Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MULOK

MAKALAH MACAM-MACAM MOTIF TENUN IKAT NTT

MIRDA M. SUEK

X BUSANA 3

SMK NEGERI 3 KUPANG


2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................................i


Kata Pengantar ..........................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................................1
Latar Belakang ..........................................................................................................................1
Rumusan Masalah .....................................................................................................................2
Tujuan ........................................................................................................................................2
Bab II Pembahasan ....................................................................................................................3
Bab III Penutup .......................................................................................................................16
Kesimpulan ..............................................................................................................................16
Daftar Pustaka .........................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan bentuk dan isi yang sangat
sederhana.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru Saya
disekolah. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya. Untuk itu
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dahulu kala kebutuhan akan pangan atau pakaian telah menjadi sebuah
kebutuhan yang diprioritaskan. Hal ini dikarenakan pakaian mempunyai manfaat bagi
manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Dimana saat cuaca dingin
pakaian dapat menghangatkan tubuh, pakaian ini juga menunjang kepribadian seseorang
untuk dikatakan baik atau tidak, kesopansantunan.
Zaman dahulu dengan keterbatasan alat maupun bahan serta tingkat sumber daya
manusia yang rendah, manusia membentuk sebuah pakaian dari kulit kayu. Karena
merasa kurang nyaman menggunakan pakaian dari kulit kayu maka nenek moyang kala
itu mulai mencari alternatif lain yaitu membuat pakaian dari bahan dasar kapas. Sehingga
sejak saat itu muncullah pakaian dari tenun ikat dari berbagai wilayah.
Seiring berjalannnya waktu, muncullah berbagai tenun dengan beragam motif dan
hias yang bervariasi dengan arti-arti inilah yang menunjukan latar belakang kebudayaan
suatu daerah atau ciri khas dari suatu daerah.
Kain tenun yang dikembangkan oleh setiap suku di NTT ini merupakan seni
kerajinan tangan yang diajarkan secara turun-temurun kepada anak cucu. Kain tenun ini
secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai busana sehari-hari,
busana untuk tarian atau upacara adat, sebagian mas kawin, alat penghargaan dalam
upacara kematian, alat pembayaran denda adat, alat tukar uang, perlambang strata sosial
seseorang, alat penghargaan kepada tamu, sampai alat untuk menenolak bencana. Dalam
masyarakat NTT, kain tenun dianggap sebagai harta kekayaan yang bernilai tinggi
karena kain ini pembuatannya sanggat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
NTT memiliki 20 kabupaten dan satu kota yang dihuni oleh 15 suku atau etnis
tertentu, dengan adat dan budaya masing-masing.
Masing-masing suku ini memiliki kreasi tenun mereka sendiri sesuai dengan adat,
budaya, dan kesenian mereka. Ini terlihat dari corak hias atau motif tenunannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan isi dari makalah ini maka ada beberapa permasalahan yang harus dibahas
agar kita dapat mengetahui dan memahami tentang kerajinan tenun NTT, diantaranya
adalah:
1. Apa yang dimaksut dengan tenun ?
2. Apa yang dimaksut dengan tenun ikat ?
3. Bagaimana keragaman tenun ikat di NTT ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatnya makala ini karena:
1. Memberikan pengetahuan mengenai kerajinan tenun di NTT
2. Ingin mengetahui keragam tenun ikat di NTT
3. Sebagai suatu media untuk menambah wawasan dan pengetahuan
4. Menambah kepustaaan
BAB II
PEMBAHASAN

