Anda di halaman 1dari 9

Kain August 29

Tenun NTT
2015

Disusun oleh:

Ahmaddanisa Nur Afifah S (03)


M. Zulvian Basyahril (14)
Putri Defani Puspita Apriyanti (19)
Rihandhita Shinta Meiliana (22)
Sherly Puspitasari (29)

Tugas Prakarya kelas X MIA 8


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kain
Tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ponco W. Ningtyas, S.pd. selaku Guru
mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kain tenun NTT. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Tuban, 29 Agustus 2015

Penyusun
Daftar Isi
1. Cover…………………………………………………………………………………………… 00
2. Kata pengantar………………………………………………………………………………….. 01
3. Daftar isi………………………………………………………………………………………... 02
4. Bab I pendahuluan
A. Latar belakang…………………………………………………………………………. 03
B. Sejarah…………………………………………………………………………………. 03
5. Bab II isi
A. Pengertian……………………………………………………………………………… 05
B. Jenis- jenis kain tenun NTT …………………………………………………………...05
C. Proses produksi…………………………………………………………………………05
D. Fungsi kain tenun NTT…………………………………………………………………06
E. Penyebaran kain tenun NTT …………………………………………………………...06
F. Contoh gambar kain tenun NTT……………………………………………………….. 07
6. Bab III
A. Penutup………………………………………………………………………………… 08
7. Daftar pustaka………………………………………………………………………………….. 08
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang penuh budaya dan kaya akan
keberagaman. Salah satunya ditandai dengan adanya cara berpakaian. Salah satu hal yang paling
berpengaruh terhadap cara berpakaian ialah bahan dasar berpakaian. Jika di masyarakat Jawa terdapat
batik maka di masyarakat lainnya khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur terdapat kain tenun.
Tiap wilayah dan suku masing-masing mempunyai keunikan yang khusus dibanding dengan daerah
lainnya, contohnya seperti menampilkan legenda, mitos dan hewan masing-masing daerah. Ada juga
yang bertujuan untuk menggambarkan penghayatan akan karya Tuhan yang besar.

Kain Tenun NTT adalah kain yang dibuat dari proses menenun oleh masyarakat Nusa Tenggara
Timur. Tenun sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukkan benang pakan
secara horizontal pada benang-benang lungsi, biasanya telah diikat terlebih dulu dan sudah dicelupkan
ke pewarna alami atau sintetis. Selain beragam motifnya, proses pembuatannya pun tak sembarangan,
yaitu melalui proses ritual (doa sakral). Kain tenun NTT bukan sekadar kain biasa, melainkan juga
memiliki jiwa.

Terdapat jenis kain tenun yang tidak bisa sembarangan dipakai. Kain itu hanya dibuat oleh
kalangan tertentu, seperti keluarga tetua adat (mosalaki) karena pembuatan kain tenun ini dilakukan
secara rahasia dan disertai ritual khusus. Menenun seperti membuat keris di Jawa yang mengkaitkan
kekuatan supranatural dari roh-roh leluhur akan menjiwai kain tenun.

Ada ungkapan dalam bahasa Sikka, Ami nulung lobe. Naha utang wawa buku ubeng. Naha utang
merah blanu, blekot (Kami tidak memakai sarung murahan, harus sarung dari dasar tempat simpan,
harus sarung yang merah, mantap, dan bermutu). Ungkapan itu mengandung pengertian, sarung yang
dikenakan seorang perempuan menunjukkan kepribadian pemakainya. Sarung yang dipakai bukan
sarung biasa. Ini menunjukkan pemakainya bukan sembarangan, melainkan orang berwibawa,
bermutu, dan berkepribadian baik.

