2. Durability (daya tahan), yang berarti daya tahan menunjukkan usia

produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu

digantikan atau rusak. Daya tahan (Durability), berkaitan dengan berapa

lama produk tersebut dapat terus digunakan, dimensi ini mencakup

umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan produk.

3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu

sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang

36
telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas dan desain,

Standar karakteristik operasional adalah kesesuaian kinerja produk

dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji”

yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari

dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

4. Features (fitur), merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang

melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau

option bagi konsumen. Fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika

kompetitor tidak memiliki fitur tersebut, Ciri-ciri atau keistimewaan

tambahan (features), merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap.

5. Reliability (reabilitas keandalan) yaitu kemungkinan kecil akan

mengalami kerusakan atau gagal pakai. Misalnya pengawasan kualitas

dan desain, standar karakteristik operasional kesesuaian dengan

spesifikasi.

6. Aesthetics (estetika) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera,

misalnya bentuk fisik, model atau desain yang artistik, warna dan

sebagainya.

7. Perceived quality (kesan kualitas) yaitu persepsi konsumen terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya karena

kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri produk yang

akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek

harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara

37
pembuatnya, kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra

dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

8. Serviceability, yaitu kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan

diperbaiki (serviceability), meliputi kecepatan, kompetensi,

kenyamanan, mudah direparasi serta penanganan keluhan yang

memuaskan.

Menurut Martinich dalam Badri (2011:63), ada enam spesifikasi dari

dimensi kualitas produk barang yang relevan dengan pelanggan yaitu :

1. Performance (hal terpenting bagi pelanggan yaitu apakah kualitas

produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah

pelayanan diberikan dengan cara yang benar).

2. Range and type of features (selain fungsi utama dari suatu produk dan

pelayanan pelanggan sering kali tertarik pada

kemampuan/keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan).

3. Reliability dan durability (kehandalan produk dalam penggunaan secara

normal dan berapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan

diperlukan).

4. Maintainability and serviceability (kemudahan untuk pengoperasian

produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen

pengganti).

5. Sensory Characteristic (penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera,

dan beberapa faktor lainnya yang menjadi aspek penting dalam kualitas

38
6. Ethical profile and image (kualitas adalah bagian terbesar dari kesan

pelanggan terhadap produk dan pelayanan).

Berdasarkan dimensi-dimensi diatas dapat dikatakan bahwa suatu

dimensi kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk

memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai harapan.

2.1.9 Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang menggunakan

beberapa faktor (menggabungkan) produksi yang ada guna upaya

menciptakan suatu produk, baik itu barang maupun jasa yang memiliki

manfaat bagi konsumen.

Menurut Assauri (2008:35), proses produksi adalah cara, metode dan

teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa

dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan,

dana) yang ada. Menurut Agus Ahyari (2002:3), proses produksi

merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan

penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan.

Menurut Yamit (2011:123), proses produksi pada hakekatnya adalah proses

pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi

produk lain yang mempunyai nilai lebih tinggi atau dalam proses terjadi

penambahan nilai.

INPUT PROSES OUTPUT


Mesin TRANSFORMASI Barang
Bahan/Komponen Proses produksi Jasa
Energi dengan Produk Sampingan
Desain Produk menggunakan Sisa-Sisa Proses
berbagai macam
fasilitas produksi
39
Sumber: Proses produksi (Yamit, 2011:123)

Menurut Assauri (2008:105-106), proses produksi dapat dibedakan atas dua jenis

yaitu:

1. Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes) Proses

produksi yang terus-menerus adalah proses produksi yang dipersiapkan

untuk memproduksi produk dalam jangka waktu yang lama/panjang,

tanpa mengalami perubahan untuk jenis produk yang sama.

2. Proses produksi yang terputus-putus (intermitten processes) Proses

produksi yang terputus-putus adalah proses produksi yang menggunakan

waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan yang

cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti-ganti.

