Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Tenun
Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan cara menggabungkan
benang lungsi & pakan, secara memanjang dan melintang. Kain tenun biasanya terbuat
dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya. Benang yang dipasang memanjang atau
vertikal disebut benang lungsi, sedangkan benang yang melintang ialah benang pakan.

B. Jenis-jenis Tenunan
1. Tenunan Polos
Tenunan polos merupakan corak tenun yang paling sederhana, yaitu masing-
masing dengan sebuah benang lusi dan benang pakan naik turun bergantian dan
saling menyilang. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun polos dapat
menggunakan semua mesin berapapun jumlah gun atau kamrannya.

Gb.1 Tenunan polos


(Sumber: Mary E. Black, 1980: 39)
2. Tenunan Kepar
Benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti. Pada tenun
kepar titik pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya.
ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun kepar adalah yang memiliki
minimal 3 (tiga) gun/kamran.

Gb.2 Tenunan kepar


(Sumber: Anne Field, 1991: 91)
3. Tenunan Satin
Pada tenunan satin , titik temu antara benang lusi dan pakan dibuat sedikit
mungkin dan lagi pula titik temu harus dihamburkan dan dibuka terus menerus
sehingga seolah-olah hanya benang lusi saja atau benang pakan saja yang
mengapung di atas permukaan kain. Tenunan pada benang lusi dinamakan satin
pakan. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun satin adalah yang memiliki
minimal 5 (lima) gun/kamran.

Gb.3 Tenunan satin


(Sumber: Anne Field, 1991: 101)
C. Proses Pengerjaan Tenun Polos di ATBM
Berikut ini adalah beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
pembuatan kain Tenun:
1. MENGHANI
Menghani adalah tahapan awal pada proses pertenunan, yaitu proses pembuatan
helaian-helaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani.
Teknik pengerjaan menghani sebagai berikut:
 Membuat pola ukuran panjang lungsi pada alat hani, dengan mengikuti pola
kemudian benang diurai menjadi helaian-helaian.
 Membuat benang lungsi sesuai dengan panjang pola ukuran jumlah benang
lungsi, jangan lupa silangan pada benang lungsi
 Setiap 10 benang lungsi atau sesuai keinginan, benang lungsi diikat, untuk
memudahkan penghitungan benang lungsi
 Apabila benang lungsinya panjang, maka harus digulung dulu dengan cara
menjalin menjadi jalinan rantai agar tidak kusut kemudian lepaskan benang
lungsi dari alat hani

Gb.4 Memasang benang/ pekerjaan menghani


(Sumber: Anne Field, 1991: 52)
Gb.5 Menggulung benang
(Sumber: Mary E. Black, 1980: 23)
2. MEMASANG BENANG LUNGSI PADA BUM BENANG LUNGSI
Memasang benang lungsi pada alat tenun adalah memasang helaian-helaian
benang yang akan dijadikan benang lungsi pada Alat Tenun Bukan mesin pada
bum benang lungsi. Proses pengerjaannya sebagai berikut:
 Mengatur benang lungsi pada posisi kemudian membagi benang lungsi
menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama masing-masing bagian.
 Kemudian siapkan BUM BENANG LUNGSI, putarlah engkelnya sampai
semua tali terurai, kemudian tariklah ke atas dan letakkan kayu bentangan
yang ada pada rangkaian BUM BENANG LUNGSI dan letakkan pada rangka
ATBM
 Masukkan benang lungsi dari bagian tengah ke kanan, kemudian bagian
tengah ke kiri, jangan lupa diselingi tali-tali yang ada pada bentangan kayu,
untuk memilah-milah benang lungsi, sehingga posisi benang lungsi lebih rata
 Jangan lupa, pasang dua buah kayu, untuk membuat silangan benang
lungsinya, jangan sampai terlepas, posisi ini sangat menentukan dalam
pencucukan atau memasukkan benang lungsi pada mata gun dan sisir
 Rapikan benang lungsi, kemudian pisah-pisahkan benang lungsi melewati
raddle sesuai lebar tenunan
 Gulunglah benang lungsi pada BUM benang lungsi, sisakan panjang benang
lungsi sampai batas sisir (sisa benang lungsi dapat diikatkan pada kayu
bentang yang ada pada rangkaian BUM kain)