Kain tenun pada mulanya dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana
penutup dan pelindung tuuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara,
tarian, perkawinan, tarian dll), hingga sekarang merupakn bahan busana resmi dan moderen
yang didesain sesuai perkembangan mode, juga untuk memenuhi permintaan/kebutuhan
konsumen.
Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan
masyarakat Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat dipedesaan. Pada umumnya wanita
pedesaan menggunakan waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan
pendapatan keluarganya dan kebutuhan busananya. Dalam masyarakat NTT, kain tenun
dianggap sebagai harta kekayaan yang bernilai tinggi karena kain ini pembuatannya sangat
sulit dan membutuhkan waktu lama. Selain dibedakan dari motifnya, kain tenun juga
dibedakan menurut proses pembuatannya, yaitu tenun ikat, tenun buna dan tenun sotis.
1. Tenun ikat
Disebut kain tenun ikat karena proses pembentukan motifnya dilakukan melalui
pengikatan benang-benang. Sedikit berbeda dengan didaerah lain dalam penggunaan cara
benang pakannya (benang yang dimasukan melintang pada benang lusing ketika menenun
kain). Kain tenun ikat banyak ditemukan tersebar merata di semua kabupaten NTT,
kecuali kabupaten manggarai dan kabupaten ngada.
2. Tenun buna
Tenun buna ini merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh masyarakat sekitar di
Timor Tengan bagian utara, dan banyak terdapat di Kabupaten Kupang, Timor Tengah
bagian selatan, Belu, dan Timor Tengah bagian utara. Proses pembuatan tenun buna
dilakukan dengan mewarnai benang terlebih dahulu. Beng yang sudah diwarnai kemudian
digunakan untuk membentuk motif yang berbeda-beda pada kain.
3. Tenun lotis atau sotis
Lotis merupakan perpaduan dari kain tenun dengan gaya sulam. Tampilannya mirip
dengan tenun songket. Proses pembuatannya mirip dengan tenun buna dimana benang
harus diberi diberi warna lebih dulu. Pengrajin tenun lotis biasanya akan melakukan dua
pekerjaan sekaligus, yaitu menenun nan menyulam beberapa motif, sehingga dalam satu
kain akan terlihat motif seperti tiga dimensi karena jahitan yang agak menonjol keluar.
Gaya tenun ini banyak terdapat di Kupang, Timor Tengah bagian Selatan, Timor Tengah
Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, dan
Sumba Barat. Jenis kain ini yang paling rumit proses pembuatannnya, dan membutuhkan
waktu yang cukup lama. Tak heran kalau harganya lebih mahal.

Jenis-jenis tenun NTT


1. Alor
Kain Tenun Alor diproduksi dengan motif khas daerah, seperti gajah, naga, ikan, kura
kura, cumi-cumi, dan ketupat, agar tetap terjaga nuansa kekhasan pada kain tenun Alor.
Kain tenun tersebar diberbagai daerah di kepulauan Alor dengan motif/corak yang sangat
beragam. Berikut persebaran Kain Tenun Alor berdasarkan data dari Dewan Kerajinan
Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Alor.
1) Tenunan tradisional baranusa- pantar

Bentuk ketupat memanjang berupa buah pariah berjejer diantara garis-garis merah
dan warna merah putih terputus-putus. Semua kelompok motif dibatasi dengan garis
merah. Nama motif Mau Behi, asal motif Desa Baranusa Kecamatan Pantar Barat.
Kain sarung Mau Behi digunakan oleh kaum wanita pada upacara-upacara
perkawinan, pemakaman, dan dapat dipergunakan sebagai pelengkap mas kawin.
2) Tenun tradisional uma pure-Ternate

Motif kura-kura berwarna merah dan putih di atas dasar berwarna hitam. Strep-strep
merah dan putih sepanjang kain memisahkan kelompok kura-kura yang satu dengan
yang lainnya. Di tengah tenunan terdapat gambar-gambar bukit berwarna merah
dikelilingi warna putih dan dibatasi dengan dua garis putih. Nama motif Kura-Kura,
dalam bahasa daerah disebut Nilung Sisa Matang, asal motif Uma Pura, Desa
Ternate Kecamatan Alor Barat Laut. Kain dipergunakan untuk busana wanita dan
dapat dijadikan sarung bagi kaum wanita untuk memenuhi kebutuhan urusan adat
(perkawinan danpemakaman).
3) Tenun tradisional kolana

Terdapat gambar mahkota kebesaran dan kebanggaan suku yang berwarna merah
dan putih, diapit dengan motif-motif yang berwarna putih dengan sisi kanan kiri
barisan strep-strep putih dan garis merah, serta beraneka warna warni garis dan
diselingi dengan butiran-butiran motif berwarna putih dan merah. Sementara
dibagian tengah tenunan yang didominasi dengan warna dasar biru sampai hitam
terdapat garis-garis hijau dan kuning mengapit gambar Moko yang berwarna putih
dan merah. Nama motif Kebir Keti Mei Geweng, asal motif Kerajaan Kolana,
Kelurahan Kolana Kecamatan Alor Timur. Kain digunakan sebagai busana adat
tradisional kaum wanita suku Raja Kolana, serta dipergunakan sebagai pelengkap
mas kawin dan diberikan kepada jenazah wanita keturunan raja.
4) Tenun tradisional Alor Kecil dan Alor Besar