Proses Intermediate Dalam kenyataan kedua macam proses produksi

diatas tidak sepenuhnya berlaku. Biasanya merupakan campuran dari

keduanya. Hal ini disebabkan macam barang yang dikerjakan memang

berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah barang setiap

macam agak banyak. Proses produksi uang memiliki unsur continious dan

ada pula unsur intermittennya, proses semacam ini biasanya disebut sebagai

proses intermediate atau campuran.

40
Menurut Indriyo Gitosudarmono (2000:2), proses produksi adalah

merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga

kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang dipergunakan.

Menurut Teguh Baroto (2002:13), proses produksi adalah aktivitas

bagaimana produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi,

pengetahuan teknis, dan lain-lain. Menurut Arman Hakim Nasution

(2003:1), proses produksi yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam

mengolah bahan baku menjadi produk.

Menurut Render dan Heizer (2009:394), proses produksi adalah

penciptaan barang dan jasa. Menurut Gitosudarmo (2002:23), proses

produksi merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu,

tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang

dipergunakan. Menurut Subagyo (2000:8), proses produksi atau proses

operasi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran. Berdasarkan

definisi diatas dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan barang dan jasa

perlu melibatkan tenaga kerja, pengetahuan teknis, bahan baku dan

peralatan.

Menurut Teguh Baroto (2002:13), proses produksi adalah aktifitas

bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,

energi, pengetahuan teknis dan lain-lain. Proses produksi merupakan

tindakan nyata. Proses produksi ini terdiri atas beberapa subproses produksi,

misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, proses

perakitan komponen menjadi sub-assembly dan proses perakitan sub-

41
assembly menjadi produk jadi. Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002)

proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah

kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang

ada.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa proses produksi

adalah suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila

penambahan beberapa input pada tugas akan memberikan nilai tambah pada

produk (barang atau jasa)

2.1.10 Pengawasan Kualitas Proses Produksi

Untuk mencapai kualitas yang diinginkan maka diperlukan

pengawasan terhadap kualitas produksi dari perusahaan. Pengawasan ini

bertujuan untuk menjaga ketepatan kualitas dan pendayagunaan sumber

daya produksi agar dapat berjalan dengan maksimal serta mengetahui

penyimpangan yang mungkin terjadi dan mencari solusi memperbaikinya.

Dalam menjalankan proses produksi setiap perusahaan akan selalu

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berpengaruh secara langsung

maupun tidak langsung dalam pembentukan mutu produksi. Oleh karena itu

diperlukan perhatian dan pertimbangan yang cukup terhadap faktor-faktor

produksi yang merupakan pembentuk mutu. Faktor-faktor tersebut menurut

Feigenbaum (1991:7), meliputi:

1. Manusia (Man)

Keberadaan manusia sebagai faktor yang sangat penting karena

manusia adalah pelaksana dari semua faktor produksi yang ada. Sukses

42
tidaknya pengawasan mutu tergantung pada manusia yang terlibat dalam

kegiatan produksi, sehingga pemebrian motivasi yang baik dan benar

akan meningkatkan proses produksi yang dijalankan oleh para karyawan.

2. Mesin dan peralatan (Machines)

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada

dasarnya adalah untuk membantu meringankan tugas manusia dalam

menjalankan aktivitasnya, sehingga dapat menghemat baik waktu, tenaga

maupun biaya tetapi produk yang dihasilkan bermutu baik karena mesin

dan peralatannya sudah distandarisasi. Dengan demikian baik buruknya

mesin dan peralatan yang digunakan akan mempengaruhi efisiensi

produksi perusahaan.

3. Manajemen (Management)

Manajemen merupakan salah satu faktor yang penting karena dalam

manjemen itulah manusia atau tenaga kerja direncanakan, diarahkan dan

dikendalikan ke arah penciptaan suatu produk yang sesuai dengan standar

kualita.Keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan

serta meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan.

4. Uang (Money)

Tinggi rendahnya biaya pengawasan mutu dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya biya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada umumnya

dan pengawasan mutu pada khususnya.

5. Metode (Method)

43
Suatu perusahaan harus mampu memanfaatkan secara efektif dan

efisien terhadap tenaga kerja, mesin dan biaya dalam rangka

memproduksi barang yang sesuai dengan keiginan dan selera konsumen.

