Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG NAGA

Disusun oleh: Kelompok 3

Ketua : Alya Sastra

Anggota :

1. Alika Ahlam Athiya 6. Naira Putri Denisya

2. Alzena Shava Aqeela 7. Nayla Ramadhani

3. Ghassani Najma Ardelia 8. Priyanka Almira Gendis

4. Kayyasa Johaura Maheswari 9. Rania Savitri

SMP ISLAM AL AZHAR 36 BANDUNG

JL. PATUHA NO 36

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT,
karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Kania Wiraswati S.Pd
sebagai guru pembimbing kelompok 3 yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Hlm

COVER…………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2

1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Kampung Naga…………………........................................ 3

2.2 Jenis Kaulinan Barudak di Kampung Naga…………………………….. 4

2.3 Cara Bermain Kaulinan Barudak di Kampung Naga…………………... 5

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 6

3.2 Saran……………………………………………………………………. 6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… iv

LAMPIRAN…………..…………………………………………………… v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampung Naga adalah sebuah perkampungan tradisional Sunda yang


terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung ini merupakan suatu
perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam
memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.
Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi
mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari
pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.

Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari.


Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka
menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian
kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik
terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang
melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat ini.
Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah Sunda
pareum obor. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan. Hal ini
berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal
usul kampungnya. Masyarakat kampung naga menceritakan bahwa hal ini
disebabkan oleh terbakarnya arsip/sejarah mereka pada saat pembakaran kampung
naga oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo. Pada saat itu, DI/TII menginginkan
terciptanya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang saat itu lebih
mendukung Soekarno dan kurang simpatik dengan niat Organisasi tersebut. Oleh
karena itu, DI/TII yang tidak mendapatkan simpati warga Kampung Naga
membumihanguskan perkampungan tersebut pada tahun 1956.
Kaulinan yang artinya permainan, berasal dari kata ulin (main). Sedangkan
barudak memiliki arti anak-anak. Secara tradisi, permainan ini sudah ada sejak
zaman dahulu kala. Selain itu, yang paling menarik dari kaulinan Barudak Sunda
adalah penggunaan nyanyian berbahasa Sunda atau kakawihan di beberapa jenis
permainan. Akibat kemunculan game online, beberapa permainan tradisional anak
di Sunda semakin jarang dimainkan. Meski ada juga yang masih eksis, jumlahnya
pun tak seberap

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik Kampung Naga?


2. Apa saja jenis kaulinan barudak yang ada di Kampung Naga?
3. Bagaimana cara mermainkan kaulinan barudak yang ada di Kampung Naga?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik Kampung Naga.


2. Untuk mengetahui apa saja jenis kaulinan yang ada di Kampung Naga.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memainkan kaulinan barudak di
Kampung Naga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Kampung Naga

Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari.


Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka
menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian
kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik
terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang
melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat ini.

Rumah untuk tempat mereka tinggal terbuat dari bahan-bahan yang


didapatkan dari alam. Seperti nipah, dan ijuk, bisa juga menggunakan daun alang-
alang yang sudah kering untuk dijadikan atap. Lantai terbuat dari susunan bambu
maupun papan yang terbuat dari kayu. Rumah menghadap ke utara atau ke sebelah
selatan dengan memanjang ke arah barat atau timur.

Di dalam Kampung Naga terdapat satu masjid yang juga terbuat dari bahan-
bahan alami. Bangunan masjid dibangun di tengah-tengah kampung yang mana
langsung berhadapan dengan pintu gerbang utama kampung naga.

Terdapat tempat pertemuan atau biasa disebut dengan bale patemon yang
didalamnya terdapat banyak alat musik kesenian khas dari Kampung Naga seperti
Terbang Gembrung, Terbang Sejak dan Angklung.

Terdapat rumah pusaka atau bumi ageng yang mana jika kita datang kesana
maka kita tidak boleh mengambil gambar atau foto dirumah tersebut.