Motif ketupat bergerigi. Ujung anyaman ketupat keluar memanjang dua helai
diujung sebelah menyebelah, dan ada juga gambar motif yang ditutup dengan garis-
garis memanjang warna merah, hitam, dan putih. Nama motif Balohing/Tanapi, asal
motif Desa Alor Kecil dan Desa Alor Besar Kecamatan Alor Barat Laut. Kain
sarung Balohing digunakan oleh kaum wanita pada upacara-upacara perkawinan,
pemakaman, dan dapat dipergunakan sebagai pelengkap mas kawin.
5) Tenunan tradisional batulolong

Motif berwarna putih dengan bentuk yang indah, dibatasi dengan lima buah garis
putih dan merah diantara motif yang satu dengan yang lainnya, dan di dalam motif
itu terdapat garis merah yang melintasi motif yang satu dengan yang lainnya.
Disamping motif utama tersebut, di atas ada baris-baris lurus berupa titik-titik putih,
garis berwarna merah jambu, putih, dan titik-titik merah, titik-titik kuning berantai
dan titik-titik merah jambuberantai. Sebagian besar badan tenunan bagian tengah ada
himpunan garis-garis lurus beraneka warna. Nama motif Batulolong, asal motif
Kerajaan Batulolong, Desa Kiraman Kecamatan Alor Selatan. Kain digunakan
sebagai busana adat kaum wanita pada upacara-upacara perkawinan, pemakaman
jenazah, dan juga dipergunakan sebagai pelengkap mas kawin.

2. Belu
Di belu dikenal 3 jenis motif eduk berdasarkan teknik menenun, yaitu fafoit eduk yang
ditenun dengan teknik songket atau fafoit, futus eduk yang ditenun dengan teknik futus
atau ikat dan eduk sui yang ditenun dengan teknik sulan atau sui. Corak motif motif eduk
yang disongket, di-futus atau disulam dapat dilihat pada gambar

Motif fafoit eduk (kiri), futus eduk (tengah), dan


eduk dui (kanan)
makna dari motif eduk dianggap secara bentuk visualisasi seni atas sejenis serangga
tanah undur-undur. Dalam bahasa tetun hewan ini dinamakan kuduku. Nama eduk
berasal dari sebutan bahasa Tetun untuk nama hewan ini kuduku yang mengalami
pergeseran bunyi sehingga menjadi eduk. Motif eduk dianggap sebagai motif raja atau
yang merepresentasikan sosokraja. Sosok raja merupakan figur seorang pemimpin dalam
skema kepemimpinan lokal. Raja tidak lain merupakan sosok yang dianggap sebagai
citra dari yang Kuasa, memiliki kekuatan supranatural melebihi yang lain, berani, gagah
dan pandai serta berkemampuan untuk menaklukkan musuh.

3. Ende
Salah satu ragam hias kain ende yang berbeda dengan kain tenun daerah lain adalah
hanya menggunakan satu motif pada bidang tengah-tengah kain. Motif tersebut diulang-
ulang baru berhenti pada jalur pembatas bermotif salur dikedua ujung kain yang
menyerupai tumpal dan diberi hiasan rumbai-rumbai. Jalur pembatas kain flores tidak
hanya di kedua ujung kain, melainkan dapat dibuat dibagian tengah, samping, dikedua
ujung atau pinggir kain. Ragam hias pada kain tenunan ende ada pada jalur-jalur
horisontal yang memberi kesan seperti gemerlap cermin, yang diwujudkan dalam
pembiasan garis geometris. Kain ini terdiri dari dua helai yang digabungkan dengan
jahitan tangan. Pada jalur besar terdapat motif ceplok bunga, yang digabungkan oleh kain
patola. Pengaruh kain patola tampak pada adanya barisan tumpul.

4. Flores Timur
Ragam hias tenun daerah ini diilhami oleh kain patola india berupa motif ceplok seperti
jelamprang pada kain batik. Selain itu kain lio juga dihias dengan motif daun, dahan,
ranting. Kain jenis ini hanya dipergunakan dikalangan keluarga kepala adat atau pendiri
kampung yang disebut musalaki bahkan kain ini dianggap sangat istimewah hingga
dikuburkan bersama jenasah seorang bangsawan atau raja. Kain tenun lio diberi hiasan
tambahan atau aplikasi dengan manik-manik dan kulit kerang.