Untuk itu pihak manajemen akan selalu mengubah metode kerja,

sehingga tercapai efesiensi produksi.

Selain pembagian pengawasan kualitas secara desentralisir dan

kemungkinan didesentralisis, pengawasan proses terakhir dan diproses,

maka pembagian lain ialah pengawasan kualitas pada proses produksi

continuous dan pada proses produksi intermittent (berdasarkan pesanan,

job). Pada pokoknya pengawasan kualitas pada kedua proses itu sama : ada

penentuan standar-standar kualitas, ada pemeriksaannya, tujuannya agar

pemeriksaan ongkosnya rendah dan menghemat. Bedanya karena yang satu

berdasarkan pesanan, maka setiap waktu perlu ditentukan standar untuk

pemesanan tertentu. Pada proses produksi yang continuous pengawasan

kualitasnya dapat dilaksanakan dengan tehnik statistis sampling dan

sebagainya (Reksohadiprodjo, 1982 : 191).

Ada 4 macam-macam pengawasan kualitas, yaitu :

1. Flow Control

Flow control dijumpai pada produksi terus-menerus di mana

pabrik merupakan tempat mesin yang besar dan berfungsi tunggal

untuk memproduksikan jumlah tertentu setiap jamnya. Besarnya

produksi ini ditentukan dalam fase perencanaan, jauh sebelum proses

dijalankan, sedangkan tugas flow control pada pokonya ialah

44
menjamin agar besarnya atau aliran produksi ini tetap. Oleh karena

itu flow control mengatur schedule-schedule pengiriman bahan

masuk dalam proses produksi dengan schedule pengiriman keluar

bahan yang telah diproses itu, juga mengatur sekaligus besarnya

produksi (Reksohadiprodjo, 1983 : 254).

Flow control atau pengawasan arus adalah pengawasan

produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat

menjamin kelancaran proses pengerjaan. Pada pengawasan ini

dibutuhkan suatu tingkat hasil yang agak tetap/konstan. Oleh karena

itu flow control ini dijalankan pada produksi yang terus menerus,

dimana bahan-bahan yang digunakan dalam proses mempunyai arus

yang relatif tetap, dan jenis mesin yang digunakan adalah mesin

khusus, serta hasil produksinya mempunyai bentuk dan jenis yang

sama dalam jangka waktu tertentu (Assauri, 1978 : 156).

2. Order Control

Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah

pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang

dikerjakan, sehingga produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan

keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya.

Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk pemesanan harus dipisahkan

dari produk pesanan yang lain, dimana tiap-tiap pesanan mempunyai

nomor pesanannya sendiri.

45
Oleh karena itu, Order control ini dijalankan pada produksi

dengan proses yang terputus-putus, dimana jenis mesin yang

digunakan adalah mesin serba guna dan barang yang diproduksi

mempunyai jenis dan bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan

pesanan. Dalam menjalankan order control ini, pengkoordinasian

arus pekerjaan dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima. Jadi

semua informasi, instruksi dan laporan disediakan untuk setiap

pesanan atau berdasarkan pesanan itu, dan demikian juga kebutuhan

bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan.

Setiap order yang diterima dari konsumen haruslah diadakan

penelitian dan pertimbangan terlebih dahulu, agar semua pesanan

yang diterima dapat diselesaikan sesuai dengan jumlah mutu/kualitas

dan waktu yang telah ditentukan. Apabila pesanan yang diterima

merupakan pesanan yang sudah pernah dikerjakan, maka untuk

pesanan ini dapat dipergunakan keterangan dari pesanan yang pernah

dikerjakan tersebut. Sebaliknya jika pesanan yang diterima sama

sekali baru, maka perlu dikemukakan keterangan-keterangan yang

diperlukan dalam pesanan tersebut (Assauri, 1978 : 156-157).

3. Block Control

Blok Control dipakai pada perusahaan-perusahaan yang

memproduksikan bermacam-macam produk tetapi produk-produk

tersebut diproses melalui fasilitas produksi yang sama dan macam-

46
macam produk mempengaruhi waktu pemrosesan, misalnya : pabrik

kapal terbang, pabrik sepatu.