3. PENCUCUKAN PADA MATA GUN


Pencucukan adalah proses memasukkan benang benang lungsi ke mata gun sesuai
dengan corak tenun, proses pencucukannya sebagai berikut:
 Masukkan benang lungsi ke mata gun, mulailah dari tengah ke kanan atau
tengah kekiri atau sebaliknya
 Masukkan pada mata gun sesuai corak yang dibuat
 Setiap beberapa helai benang lungsi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil
pencucukan, agar benang lungsi tidak lepas, sampai seluruh benang lungsi
sudah masuk ke mata GUN sesuai pola pecucukan
 Masukkan benang lungsi satu persatu ke sisir, mulailah dari tengah ke kanan
kemudian tengah kekiri atau sebaliknya
Gb.6 Menyucuk pada gun
(Sumber: Mary E. Black, 1980: 38)
4. PENCUCUKAN PADA SISIR
Pencucukan adalah proses memasukkan benang benang lungsi ke sisir sesuai
dengan corak tenun, proses pencucukannya sebagai berikut:
 Masukkan satu persatu benang lungsi ke SISIR, mulailah dari tengah ke kanan
atau tengah kekiri atau sebaliknya
 Setiap beberapa helai benang lungsi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil
pencucukan, agar benang lungsi tidak lepas, sampai seluruh benang lungsi
sudah masuk ke SISIR sesuai pola pecucukan.

Gb.7 Menyucuk pada sisir


(Sumber: Anne Field, 1991: 59)
5. MENGIKAT BENANG LUNGSI PADA BUM KAIN
Mengikat benang lungsi pada bum kain dilakukan setelah benang lungsi dicucuk
melalui mata gun dan sisir. Proses pengikatannya sebagai berikut:
 Putarlah BUM kain. Sampai semua tali terurai
 Ikatlah benang lungsi pada bentangan kayu yang ada pada rangkaian BUM
kain
 Mulailah ikatan dari tengah, ke tepi kanan, tengah ke tepi kiri baru bagian-
bagian yang lain sampai semua benang lungsi terikat
 Ikatlah benang lungsi sedikit demi sedikit (misal setiap10 benang lungsi
kemudian di ikat) agar jarak antara ikatan satu dengan ikatannya tidak terlalu
longgar
 Usahakan ketegangannya sama
 Lakukan sampai semua benang lungsi terikat
6. PENYETELAN
 Berilah nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk memudahkan
dalan penenunan
 Cermati hasil pencucukan, apakah sudah benar
 Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2,
gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4
 Aturlah ketegangan ikatan benang lungsi, usahakan sama ketegangannya
 Siap menenun

7. MENENUN
 Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, sampai posisi susunan benang
lungsi sudah rata
 Ketika menenun usahan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar
tenunan dapat rata kanan dan kiri
 Sambungan benang usakahan maju dari tepi tenunan kira-kira 2-3 cm
 Memadatkan tenunan dengan sisir juga harus sama, kalau 2 kali ketukan juga
sebaiknya semua 2 kali ketukan, sehingga hasil kerapatan tenunan juga rata
 Tenun sesuai motif dan ukuran produk yang akan dibuat
 Kalau mulut benang lungsi sudah sempit, gulung hasil tenunan
 Tenun sampai mencapai ukuran yang dikehendaki

8. MELEPAS TENUNAN
 Kendorkan tenunan terlebih dahulu
 Potong benang lungsi, kalau bisa, sisakan benang lungsi pada cucukan GUN,
dengan cucukan sisa, masih dapat digunakan lagi
 Lepaskan hasil tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan benang lungsi
 Rapikan hasil tenunan, bagian rumbai dapat disimpul

Gb.8 Gunting bagian atas


Gb.9 Membuat Simpul

D. Alat dan Bahan Pengerjaan Tenun Polos di ATBM


Bahan yang di gunakan untuk menenun ada beragam. Berikut ini kita akan
membahas Bahan untuk menenun dan fungsinya sebagai apa :
1. Benang
a. Kapas
Kapas adalah bahan yang peling utama atau bahan dasar untuk membuat kain
tenun. Kapas yang nantinya akan di jadikan benang setelah di proses. Kapas
dihasilkan dari tanaman kapas yang hidup di cuaca tropis di Indonesia. Tumbuhan
kapas dapat di ambil seratnya. Serat itu akan di jemur dan di pisahkan dari biji-
biji menggunakan alat yang di sebut golong. Kemudian kapas di lembutkan agar
menggumpal pada saat di pintal menjadi benang. Kapas menghasilkan benang
kain.

Gb.10 Benang Katun


b. Kepompong Ulat Sutera
Kepompong sutra akan menghasilkan benang sutra dan benang emas. Benang ini
sangat lembut dan tergolong mahal harganya karena di hasilkan dari ulat sutra.
Kain songket menggunakan bahan dasar benang sutera atau benang emas.
Gb.11 Benang Sutera

c. Akar Serai Wangi


Akar serai wangi digunakan sebagai pengawet benang. Pengawet masih
menggunakan bahan yang alami misalnya akar serai wangi ini. Kualitas benang
jika menggunakan pengawet akar serangi sangat bagus dan tahan lama.