5. Lembata
Tenun lembata merupakan chiri khas dengan dua atau tiga sambungan kain ini digunakan
sebagai mas kawin dalam upacara perkawinan dari pihak keluarga perempuan, dan
dipertukarkan dengan gelang-gelang dari gading gajah yang sangat berharga yang
diberikan oleh keluarga pihak laki-laki. Semua jenis mas kawin ini merupakan warisan
yang diberikan turun temurun.
6. Manggarai Barat
Warna hitam bagi orang manggarai barat melambangkan kebesaran dan keagunan serta
kepasrahan bahwa semua manusia pada suatu saat akan Kembali kepada Mori Kraeng
(Sang Pencipta). Sedangkan warna benang untuk sulam umumnya warna-warna yang
mencolok seprti merah, putih, orange, dan kuning.

Motif yang digunakan yaitu motif mata manuk dan motif wela ngkaweng. Mata manuk
artinya mata ayam. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat. Masyarakat
Manggarai meyakini kebesaran Tuhan yang mempu melihat hingga ceruk paling gelap
sekalipun. Perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Sedangkan
motif Wela Ngkaweng, atau Wela berarti bunga. Sementara ngkaweng adalah sejenis
tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Manggarai untuk mengobati luka hewan
ternak. Wela nkaweng mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung
pada alam. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu.

7. Sikka
Pada mulanya kain adat flores untuk wanita berbentuk sarung setinggi dada dan dilipat di
bagian depan. Dipagian pinggang pemakai menggunakan ikat pinggang dari perak. Kini
ada fariasi baru dari cara pemakaian kain sarung dimana lipatan kain sarung diikat
disalah satu bahu sehingga agak terangkat keatas pada sah satu sisinya. Kaum pria suku
sikka memakai kemija yang disebut sebagai labu dan celana panjang. Diluar celana
mereka menggunakan sarung yang disebut lipa atau utan yaitu jenis kain sarung orang
sikka yang berwarna biru tua atau berwarna hitam dihiasi dengan jalur-jalur biru sampai
dada yang disebut lensu sembar. Selain itu ada hal-hal khas dari adat sikka yaitu Kain
tenun berwarna hitam atau gelap hanya dipakai oleh mereka yang telah berumur,
sedangkan kaum muda memakaikain tenun dengan warna terang atau menyolok.

8. Nagekeo
Kain Tenun Nagekeo terdiri dari 3 jenis, yaitu Hoba Nage, Ragi Woi dan Dawo. Orang
Keo Tengah menyebut ketiga jenis kain ini dengan Dawo Nangge, Duka Wo’i dan Dawo
Ende. Hoba Nage atau Dawo Nangge merupakan kain tenun ikat yang dibuat dengan
ikatan tali pada benang kemudian dicelup dalam campuran warna sebelum ditenun.
Tenunan ini berasal dari wilayah sekitar Boawae. Kain tenun jenis ini memiliki motif dan
ragam hias geometris kecil disebut Hoba dengan warna dasar coklat atau hitam dengan
motif dan ragam hias geometris yang kontras diatasnya. Hoba dari Nagekeo ini terbagi
dari berikut:
 Hoba angi mite, seluruh sarung berwarna hitam diselingi beberapa garis berwarna biru
 Hoba angi woi sa wisa, seluruh sarung berwarna hitam diselingi hiasan berwarna
merah,biru dan motif hiasan tertentu.
 Angi woi toto pata, seluruh sarung berwarna hitam dengan diberi hiasan tertentu.

9. Malaka

Kain tenuna yang digunakan pria dan wanita berbeda bentunya untuk para pria disebut
dengan tais mane dan untuk wanita disebut tais feto. Warna khas atau warna dasar dari
kain tenun malaka yaitu merah, selain itu ada warna campuran hitam, hijau dan
campuran kuning emas. Arti dari motif tais mane yaitu laki-laki bertanggung jawab
untuk menghubungkan keluarganya dengan sang pencipta. Sedangkan tais feto motif
kecil-kecil dan bergaris melingkar yang melambangkan seorang perempuan selalu berada
dalam kuasa dan perlindungan seorang laki-laki.