Hakekat dari pada Block Control ialah kita (bagian

pengawasan produksi) mengirimkan pesanan-pesanan kepada pabrik

dalam blok-blok. Blok pesanan adalah suatu kumpulan pesanan-

pesanan yang beban kerjanya apabila dijumlah merupakan pekerjaan

hampir sehari penuh atau harus diselesaikan sebagai keseluruhan.

Misalnya kita kirim block pesanan 50. Bagian I akan memproses

blok 50, selanjutnya kita kirim block 51 bila blok 50 sudah

dikerjakan oleh bagian I, sedangkan bagian II mengerjakan blok 50,

dan seterusnya.

Oleh karena itu blok-blok harus dikerjakan secara beruntutan,

maka mandor harus menyelesaikan segala pesanan yang termasuk

dalam blok yang diawasinya. Suatu beban kerja akan membuat sibuk

yang satu, dan juga kemudian bagian lainnya.

Demikian maka proses pengawasannyapun relatif mudah.

Apabila suatu bagian telah menyelesaikan tugas, bloknya maka

mandor harus melaporkan hasil kerja itu pada bagian pengawasan

produksi. Akibatnya bagian pengawasan produksi dapat

menempatkan pengawasannya pada akhir proses bagian tertentu.

Selanjutnya pengawasan produksi dapat mengetahui sudah berada

dimanakah fase pemrosesan blok tertentu (Reksohadiprodjo, 1983 :

261-262).

47
4. Load Control

Load Control biasanya dijalankan pada perusahaan-perusahaan

yang memerlukan pengawasan hanya pada mesin-mesin tertentu

saja.

Load Control adalah semata-mata:

1. Pembuatan schedule-schedule bagi mesin-mesin yang penting,

2. Pengalokasian waktu dan pembebanan mesin untuk

mengerjakan pesanan tertentu. Misalnya:

a. Mesin giling baja bekerja sebagai mesin kunci,

b. Industri Penjilidan Majalah Tempo, Basis mesin kuncinya

adalah mesin cetaknya

Di sini hanya bekerja mesin yang mendominir operasi

keseluruhanya. Mesin “besar” ini tidak boleh bekerja di bawah

kapasitas. Oleh karena itu proses selanjutnya adalah apabila kurang

kapasitas perlu ditambah.

Schedule jelas hanya pada mesin ini; schedule untuk kegiatan

selanjutnya hanya mengikuti schedule untuk mesin besar. Berikut

yang perlu diperhatikan di sini adalah:

1. Komponen-komponen harus dipisahkan untuk setiap pesanan.

Oleh karena itu bahan-bahan diproses dalam kelompok-

kelompok yang sesuai dengan tugas mesin utama;

2. Bahwa perlu memperhatikan/memberi tanda pada bahan-

bahan, sebab bahan-bahan itu hampir sama bentuknya.

48
2.1.11 Faktor-Faktor Penentu Kualitas Produk

Kualitas suatu barang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Feigenbaum, 2000:7) yaitu:

1. Bahan baku.

2. Tenaga kerja.

3. Mesin atau peralatan.

4. Standar mutu.

5. Output.

Secara umum, tujuan pengawasan kualitas produksi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perusahaan dapat memproduksi barang yang berkualitas sesuai standar

perushaan dan dapat diterima oleh konsumen

2. Pelaksanaan kegiatan produksi berjalan tepat waktu dan tepat guna

dalam pemanfaat sumber daya yang ada

3. Kegiatan produksi harus berjalan secara ekonomis, artinya bahwa

dengan adanya pengawasan maka penyimpangan dan pemborosan

dalam mencapai kualitas produksi yang tidak diinginkan dapat dihindari

4. Mengurangi keluhan dan penolakan konsumen sehingga image dari

perushaan dapat terjaga bahkan meningkat.