Gb.12 Akar Serai Wangi

2. Pewarna
Pewarna yang bagus adalah pewarna yang keluar alami. Banyak penenun yang
menggunakan pewarna alami sehingga hasilnya sangat indah warnanya. Berikut
ini adalah warna-warna alami yang di gunakan :
a. Merah = Mengkudu, Kulit Pohon Angsana, Kulit Pohon jati, Buah Manggis,
dan Kesumba
b. Hijau = Daun pandan, daun mangga, daun rumput putri malu
c. Kuning = Kunyit, Bunga Tembelekan, Bunga Matahari
d. Hitam = Tumbuhan Tatum, Jambu Mete, Buah Pinang
e. Biru = Bunga Telang, Daun Nila
f. Cokelat = Kulit Mengkudu, Buah Pinang, Buah Mundu
Bahan-bahan di atas adalah pewarna alami yang di gunakan untuk pewarnaan
pada benang. Bahan tersebut di tumbuh halus kemudian di beri air sedikit saja
dan di saring di ambil hanya sarinya. Setelah itu benang yang akan di berikan
warna di celupkan dan di rendam selama 24 jam hingga warna meresap. Jika
ingin mendapatkan warna yang sangat terang maka di lakukan pengulangan
hingga mendapatkan warna yang di inginkan.
3. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Alat ini di gunakan untuk mempermudah dalam proses penenunan. Terbuat
dari kayu yang di desain sedemikian rupa untuk memudahkan si penenun.
Penenun harus duduk dengan kaki selonjoran sejajar ke depan. Dengan alat ini
penenun dapat mudah menyusun benang-benang lungsi kemudian benang lain
akan di selip-selipkan hingga membentuk sebuah pola dan motif. Dibawah ini
adalah nama dan fungsi alat yang terdapat pada ATBM antara lain:

Gb.13 Alat Tenun Bukan Mesin


Bagian-bagian ATBM dan fungsinya :
1. Lade, funsinya sebagai tempat landasan teropong dan tempat sisir.
2. Laci, fungsinya sebagai ruangan untuk teropong sebelum dipukul oleh
picker.
3. Sisir tenun, fungsinya untuk mengatur lebar kain yang akan dibuat, untuk
merapatkan benang pakan yang telah diluncurkan dan untuk mengatur tetal
lusi.
4. Teropong, fungsinya untuk meluncurkan benang pakan dari kanan ke kiri
atau sebaliknya dan tempat palet.
5. Balok dada, fungsinya untuk pengantar jalannya kain yang telah terbentuk
dan agar kain tetap datar.
6. Gigi rachet, fungsinya sebagai alat untuk penggulungan kain secara manual.
7. Pemutar gigi rachet, fungsinya untuk memutarkan roda gigi rachet.
8. Boom kain, fungsinya untuk menggulung kain yang telah terbentuk agar
tidak terjadi penumpukan kain dan juga untuk menjaga ketegangan benang
lusi agar konstan.
9. Injakan, fungsinya untuk menurunkan dan menaikkan kamran pada saat
injakan diinjak, antara injakan dan kamran digunakan tali pengikat.
10. Rangka, fungsingya sebagai penopang bagian-bagian yang lainnya agar dapat
bekerja sesuai dengan kegunaannya.
11. Batang pemukul, fungsinya untuk menarik picker agar teropong terpukul dan
meluncur.
12. Mata gun, fungsinya untuk memasukkan benang lusi agar dapat naik turun
sesuai gerakan kamran.
13. Rol/kerek, fungsinya menghubungkan dua kamran yang bekerjanya saling
berlawanan,sehingga pada saat salah satu kamran naik maka kamran yang
lainnya akan turun.
14. Gun/kamran, fungsinya untuk menaikkan atau menurunkan kelompok
benang-benang lusi yang dicucuk dalam matagun agar terbentuk mulut lusi.
15. Balok pembesut, fungsinya untuk pengantar benang-benang lusi pada saat
penguluran.
16. Palet , fungsinya untuk temapt menggulung benang pakan yang terdapat pada
teropong
17. Boom lusi, fungsinya sebagai tempat digulungnya benang-benang lusi yang
akan ditenun pada proses pertenunan.
18. Piringan rem, fungsinya untuk landasan pengereman putaran boom lusi
19. Batang pengerem, fungsinya untuk mengerem atau melepaskan rem pada saat
penggulungan kain (secara manual)
20. Bandul, fungsinya untuk memberi beban pada batang pengerem sehingga
terjadi pengereman pada piringan pengerem.

Anda mungkin juga menyukai