10. Ngada
Kain tnun ikat khas ngada cenderung menggunakan warna-warna terang atau warna-
warna cerah. Kain tenun ngada dihiasi dengan ragam hias bentuk geometris aneka warna
yang cerah dan menyolok. Warna yang digunakan yaitu putih, kuning keemasan, merah
dan hijau.
Jenis sarung hitam nila dengan motif kuda dan manusia, dimana manusia mengendarai
atau berdiri disamping kuda hendak menaikinya. Penataan ini sejalan dengan
kepercayaan dan tata kebiasaan nenek moyang, dimana kuda dianggap kendaraan yang
menjemput arwah-arwah untuk membawanya ke alam baka. Dengan ini dipantulkan nilai
region dan-magi, yang melambangkan manusia menuju alam baka (dipakai sewaktu ada
kematian). Jadi manusia sebagai penerus hidup harus diawasi, bahwa hidup diakhirkan
dengan kematian. Jadi arwah manusia akan diangkut kea lam baka dengan kendaraan
khusus kuda.

11. Rote Ndao


Kain Rote biasanya ditenun dalam bentuk selimut untuk digunakan laki-laki dan sarung
untuk perempuan. Proses pembuatan kain tenun di Rote yang termasuk daerah Nusa
Tenggara Timur (NTT) ini bisa berbulan-bulan bahkan ada yang memakan waktu hingga
1 tahun. Menurut sejarah, fungsi kain tenun bagi masyarakat Pulau Rote adalah untuk
upacara adat dan digunakan sebagai upeti. Pengrajin tenun rote membuat motif pada kain
tenunan umumnya, motif yang dibuat tersebut terinspirasi dari mata pencaharian dan
kepercayaan agama masyarakat setempat.
1. Motif Lafa Langgak. Merupakan ciri khas seluruh tenun Rote yang berupa kepala
selimut yang berupa lambang kombinasi dari lilin dan salib. Makna yang
berhubungan dengan kepercayaan agama yang banyak dianut masyarakat lokal.

2. Motif Henak Anan. Bermakna anak pandan

3. Motif Ngganggu Dok. Menggambarkan daun kangkung dan daun daun kecil lain
yang biasanya menjadi makanan belalang.

12. TTS
Corak tenun TTS dibagi dalam tiga kelompok suku besar dan asli, yakni Amanuban,
Amanatun, dan Mollo. Umumnya, ketiga motif itu diaplikasikan ke hasil tenun yang
berupa selendang, sarung, dan selimut. Ketiga hasil tenun itu dipakai untuk tujuan
berbeda. Selendang misalnya. Kain tenun selndang biasanya diberikan kepada pendatang
sebagai ucapan selamat datang. Sarung biasanya digunakan para ibu. Sementara itu,
selimut dikenakan kaum pria dewasa.

Motif tenun TTS memiliki makna penyelematan dan kerja sama antara kerajaan-kerajaan
di Timor dan Sunda. Pasalnya, pada sekitar tahun 1.300-an, kerajaan di Timor,
khususnya kerajaan Amanatun menjalin kerja sama dengan Raja Mangkubumi terkait
jual beli hasil bumi, seperti rempah-rempah, lilin, Cendana dan gaharu. Sementara warna
merah dan putih dalam tenun tersebut melambangkan Bendera merah putih. Warna
merah dan putih disebut sebagai warna pemersatu kerajaan di Nusantara.

13. Manggarai Timur


memiliki tiga motif kain tenun sulam atau songke. Ketiga motif itu adalah motif Jok
Lamba Leda, Congkar dan Rembong. Warna dasar motif Manggarai Timur tersebut
adalah hitam. Namun, seiring perkembangan zaman, warna lain juga bisa digunakan
sebagai warna dasar tenun sulam Manggarai Timur.

Tampak depan dari motif manggarai timur Tampak belakang motif manggarai timur

(1)Jok: melambangkan rumah gendang atau rumah adat Manggarai Timur; (2)Wela
Runus: salah satu bunga berukuran kecil yang tumbuh di Manggarai Timur. (3)Wela
Ngkaweng: Salah satu bunga berukuran agak besar yang memiliki keunikan: satu
kuntum bunga terdiri atas beragam warna.(4) Mata Manuk: melambangkan mata Tuhan.
Berbentuk ruit. (5) Titian: melambangkan jembatan atau penghubung. (6) Sui/garis
pembatas: melambangkan kehidupan masyarakat Manggarai Timur yang dibatasi oleh
aturan adat-istiadat. (7) Natas/Punca: selalu berada di bagian depan sarung jok Lamba
Leda yang melambangkan bahwa natas (halaman kampung) selalu berada di tengah-
tengah kampung dan berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak.
14. Sabu Raijua