2.1.12 Cara Atau Proses Pembuatan

Proses pembuatan atau pengelolaan dipengaruhi oleh mesin atau

peralatan yang digunakan. Mesin atau peralatan yang digunakan dalam

proses produksi juga mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Proses

49
produksi merupakan proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi

barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Proses

produksi dapat juga merupakan cara, metode, teknik pelaksanaan produksi

dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi. (Yamit 2002:2) mengatakan

bahwa proses produksi dapat ditinjau dari 2 segi yaitu:

1. Segi kelangsungan hidup

1) Proses produksi terus menerusdilakasankan sebagai proses untuk

mengubah bentuk barang-barang. Dalam proses produksi ini

walaupun terjadi perubahan modal, susunan fungsi alat-alat mesin

yang dipakai tidaklah berubah. Proses produksi ini menghasilkan

produk yang standar (masal)

2) Proses produksi terputus-putusadalah proses produksi yang tidak

terus-menerus atau operasi sering terhenti guna mengubah alat-alat,

pengaturan kembali alat-alat, dan penyesuaian yang terus menerus

diadakan sesuai dengan tuntutan produk yang dihasilkan. Proses

produksi ini dilakukan berdasarkan pesanan yang sesuai denga

keputusan pemesan.

2. Segi teknik

1) Proses ekstraktif: suatu proses pengambilan langsung dari alam seperti

kayu, perikanan dan pertambangan.

2) Proses analisis: proses pemisahan bahan baku seperti minyak mentah

menjadi minyak bersih

50
3) Proses pengubahan: proses perubahan bentuk seperti alat-alat rumat

tangga

4) Proses sintesis: proses mencampur dengan unsur-unsur lain, seperti

bahan-bahan kimiawi.

2.1.13 Kegagalan Produk

Apabila suatu produk yang dihasilkan mengalami kegagalan,

penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dijual langsung

Kegagalan yang dijual langsung adalah jenis produk gagal atau

produk cacat yang tidak lulus tahap inspeks, namun mash layak untuk

dijual langsungnkepada konmsumen yang siap menampung produk

cacat denga jenis seperti ini.

2. Dikerjakan kembali

Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang dapat

dimasukkan ke dalam produksi lagi untuk diproses lebih lanjut, untuk

menghasilkan suatu produk lain dalam kondisi yang baik

3. Dibuang langsung

Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang tidak layal

dikonsumsi. Dalam artian produk cacat tersebut sudah tidak mungkin

dikerjakan kembali (reworked) dan juga sudah tidak mungkn pula untuk

dijual, Karen tingkat kegagalan jenis produk ini merupakan kegagalan

yang sudah tidak dapat diusahakan. Solusi untuk menangani jenis

51
barang seperti ini adalah dengan dibuang langsung, Menurut Charles T.

Horngern, George Foster dan Srikant Datar (2000:633).

2.2 Kajian Empiris

1. Penelitian ini didasarkan pada penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh

Djahimo (2015), yaitu meneliti tentang “Pengawasan Kualitas Proses

Produksi Roti Tawar dan Roti Manis pada Borneo Bakery di Kota

Kupang”. Yang difokuskan pada bagaimana pengawasan kualitas proses

produksi pada Borneo Bakery Kupang untuk mengetahui faktor yang

menyebabkan cacat produk dan cara mengurangi cacat produk. Persamaan

dan perbedaan dari penelitian ini, yaitu: sama-sama meneliti tentang

mutu/kualitas dalam proses produksi. Sedangkan perbedaannya pada objek

penelitian. Dimana penelitian sebelumnya difokuskan pada produk roti

tawar dan roti manis sedangkan penelitian ini difokuskan pada produk

tenun ikat Timor.

2. Penelitian sebelumnya oleh Dwi j.m.i wie lawa (2016) yaitu meneliti

tentang “Pengawasan kualitas proses produksi emping jagung pada

industri rumah tangga sima indah kota kupang” yang difokuskan tentang

Bagaimana Pengawasan Kualitas Proses Produksi Emping Jagung pada

Sima Indah Kupang dalam menghasilkan kualitas emping jagung yang

baik. Persamaan dan perbedaan dari penelitian ini yaitu sama sama

52
meneliti tentang pengawasan kualitas proses produksi sedangkan

perbedaan dari penelitian ini yaitu pada objek penelitiannya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada umunya setiap perusahaan, baik itu yang menghasilkan barang

maupun jasa selalu menginginkan agar produk yang dihasilkan dapat laku

dipasaran.Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan beberapa hal, salah

satunya adalah kualitas, karena kualitas merupakan ukuran seberapa mampu

suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik dari segi

selera maupun manfaat yang diperoleh ketika produk itu

digunakan.Pengawasan kualitas merupakan suatu kegiatan yang perlu

dilakukan dalam kegiatan produski.Adanya pengawasan kualitas dapat

menghasilkan produk yang berkualitas dan mengurangi jumlah produk yang

rusak atau cacat, sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.

Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

PENGAWASAN
KUALITAS

INPUT OUTPUT
TRANSFORMASI
BAKAN BAKU NILAI PRODUK YANG
TENAGA KERJA TAMBAH BERKUALITAS
MESIN DAN
PERALATAN

53
Sumber: dibuat untuk Penelitian Tahun 2020

54
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tenun Buna Nekmese yang

beralamat di Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak Kota Kupang.

Alasan pemilihan lokasi ini, yakni mudah memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah

Pengawasan kualitas Produksi Tenun Ikat Timor.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah “Mengkaji tentang Pengawasan

Kualitas Produksi Tenun Ikat Timor”.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini mencakup dua variabel yaitu: mengenai kualitas produk

dan pengawasan kualitas.

1. Pengawasan kualitas adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan pada

setiap kegiatan produksi agar tenun ikat Timor sesuai dengan standar

perusahaan yaitu menghasilkan tenun ikat Timor yang berkualitas baik

serta dapat meningkatkan selera konsumen.

Indikator : Kualitas

55
2. Input

1) Bahan Baku yaitu benang adalah bahan utama yang digunakan oleh

Kelompok Tenun Buna Nekmese dalam memproduksi tenun ikat

Timor.

Satuan : Lembar

2) Tenaga Kerja adalah karyawan pada perusahaan Kelompok Tenun

Buna Nekmese yang melaksanakan kegiatan memproduksi tenun ikat

Timor.

Satuan : Orang

3) Alat tenun merupakan peralatan yang digunakan dalam memproduksi

tenun ikat Timor

Satuan : Unit

4) Standar Mutu adalah ketetapan mutu yang disyaratkan pada suatu

kegiatan proses produksi tenun ikat Timor seperti tenun ikat Timor

yang berwarna sedikit pucat (meskipun jenis warna terang), tidak

mudah pudar, tidak mudah sobek dan tetap mempertahankan keaslian

ciri khas kain tenun Timor serta makna dari setiap motif.

Satuan : Memenuhi standar mutu, kurang memenuhi, tidak memenuhi.

5) Proses Produksi adalah seluruh rangkaian kegiatan perusahaan untuk

mengubah bahan baku menjadi barang jadi yaitu tenun ikat Timor.

6) Output adalah suatu hasil akhir berupa barang jadi yang dalam hal ini

adalah tenun ikat Timor yang baik dan layak untuk dipasarkan.

Indikator : Produk tenun ikat Timor

56
3.4 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

1) Data Kualitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk pernyataan

seperti gambaran umum tentang perusahaan, struktur organisasi,

proses produksi dan pengawasan kualitas.

2) Data Kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-

angka seperti data tentang tingkat produksi tenun ikat Timorselama

3tahun terakhir.

2. Sumber data

1) Data Primer adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil interview

dengan pimpinan, karyawan kelompok tenun buna nekmese dan

observasi pada jumlah bahan baku, jumlah tenaga kerja serta jumlah

peralatan.

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data melalui tanya jawab langsung

dengan pihak kelompok tenun buna nekmese.

2. Pengamatan/Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan secara

langsung pada aktivitas-aktivitas dalam perusahaan.

57
3. Kuisioner Mengumpulkan data dengan memberikan daftar pertanyaan

atau pernyataan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan kepada

ketua kelompok serta karyawannya.

3.6 Teknik Analisi Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

yang terkumpul selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan, data yang

bersifat kualitatif akan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data

kuantitatif dianalisis dengan perhitungan rata-rata dan persentase

menggunakan tabel.