Kain adat mempunyai banyak fungsi penggunaan di masyarakat, meski tiap daerah ada
penggunaan khusus di tiap suku. Fungsi dari Kain Tenun NTT yaitu sebagai busana untuk
penggunaan sehari-hari dan mentupi badan. Sebagai busana dalam tari adat dan upacara adat. Sebagai
mahar dalam perkawinan dalam bahasa daerah disebut sebagai “belis” nikah. Sebagai pemberian
dalam acara kematian dan sebagai wujud penghargaan. Sebagai penunjuk status sosial. Sebagai alat
untuk membayar hukuman jika terjadi ketidakseimbangan. Sebagai alat barter atau transaksi. Sebagai
bentuk cerita mengenai mitos dan cerita-cerita yang tergambar pada motif-motifnya. Sebagai bentuk
penghargaan bagi tamu yang datang berkunjung.

Hampir semua daerah di NTT memiliki kerajinan tenun. Terdapat tiga sebutan untuk tenun NTT yaitu
tenun ikat, tenun buna, dan tenun lotis. Cara menenunnya sama, hanya istilah penyebutannya yang
berbeda, biasanya sesuai daerah asal dan motif yang ditenun. Tenun ikat, cara pembuatan yang
pembuatan motifnya dengan cara pengikatan benang. Pada daerah lain yang diikat ialah benang
pakannya maka pada kain tenun di NTT dibuat dengan cara kain lungsi yang diikatkan. Tenun ini
tersebar di seluruh wilayah NTT kecuali Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Ngada.

B. SEJARAH

Masyarakat NTT diperkirakan telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Banyak ahli memperkirakan
bahwa nenek moyang masyarakat NTT berasal dari ras yang beragam antara lain Astromelanesoid
dan Mongoloid. Terdapat juga beberapa penemuan fossil yang menunjukan bahwa masyarakat NTT
ada juga yang berasal dari ras Negroid dan Eropoid. Kerajaan pertama yang berkembang diperkirakan
berkembang pada abad 3 M. Sejak lahirnya kerajaan tersebut diperkirakan masyarakat telah mengenal
adanya seni budaya yang tinggi dan diapresiasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Salah
satu nya ialah kemampuan menenun. Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun
menurun demi menjaga agar tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam
hal corak dan motif. Tiap inidividu diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing
sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada
merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang
cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan bisa menenun menjadi indicator bai
seorang wanita untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indicator ialah mempunyai
ladang dan bisa bercocok tanam.
BAB II ISI

A. PENGERTIAN

Kain Tenun NTT adalah kain yang dibuat dari proses menenun oleh masyarakat Nusa Tenggara
Timur. Tenun sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukan
benang pakan secara horizontal pada benang-benanglungsin, biasanya telah diikat dahulu dan sudah
dicelupkan ke pewarna alami. Pewarna alami tersebut biasanya dibuat dari akar-akar pohon dan ada
pula yang menggunakan dedaunan.

B. JENIS- JENIS KAIN TENUN NTT

1) Tenun Ikat ; disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan
benang. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka
benang pakannya yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan
motif maka benang yang diikat adalah benang Lungsi.
2) Tenun Buna ; istilah daerah setempat (Timor Tengah Utara) “tenunan buna” yang
maksudnya menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan
benang yang terlebih dahulu telah diwarnai.
3) Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; Disebut juga tenun Sotis atau tenun Songket, dimana proses
pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang
telah diwarnai.

