Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fuad Anshory

NPM : 15050004

Group : 2B1

Pembuatan Kain Songket

Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik
pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui sisir
tenun dan hendle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh
benang sutra dan benang emas.

Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang
kapas atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan
bahan baku benang sutera berwarna putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand.
Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang
dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Palembang ini, merah. Namun, saat ini
penenun dari Palembang sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa
digunakan untuk tekstil.

Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam.
Teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari
pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu,
yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit.
Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran
cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Sedangkan untuk mencegah agar warna tidak
luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.

Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana. Penempatan
benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau vertikal disebut lusi,
benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan
kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Karena rumitnya proses bertenun ini, sehelai
kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun
dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau
bertani telah selesai.

Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai ada
tiga jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok. Untuk
mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung
kemudian ditenunkan di antara benang tadi.

Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah
rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun
yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat.
Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini
menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik. Dengan pembuatan dan
pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda.

Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik benang
di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan.
Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang
didatangkan dari Bangkok.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat songket, antara lain seperti alat tenun,
rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya. Dalam
pembuatan songket diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan terburu-
buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket biasanya
paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan. Waktu tersebut belum termasuk
membuat motif. Sehingga untuk membuat satu songket waktu diperlukan bisa satu bulan
setengah.

Proses persiapan pertenunan kain songket

Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang Sutera yang
masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu panjang
di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk selendang
60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170). Setelah benang kering maka akan dilakukan
proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki.

Proses pertenunan kain songket

Setelah proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan
waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Didalam proses penenunan ini benang lungsi sutera dimasukkan
kealat tenun melalui sisir tenun dan henddle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola
simetris dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan. Alat yang digunakan untuk
proses penenunan ini selain 1 (satu) set alat tenun, digunakan juga baliro yang digunakan untuk
menyentak benang di lusi dengan benang pakan. Benang pakan dimasukkan dengan
menggunakan alat yang bernama peleting. Sedangkan untuk mempermudah benang pakan
yang ada di peleting masuk ke lusi teropong didorong melewati benang lusi. Setelah benang di
peleting lewat, baik benang sutera maupun benang emas ataupun benang limar, maka
dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan beliro yang dibantu dengan sisir
tenun. Proses penenunan dimulai dari ujung kain, dilanjutkan sesuai dengan motif kain. Setiap
songket mempunyai tumpal kain. Tumpal kain biasanya diletakkan di bagian depan ketika kain
dipakai.

Selain songket yang dibuat dengan benang emas baru, songket juga dibuat dengan
benang emas cabutan. Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian
kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Proses cabutan adalah proses pemisahan benang
Emas dari songket lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan
lungsen lama yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang
emas yang sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang
dipisah dari kain yang lama, kemudian di rol dengan gulungan.

Biasanya, benang yang dipisahkan atau dicabut dari kain pakan dan lungsen mengalami
putus-putus menurut lekuk dari kain maka dilakukan proses penyambungan. Setelah dilakukan
penyambungan, benang emas digulung dengan pleting yang dimasukkan ke dalam teropong
(keduanya terbuat dari bambu) agar saat ditenun benang emas tidak terputus. Proses-proses
tersebut memakan waktu hingga 10 hari. Setelah proses pencabutan dan penggulungan,
benang emas mulai ditenun, yaitu memasukkan benang emas dan benang sutera sesuai
dengan motif.

Alat yang digunakan dinamakan Gedongan, terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan. Artinya bila ada satu saja bagian dari gedongan tersebut hilang maka gedongan
tersebut tidak akan berfungsi sebagai alat tenun. Alat tenun yang digunakan untuk membuat
kain songket Palembang sejak zaman dahulu tidak berubah-ubah.

Adapun nama-nama bagian dari alat tenun gedongan adalah sebagai berikut:

1. Cacak, merupakan tumpuan untuk meletakkan dayan. Terdiri dari dua buah tiang yang
berukir ataupun polosan.

2. Dayan, berupa sekeping papan tempat penggulung benang lungsing ( benang


emasnya ).

3. Apit, tempat menggulung benang.

4. Lampaut/por, penahan yang digunakan untuk menahan benag lungsing dan diletakkan
dipunggung penenun. Bila alat ini terlepas maka benang pakan yang telah disusun
dapat menjadi kendur, dibagian kanan dan kiri por diletakkan seutas tali yang
dihubungkan dengan apit.

5. Tumpuan, merupakan penahan kaki penenun.

6. Beliro, berfungsi sebagai penekan supaya benang pakan menjadi rapat. Bentuknya pipih
dengan panjang kurang dari 1 m.

7. Suri, berfungsi untuk menyisir benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat
sehingga hasil tenunan juga rapat.

8. Gulungan, untuk menahan keluar masuknya benang pakan.

9. Cucuk karap/nyincing, berfungsi untuk membuka benang agar benang lungsingnya tetap
kencang dan teratur jaraknya.

10. Pelipiran, berfungsi membantu membuat motif dengan cara membuka benang lungsing
sebelum dimasuki benang pakan.

11. Lidi/gun, berfungsi untuk membuat motif kain tenun, makin banyak motif yang dibuat
maka semakin banyak lidi yang diperlukan.
12. Pleting, adalah sepotong kayu dengan panjang kurang lebih 30 cm dengan bagian
tengah lebih lebar dan berfungsi sebagai tempat pleting yang sudah diisi gulungan
benang pakan.

13. Teropong/torak, terbuat dari bamboo dengan lubang ditengahnya berfungsi sebagai
tempat pleting yang sudah diisi dengan gulungan benang pakan. Pleting selanjutnya
dimasukkan kedalam teropong, panjang teropong ini kurang lebih 50 cm.

14. Penguluran/rogan, terbuat dari kayu dengan paku dikanan kirinya ada juga yang
diatasnya terbuat dari bambu. Berfungsi untuk meletakkan beliro dan pelipiran sewaktu
sipenenun sedang menyisir untuk meluruskan benang lungsing.

Harga songket agak tergolong mahal. Bahan baku pembuatan songket hampir
seluruhnya diimpor, hal ini membuat harga jenis kain tergolong mahal. Benang sutra dan
benang emas ini sejak dahulu diimpor dari China, Jepang, dan Thailand. Namun benang sutra
lokal dapat digunakan tetapi agak susah ditenun. Selain jenis bahan baku yang dipakai, harga
kain songket juga ditentukan oleh pola motif penuh atau motif tabur pada kain. Makin penuh
bermotif tentu harganya makin mahal. Tingkat kerapatan tenunan songket juga turut
memengaruhi harga.

Perawatan kain songket harus dilakukan dengan hati-hati. Kain songket tidak bisa
terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar
diperhatikan. Setelah dipakai kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian
digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau
ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya.

Tips Untuk Memelihara Songket Palembang

1. Kain songket sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon atau karton seperti
menyimpan tekstil modern tetapi kain songket hendaknya dilapisi dahulu dengan kertas
minyak, kertas roti atau kertas kopi. Jangan sekali-kali menggunakan kertas koran.

2. Kemudian kain dibungkus plastik disimpan dalam lemari dan diletakkan berdiri atau
miring.

3. Lemari penyimpanan di beri butir-butir lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau
ngengat.

4. Kain tidak boleh di dry clean atau di laundry jadi hanya diangin-anginkan.

Anda mungkin juga menyukai