Dan mengidentifikasi penyebab masalah kualitas dengan

menggunakan diagram Sebab Akibat (Fishbone) diagram ini dipakai

untuk menganalisis ciri khas sebuah proses atau situasi dan faktor yang

menyebabkannya. Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab, pada

umumnya dikelompokkan dalam lima faktor utama yaitu: manusia,

material, metode, mesin dan lingkungan (Hidayat, 2007)

LINGKUNGAN METODE

MASALAH

BAHAN MESIN

Gambar 1.3 Diagram Tulang ikan (Diagram Fhisbone)

58
DAFTAR PUSTAKA

Adisumarto, Harsono. 2000. Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas

Kepemilikan Intelektual (Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek). Bandung:

Mandar Maju.

Ahyari, Agus. 2000. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Buku II.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Ahyari, Agus. 2002. “Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi”. Edisi

Empat, Yogyakarta, BPFE.

Ahyari, Agus. 2008. Manajemen Produksi. Cetakan Keenam. Yogyakarta : BPFE

UGM.

Ari Sudarman, 1999, Teori Ekonomi Mikro, Jilid I, BPFE, UGM, Yogyakarta.

Assauri, Sofjan .2002. “Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi”.

Cetakan Ketiga, Jakarta: CV.Rajawali

Assauri, Sofjan .2008.” Manajemen Produksi dan Operasi”. Jakarta: LPFEUI

Assauri, Sofjan. 2001. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Assauri, Sofyan Manajemen Produksi & operasi, 1995, Edisi Cetakan Kedua,

LPFE, Jakarta

Assauri, Sofyan. 1978. Management Produksi. Jakarta : FE-UI.

Assauri, Sofyan. 1980. Manajemen Produksi & Operasi. Jakarta. LBFE UI

Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

59
Badri, Markoni. 2011. Pengaruh Dimensi Kualitas Produk Terhadap Kepuasan

Nasabah Perbankan. Jurnal Imliah Orasi Bisnis ke-VI.

Baroto T, 2002.”Perencanaan dan Pengendalian Produksi”. Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Bohari, 2004. Pengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Crosby, P. B. 1979.”Quality Is Free; The Art Of Marking Quality Certain. New

York”. Mc Graw-hill.

Djahimo. 2015. Pengawasan Kualitas Proses Produksi Roti Tawar dan Roti Manis

pada Borneo Bakery di Kota Kupang. Kupang: Universitas Nusa Cendana

Dorthea Wahyu Ariani, 2004. “Pengendalian Kualitas Statistik”. 11 Edition,

Yogyakarta.

Eddy Herjanto. 1997.”Manajemen Operasi”.Edisi ke tiga. Jakarta : PT Grasindo.

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:

Alfabeta

Fandy Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit

Bayumedia Publishing.

Fayol, Harahap. 2001. Sistem Pengawasan. Maj. Jakarta.

Fayol, Henry. “Industri dan Manajemen Umum”. Terj. Winardi, London: Sir

Issac and Son, 1985.

Feigenbaum A.V. 1991. “Total Quality Control”, jilid 3. Mc. Grow Hill Book

Singapure.

Feigenbaum A.V. 2000. “Kendali Mutu Terpadu”, jilid 1. Penerbit CV Linda

Karya Bandung

60
George Foster, Srikant Datar. 2000, Cost Accounting : A Managerial Emphasis,

10th ed., Englewood Cliffs-NJ: Prentice-Hall Inc.

Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Gitosudarmo, Indriyo. Sistem Perencanaan & Pengendalian Produksi Edisi

Revisi. Yogyakarta : BPFE, 1988.

Gitosudarmono, Indriyo. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi II, BPFE,

Yogyakarta.

Handoko T. Hani, 2000.“Manajemen Personaliadan Sumberdaya Manusia”, edisi

II, Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Handoko, T, Hani. 2000. Manajemen. Edisi Kedua: Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta.

Hanry Fayol, 2001. “Fungsi Administrasi” Rineka. Jakarta.

Heizer Jay, Render Barry. 2005. Operations Management. Jakarta: Salemba

Empat.

Heizer, Jay & Barry Render. 2011. Manajemen Operasi. Edisi Sembilan. Buku

Dua. Diterjemahkan Oleh Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi Buku 1 Edisi 9. Jakarta:

Salemba Empat.