Bertani dan berternak merupakan mata pencaharian masyarakat Kampung


Naga. Masyarakat Kampung Naga menggunakan istilah Janli (Jan-Li) atau Januari-
Juli dalam menetapkan waktu menanam padi.
Masyarakat disana tidak menggunakan listrik untuk penerangan, akan tetapi
menggunakan lampu minyak. Hal ini bukan berarti masyarakat sana menolak akan
adanya perubahan zaman yang semakin canggih, tapi karna mereka lebih mencintai
dan melestarikan apa-apa yang sudah ada sejak dahulu. Dengan begitu masyarakat
jauh dari modernisasi. Walaupun mereka hidup masih dengan kearifan lokalnya,
justru hal ini yang membuat masyarakat disana menjadi harmonis. mereka tumbuh
dengan bersosialisasi tanpa harus memikirkan gadget.

2.2 Kaulinan Barudak di Kampung Naga

Kaulinan barudak di Kampung Naga sangat beragam, contohnya adalah


congklak dan engkle. Congklak dan engkle sering dimainkan oleh anak-anak yang
ada di Kampung Naga, karna permainan congklak dan engkle dapat mengasah
motorik anak.

A. Congklak

Congklak ada lah suatu


permainan tradision al yang dikenal dengan
berbagai macam nama di seluruh Indonesia.
Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang
kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan
juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.

B. Engkle
Engklek atau permainan jingkat-jingkat merupakan permainan anak-anak
tradisional. Permainan engklek biasanya dimainkan dengan dua sampai
lima orang peserta.

2.3 Cara Bermain Kaulinan Barudak di Kampung Naga

Permainan congklak dan engkle juga tentu mempunyai aturan untuk


bermain, sebagai berikut:

1. Cara bermain congklak

Cara bermain congklak di Kampung Naga sedikit berbeda dengan tempat


yang lain, dikarenakan di Kampung Naga tidak menggunakan dakon atau papan
congklak untuk bermainnya melainkan mereka membuat lubang di tanah untuk
bermain congklak. Di sana orang orang selalu memanfaatkan bahan yang ada di
sekitar mereka. Untuk menggantikan cangkang kerang yang digunakan sebagai biji
congklak, mereka menggunakan batu kerikil yang berasal dari sungai.

Cara bermainnya pemain pertama akan mengambil biji congklak yang


terdapat pada lubang kecil di hadapannya untuk diputarkan ke lubang
disampingnya dan harus dilakukan secara searah. Pemain yang mendapat giliran
bermain boleh mengambil biji congklak di lubang mana saja asalkan tidak
mengambil di lubang lawan.

2. Cara Bermain Engkle

Cara bermain engkle di Kampung Naga sama pada umumnya namun di


Kampung Naga mereka tidak menggunakan kapur untuk membuat garis,
dikarenakan mereka bermain di atas tanah, karena mereka bermain di atas tanah,
mereka membuat garis menggunakan kayu atau batu.

Cara bermainnya Gaco dilempar pada kotak pertama. Setelahnya, pemain


mulai melompat-lompat dengan satu kaki dari satu kotak ke kotak lain secara
berurutan, kecuali kotak tempat gaco. Kemudian, pemain kembali ke tempat asal
tetap dengan cara melompat dengan satu kaki, sambil mengambil gaco.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kaulinan Barudak adalah berbagai macam permainan tradisional yang


umumnya mengandung nilai kebudayaan. Kaulinan barudak congklak adalah suatu
permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh
Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai
biji congklak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan juga biji-bijian dari
tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Kaulinan barudak engklek atau permainan
jingkat-jingkat merupakan permainan anak-anak tradisional. Permainan engklek
biasanya dimainkan dengan dua sampai lima orang peserta.

3.2 Saran

Kita sebagai bangsa Indonesia harus membuat generasi selanjutnya mengenal


kaulinan barudak tradisional, agar kaulinan barudak tradisional tidak punah atau
tetap ada. Bagaimana caranya? Kita harus mengenalkan budaya kita atau kaulinan
yang dulu kita mainkan kepaada generasi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kampung_Naga

https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-kaulinan-barudak-sunda-
permainan-tradisional-anak-yang-kian-langka-1xZCz8hp6i6
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN

“Kaulinan barudak”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Profil Murid Al Azhar tema 3

Oleh :

Kelompok 3 Kelas 7A

Telah disetujui dan diperiksa sebagai makalah projek pada tanggal

Bandung, 23 Mei 2023

Menyetujui,

Fasilitator, Ketuakelompok,

Kania Wiraswati S.Pd. Alya Sastra

Anda mungkin juga menyukai