C. PROSES PRODUKSI

Menenun dilakukan wanita dengan dua tujuan, yang pertama sebagai sumber utama mata
pencaharian dan sebagai pengisi waktu setelah selesai bekerja di ladang. Langkah pertama yang
dilakukan sebelum menenun ialah menyiapkan benang yang hendak dipakai. Kapas dipintal dengan
alat tradisional, masyarakat tidak menggunakan benang konvensional yang ada di pasaran. Kapas
diambil dari pohon kapas yang ada di kebun warga. Hasil dari pemintalan biasanya tidak terlalu halus
dan dan berakibat hasil yang tidak simetris pada corak tenun. Meski begitu hal itu yang menyebabkan
keunikan tiap tenun sebab tidak ada tenun yang identik sama. Sesudah proses memintal selesai maka
dilanjutkan dengan pencelupan benang pada pewarna. Meski tidak semua proses pewarnaan dilakukan
ketika masih dalam bentuk benang namun pada umumnya pewarnaan dilakukan sebelum proses
menenun. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila
dan akar pohon “Ka’bo” untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit
dan daun “Menkude”. Setelah warna meresap dan dibiarkan mengering baru diikat pada mesin tenun
tradisional yang dalam bahasa setempat disebut “Lana Her’ru”. Tidak seperti pada tenunan yang
umum dijumpai di Indonesia dimana yang diikat pada mesin tenun ialah benang pakan, namun pada
tenunan Nusa Tenggara Timur yang diikat ialah benang lungsin. Benang pakan dimasukan secara
horizontal terhadap benang lungsin yang telah diikat secara vertical. Namun dibalik semua itu, yang
paling penting ialah proses bertapa dan mencari ilham dengan cara berdoa ke leluhur agar mendapat
motif dan corak yang hendak dipakai, selain itu dipercaya dengan berdoa sebelum dapat
memperlancar proses menenun dan menolak bala selama proses menenun dilakukan.

Dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna hitam,
coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat/ pengrajin dahulu selalu
memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses
pewarnaan benang, dan warna-warna motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon.

Untuk pencelupan/ pewarnaan benang, pengrajin tenun di Nusa Tenggara Timur telah
menggunakan zat warna kimia yang mempunyai keunggulan sepeti : proses pengerjaannya cepat,
tahan luntur, tahan sinar, dan tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna
yang dipakai tersebut antara lain : naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif.

Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam
proses pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan untuk ketahanan kolektif, minyak dengan zat
lilin dan lain-lain untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna.

D. FUNGSI KAIN TENUN NTT

1) Sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh.


2) Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
3) Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin)
4) Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian.
5) Fungsi hukum adat sbg denda adat utk mengembalikan keseimbangan sosial yang terganggu.
6) Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
7) Sebagai prestise dalam strata sosial masyarakat.
8) Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corak/ desain tertentu akan
melindungi mereka dari gangguan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
9) Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang (natoni)

E. PENTEBARAN KAIN TENUN NTT

1. Tenun Ikat ; penyebarannya hampir merata disemua Kabupaten di Nusa Tenggara Timur
kecuali Kabupaten Manggarai dan sebagian Kabupaten Ngada.
2. Tenun Buna ; Penyebarannya di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu dan
yang paling banyak adalah di Kabupaten Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; terdapat di Kabupaten/ Kota Kupang, Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba
Timur dan Sumba Barat.
Kain Tenun Motif BUNA

Kain Tenun Motif LOTIS/SOTIS

Kain Tenun Motif IKAT


Penutup
Segala puji bagi Allah pemilik mata air cinta yang tiada pernah kering karena dengan
aliran kasih sayangnya penulis bisa menyelesaikan tugas ini dengan kesabaran dan kebahagiaan.

Hasil tugas ini semoga bisa menambah wawasan dan ilmu penetahuan bagi pembaca
maupun Penulis.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya tugas ini dan penulisan tugas-tugas
lainnya di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga tugas ini berguna bagi penulis pada khususnya ,juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

Akhirnya tiada kata yang paling indah kecuali puji syukur alkhamdulillah pada pemilik kasih
sayang sempurna atas berjuta nikmat yang tercurah dan kita rasakan sampai saat ini .

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kain_tenun_NTT

http://fitinline.com/article/read/keunikan-kain-tenun-ntt

: https://krisbheda.wordpress.com/tag/kain-tenun-atau-tekstil-tradisional-dari-nusa-tenggara-timur-
secara-adat-dan-budaya-memiliki-banyak-fungsi-seperti-1-sebagai-busana-sehari-hari-untuk-
melindungi-dan-menutupi-tubuh-2-sebagai-busa/

Anda mungkin juga menyukai