Herjanto, E. 1997. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.

Herjanto, Eddy, 2008, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta: Grasindo.

Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Terbaru.

Grasindo.

Hidayat, M.A. 2007, Teknik Analisa Data, Penerbit Salemba Medika.

61
Horngern,Charles T. George Foster dan Srikant M Datar ,2000, “Cost

Accounting A Managerial Emphasis”, tenth Edition, New Jersey: Pretice-

Hall Inc.

Hunt, Daniel V. 1993. Managing for Quality. Illionis: Business one Irwin

Homewood.

Jay Heizer, Barry Render. 2004.”Operation Management”. Prentice Hall, New

Jersey.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Edisi 11 jilid 1 dan 2 Pemasaran,

Jakarta: PT. Indeks, Jakarta.

Magfuri. 1987. Manajemen Produksi. Jakarta : Rineka Cipta.

Milller. R. L dan R. E. Meiners, 2000, “Teori Mikro Ekonomi Intermediate”

Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Nasution, Arman Hakim, 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Edisi

Pertama Cetakan Ke-dua. Surabaya: Guna Widya.

Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management.

Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.

Nasution, M.N. 2005. “Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality

Management)”. Ghalia Indonesia, Bogor.

Pani. 2014. Pengendalian Mutu Produk Sofa dengan Pendekatan Bahan Baku dan

Proses Produksi Pada CV Bumi Cendana Kota Kupang. Kupang:

Universitas Nusa Cendana.

Philip Kotler, 2005. “Manajemen Pemasaran” Jilid I dan II, PT Indeks, Jakarta.

Philip Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Grafika Indo.

62
Prawirosentono, Suyadi (2007) Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu

Abod 21: Jakarta: Bumi Aksara.

Prawirosentono,Suyadi 2007, “Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu”. Edisi 2.

Jakarta: Bumi Aksara.

Reksohadiprodjo , S. 1983. Management Proyek. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Reksohadiprodjo Sukanto, 1998, “Manajemen Koperasi Edisi 5”, Yogyakarta :

BPFE.

Reksohadiprodjo, S. 1982. Kebujaksanaan Perusahaan (Business Policy) Konsep

Dasar Studi Kasus. BPFE. Yogyakarta.

Reksohadiprojo, Gito Sudarmo, 1993, Manajemen Produksi. Yogyakarta : BPFE-

UGM.

Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen.

Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Suardi, Rudi. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 : Penerapannya

Untuk Mencapai TQM. Jakarta: PPM.

Subagyo, Drs. Pangestu. 2000. Manajemen Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Sudarsono dan Edilius. (2002). Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Sukanto Reksiohadiprodjo (2000). “Kasus Manajemen Perusahaan”.

Yogyakarta. BPFE.

63
Sukanto Reksohadiprodjo. 2008. Manajemen Produksi Edisi Edisi 4, Yogyakarta

BPFE.

Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo. 1999. Manajemen Produksi.

Yogyakarta: BPFE UGM.

Sule dan saefullah, 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta. Prenada Media Jakarta.

Suyadi Prawirosentono. 2009. Manajeme Produktivitas. Jakarta: PT. Bumi

Angkasa.

T. Hani Handoko, Dr., M.B.A. 1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Manusia, Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Taguchi, G, (1987), System of Experimental Design, (Vol.1-2), UNIPUB/Kraus

International Publication, N.Y: White Plains.

Terry R. George 2006. “Management Pengawasan Kualitas Terpadu, suatu

Pengantar”, penerbit: Bumi Aksara

Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. 2003. Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. ANDI: Yogyakarta.

Wie lawa Dwi j.m.i. 2016. Pengawasan Kualitas Proses Produksi Emping Jagung

Pada Industri Rumah Tangga Sima Indah Kota Kupang. Kupang:

Universitas Nusa Cendana

Yamit, Zulian. 2002. “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa”, Penerbit

Ekonesia,Yogyakarta.

64
Yamit, Zulian. 2011. Manajemen Produksi & Operasi (Edisi Pertama).

Yogyakarta: Ekonisia.

65

Anda mungkin juga menyukai