Jenis kain sabu yang paling terkenal adalah si hawu atau sarung, higi huri atau selimut,
dan naleda alias selendang. Ketentuan memakai kain tenun di kampung adat tersebut
bertujuan untuk menghormati adat istiadat setempat. Motif tenun Sabu Raijua biasanya
terdiri atas tiga warna khas Astronesia yang digunakan. Ketiga warna tersebut dihasilkan
dari pewarna alam, warna biru atau hitam dari racikan nila, merah dari mengkudu,
sedangkan kuning berasal dari kunyit. Motif kain Sabu Raijua umumnya berupa motif
geometris, juga flora dan fauna. Corak tersebut disusun berderet dalam jalur teratur
dalam lembaran kain yang indah. Cara mengenakan kain tenun Sabu Raijua sangat
sederhana. Pertama, kain diikat di pinggang, lalu sisanya dilipat ke depan
denganmemperlihatkan motif ikatan. Untuk pakaian malam, masyarakat setempat
biasanya menambahkan naleda atau selendang yang kedua ujungnya menggantung di
depan.

15. Sumba Barat

Kain tenun sumba memiliki dua jenis, yaitu hinggi dan lau. Kain tenun khas Sumba
Barat memang banyak menggunakan gambar hewan dengan filosofinya masing-masing.
Beberapa karakter yang kerap digunakan seperti kura-kura (simbol kesetiaan), buaya
(simbol keperkasaan pria), kuda (simbol kekuatan dan kejantanan), dan ayam (simbol
perempuan yang sudah berumah tangga).

16. Sumba Barat Daya


Kain tenunan sumba barat daya kebanyakan menggunakan corak ragam mamuli, yaitu
simbol kemurnian dan kesuburan, gambar uma kalada atau ruma besar khas bangunan
tradisional dengan atap menara.
Ada pun gambar-gambar lain yang digunakan misalnya belah ketupat yang
melambangkan isi rumah juga garis sulur, titik-titik membentuk komposisi belah ketupat
dan bunga enam kelopak yang disebut bunga keris.

17. Sumbah Tengah


Kain tenunan sumba barat daya kebanyakan menggunakan corak ragam ayam dan kuda.
Motif kuda menggambarka kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda
merupakan simbol harga diri dari masyarakat sumba. Sedangkan makna dari motif ayam
yaitu Ada sebuah wejangan atau nasihat bagi perempuan sumba yang hendak menikah
dalam bahasa sastra adat Sumba, yaitu: “ambu ma rombanya na kurunggu panni manu,
na uta uhu wei” artinya jangan melupakan menir makanan ayam, dedak makanan babi.
Hal ini melambangkan pekerjaan utama perempuan sumba adalah memelihara ayam dan
babi untuk kebutuhan hidup. Simbol Ayam melambangkan “Kesadaran” artinya ayam
selalu berkokok menjelang matahari terbit dan membangunkan manusia di pagi hari.
Selain itu juga sebagai simbol “Kejantanan”, “tanda kehidupan”, dan “pemimpin yang
bersifat melindungi”

18. Sumbah Timur


Beberapa motif tenun ikat yang ada di Sumba Timur yaitu motif burung kaka tua, rusa
(ruhha), mahang, kandu ndoku, burung merpati, ayam, kuda, kura-kura, buaya, udang,
mamuli, habak atau patolaratu, patulakamba, patolaindiah, dan patolabunga. Motif yang
terdapat dalam sarung dan kain memiliki makna yang berbeda-beda. Berikut beberapa
contoh motif yang terdapat dalam tenun ikat sumba timur.
1. Motif Kuda
menggambarkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda adalah
simbol harga diri bagi masyarakat Sumba.

2. Motif Patola kamba


Corak Patola kamba adalah bentuk corak geometris sambung menyambung, kait
mengait, simetris serasi dan indah. Ditempatkan pada bagian tengah panjang kain
tenunan. Kain bercorak patola kamba atau patuala Ratu dahulu hanya boleh digunakan
oleh seorang ratu, dimasa kini patuala ratu dipakai oleh para imam yang mengemban
tugas pada upacara kematian dan kaum bangsawan. Kain Patuala Ratu menempati
posisi yang paling tinggi dalam kematian jika dibandingkan dengan kain corak
lainnya. Melambangkan hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan serta
menuntun masyarakat adat untuk berperilaku sesuai tatanan nilai dan keyakinan yang
dianut.

Motif mamuli
Didalam keseluruhan motif patola kamba terdapat simbol Mamuli. Mamuli dianggap
sebagai simbol untuk menghormati kedudukan wanita. Motif ini menjadi lambang
wanita (feminin) dengan bentuknya yang menyerupai rahim. Mamuli merupakan
perhiasan penting dalam adat Sumba timur. Biasa diberikan oleh pihak laki-laki
kepada perempuan saat melamar. Mamuli sendiri merupakan simbol rahim wanita,
sebagai tanda kesuburan.

3. Motif Ayam (Manu)

Ada sebuah wejangan atau nasihat bagi perempuan sumba yang hendak menikah
dalam bahasa sastra adat Sumba, yaitu: “ambu ma rombanya na kurunggu panni
manu, na uta uhu wei” artinya jangan melupakan menir makanan ayam, dedak
makanan babi. Hal ini melambangkan pekerjaan utama perempuan sumba adalah
memelihara ayam dan babi untuk kebutuhan hidup. Simbol Ayam melambangkan
“Kesadaran” artinya ayam selalu berkokok menjelang matahari terbit dan
membangunkan manusia di pagi hari. Selain itu juga sebagai simbol “Kejantanan”,
“tanda kehidupan”, dan “pemimpin yang bersifat melindungi”
4. Motif Kupu-Kupu, Bunga, Ayam, Kuda
Motif kupu-kupu merupakan simbol nasehat bahwa manusia memerlukan persiapan
materi atau modal untuk kesehatan jasmani di dunia. “Na mataka, habaku artinya
datangnya tiba-tiba, tidak direncanakan.

Motif bunga dedap (kahiru) Karihu diambil dari kata Wala Karihu atau bunga dedap
berwarna merah. Karihu juga adalah nama sejenis ular berwarna merah yang hidup
dalam air dan jarang dilihat karena jika bertemu dengan binatang lain, karihu akan
selalu menghindar. Warna merah mengandung makna simbol Perempuan/wanita.
Corak ini selalu ditempatkan pada jalur tengah panjang kain yaitu jalur kehormatan,
yang dijunjung, disembah. Karihu merupakan simbol ungkapan keibuan dari yang
Ilahi.
5. Motif Kuda, Ayam, Udang

Udang adalah binatang yang hidup di air dan memiliki kebiasaan berjalan beriring-
iringan dan sifat ini menarik perhatian alam pikiran orang Sumba timur seperti
terungkap dalam sastra adat : Kura Angu Kudu, Karongu Angu Londa artinya Udang
kawan berpundak, Kepiting teman bergandeng. Ungkapan ini melambangkan
persaudaraan, persatuan dan kekuatan. Corak Udang juga melambangkan kepercayaan
leluhur orang Sumba bahwa di balik kematian ada kehidupan baru atau pengharapan
akan hidup kekal atau ada perubahan kehidupan yang berbeda dari kehidupan
sekarang. Hal ini terungkap dalam bahasa sastra adat yaitu Njulu La Kura Luku,
Halubu La Mandu Mara artinya Menjelma Seperti Udang, Mengelupas Seperti Ular
Darat. Dalam bahasa Adat, kata Udang selalu digandeng dengan kata Kepiting karena
kalau kepiting jika berjalan mirip dengan Udang selalu beriring-iringan. Corak Udang
dan Kepiting juga melambangkan Pemimpin yang sikap dan perilakunya matang atau
dewasa, terungkap dalam bahasa sastra adat : Kura Miti Ndolu, Karungu Rara Kaba
artinya Udang Hitam Jepitan, Kepiting Merah Kulit/Tempurung.
6. Motif Singa

Corak Singa merupakan pengaruh gaya Renaissance di Eropa dari masa Raja Hendry
III pada pertengahan abad XVI, masuk ke Indonesia melalui kebudayaan Hindu.
Ungkapan tentang Singa (Mahang) dalam bahasa sastra adat Sumba, tidak ditemukan,
hal ini membuktikan di Sumba Timur, Sumba umumnya tidak terdapat Singa.
Dijadikan corak dalam tenun ikat Sumba Timur, menunjukkan bahwa sekak dahulu
masyarakat sumba telah mengenal hubungan dengan dunia luar. Corak atau bentuk ini
ditiru dari gambar pada uang Belanda dalam bahasa sastra Sumba disebut Mahang
Appa Uki.
19. TTU

Motif yang kerap digunakan dalam membuat kain, biasanya tidak jauh dari kehidupan
manusia dan alam. Contohnya menggunakan gambar manusia, yang menunjukan
peradaban dan interaksi sosial, atau hakikat manusia itu sendiri. Ada juga yang
bergambar burung, sebagai penjelmaan manusia yang sudah meninggal dunia. Orang
dawan mempercayai hal ini, bahwa mereka yang telah meninggal akan menjelma
menjadi burung. Burung yang dimaksud adalah penggambaran dunia atas. Selain motif
burung terdapat juga motif yang bergambar buaya, dan tumbuhan seperti bunga. Motif
buaya merupakan wujud dari pemilik dunia bawah. Kepercayaan suku dawan di
kabupaten TTU, terhadap buaya sebagaimana masih berkaitan erat dengan asal-usul
pulau timor.

20. Kabupaten Kupang


Sumber ide atau inspirasi yang tertuang pada tenun ikat kabupaten kupang berasal dari
cerita legenda masyarakat serta berasal dari flora dan fauna yang ada pada masa
kerajaan. Makna disetiap ragam hias tenun ikat kabupaten kupang yaitu.
A. Ragam hias geometris
1) Kaimanfafa
Motif kaimanfafa dahulu kala hanya dipakai oleh raja di kabupaten kupang, seiring
dengan perkembangan zaman siapapun boleh memakainya.

Motif kaimanfafa artinya bergandengan tangan, motif ini menggambarkan dahulu


kala raja Amarasi senang bekerja sama dan berteman dengan kerajaanlainnya. Hal
ini ditunjukan dengan adanya kerjasama antara kerajaan amarasi dengankerajaan di
pulau Timor seperti kerajaan di Soe.

2) Motif neo riu


motif yang dipakai oleh masyarakat biasa. Motif ini menceritakan bahwa pada
masa penjajahan masyarakat di kabupaten kupang mengalahkan banyak musuh dan
membuang mayat musuh-musuhnya di sungai yang berkelok. Sungai tersebut
terletak di sekitar kerajaan Amarasi. Berdasarkan cerita tersebut munculah motif
Noe Riu yang artinya sungai berkelok.
B. Ragam Hias Flora
1) Kret no Tenu
Pada zaman kerajaan di kabupaten kupang motif Kret No Tenu digunakan oleh
bidan atau dukun bersalin kerajaan, diceritakan bahwa apabila bidan atau dukun
bersalin menggunakan tenun ikat Kret no Tenu masyarakat dan warga kerajaan
mengetahui bahwa ratu atau permasuri akan melahirkan. Hal ini menunjukan
bahwa arti dari motif Kret No Tenu adalah bidan atau dukun bersalin.

2) Esi
Motif Esi berarti daun ubi. Pada zaman kerajaan di kabupaten kupang banyak daun
ubi yang tumbuh di sekitar kerajaan. Hal ini yang menginspirasiuntuk menuangkan
motif daun ubi sebagai motif untuk kain tenun ikat kabupaten kupang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembuatan karya tenun ikat membutuhkan waktu yang lama dan
proses yang sangat rumit. Namun bagi kita sebagai seorang pelajar harus tahu
cara dan proses pembuatan bila perlu harus belajar agar kita sebagai generasi
penerus yang dapat melanjutkan karya tenun ikat
Berbagai macam motif yang dihasilkan dari kerajinan tenun tersebut dan
juga berbagai daerah yang memproduksinya. Dari berbagai daerah memiliki
keunikan dan keragaman tersendiri atau tradisi suatu daerah tersebut.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pelajaran dan pengetahuan bagi
kita semua terutama kita para pelajar agar terus melestarikan budaya yang sudah
ditinggalkan nenek moyang kita terutama tenun ikat.
Daftar Pustaka

http://makalah.tenun.ikat.ntt.minggu13februari2022

https://katalog.ukdw.ac.id/1017/2/21101430_bab1_bab5.pdf. minggu13februari 2022

https://tripsumba.com/budaya/baju-adat-sumba/minggu13februari2022

https://www.suara.com/lifestyle/2020/08/17/112940/makna-pakaian-adat-timor-tengah-
selatan-ntt-yang-dikenakan-presiden-jokowi.minggu13februari2022

Anda mungkin juga menyukai