Anda di halaman 1dari 17

I.

Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki
Maslow.Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi
manusia untuk bertahan hidup.Manusia memiliki delapan macam
kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
(Mubarak, 2008).Termoregulasi tak efektif yaitu keadaan ini dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan
untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif karena faktor-
faktor eksternal tidak sesuai atau mengalami perubahan (Tamsuri,
2006).Salah satu efek dari tergangguanya termoregulasi adalah demam
atau hipertermi.Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak
mampu untuk mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas
yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang
berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-
20% dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolik, 11-12% dengan
penyakit lain (Avin, 2007).

Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37ºC, suhu tubuh dapat


diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan
panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang
bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal
dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau
menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit
atau setres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun
dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2008).
a. Asal Panas Pada Tubuh Manusia
a) Laju metabolisme basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
 BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
 Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umurdan jenis
kelamin.
 Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera,
demam, dan infeksi.
 Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolisme yang
dialami klien.
b) Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot.
Termasuk kontraksi otot akibat menggigil.
c) Peningkatan produksi tiroksin
 Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor
releasing.
 Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk
merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
 Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh
tubuh dan memproduksi panas.
d) Termogenesis kimia
Perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin
danepineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-
hormon ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di
jaringantubuh.Secara langsung norepineprin dan
epineprinmempengaruhi hati dan el-sel otot sehingga
meningkatkan aktifitas otot.
e) Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.

b. Sistem Pengaturan Suhu


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC.
Apabila pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah
melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point).
Tubuh manusia memiliki seperangkat system yang memungkinkan
tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu
tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam
tubuh, dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti cranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan
relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan (surface
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar
40oC. Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub
lingual, atau rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-
0,5oC daripada temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila
dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.

c. Perbedaan Suhu
USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0

 Hipotermi : suhu tubuh <36oC.


 Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
 Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
 Hipertermi : suhu tubuh >40oC

1.2 Fisiologi Sistem


Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus, Hipothalamus
ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak.
Terdapat dua hipothalamus, yaitu:
 Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas
 Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan
panas
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan
hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal, yaitu :
 berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin
 berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipothalamus itu
sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun
sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai
impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
 Termoreseptor perifer
Termoreseptor yang terletak dalam kulit ,mendeteksi perubahan suhu
kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi
tersebut ke hipotalamus
 Termoreseptor sentral
Termoreseptor ini terletak diantara hipotalamus anterior, medulla
spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga mendeteksi
perubahan suhu darah.
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas
secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Suhu
tubuh dihasilkan dari :
a. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)
b. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
(termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
c. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan
sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan
(growth hormone dan testosteron).
d. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine,
norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
e. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di
dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
b. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh dari fungsi
yang terganggu hingga lingkungan yang ekstrim. Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah
melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point).

Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan


tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan
suhu tubuh dalam keadaan konstan.Berdasarkan distribusi suhu di
dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis.Suhu ini biasanya dipertahankan
relatif konstan (sekitar 37°C).Selain itu, ada suhu permukaan
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
sub kutan, dan lemak.Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar
30°C sampai 40°C.

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu


tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi
panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau
prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh :

a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang
relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi
dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap
perubahan suhu lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari
30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu
menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi
dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal
(Whaley and Wong, 1995).

Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas.Rentang suhu normal turun


secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia.Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa
awal.Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca
dingin.Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia
terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran
mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah
jaringan*subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan
penurunan metabolisme.

b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas.Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu
tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat
meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas.
Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi
ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.Wanita
yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit.Hal tersebut karena
kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan
vasokontriksi (Bobak, 1993).
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode
24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada
manusia.Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan
4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul
18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.Penting diketahui,
pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam
hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari
pada lansia.

e. Stres
Stres fisik dan emosi menhngkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan
naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh
mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran
panas yang konduktif.Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh
suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

II. Rencana Asuhan Pasien Dengan Gangguan Termoregulasi


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Tempat
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan
tubuh.Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhkan
peralatan yang dipasang invasif tetapi dapat digunakan secara
intermitten. Tempat yang paling sering digunakan untuk
pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang
mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran
yang mana panas dari darah dialirkan ke termometer.
Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama setiap fase
demam.Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat
peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu
lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu
seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu
kulit dan observasi adanya mengiggil atau diaforesis.Menurut
Pontious et al yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), untuk
memastikan bacaan suhu yang akurat, tempat yang hendak
diukur harus diukur secara akurat. Variasi suhu yang
didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus
antara 36C dan 38C. Walaupun temuan riset dari banyak
penelitian didapati bertentangan; secara umum diterima bahwa
suhu rektal biasanya 0,5C lebih tinggi dari suhu oral dan suhu
aksila 0,5C lebih rendah dari suhu oral.

b. Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan
suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali
pakai.Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui dan
terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih.Tingkat
pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan
reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran
menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit.
Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi
skala dengan cara mngaktifkan tombol.
a) Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling
dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15.termometer
tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya
ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa.
Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya
ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir).
Ujung termometer oral langsing, sehingga memungkinkan
pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di
dalam mulut.Termometer oral biasanya memiliki ujung
berwarna biru.Termometer stubby biasanya lebih pendek
dan lebih gemuk dari pada jenis oral.Dapat digunakan
mengukur suhu dimana saja.Termometer rektar memiliki
ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma
terhadap jaringan rektal pada saat insersi.Termometer ini
biasanya di kenali dengan ujung yang berwarna
merah.Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah
pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-
kaca.Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah
harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia.
b) Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga
batere yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan
alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung
plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer
elektronik menggunakan alat seperti pensil.Probe tersendiri
yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal.Probe untuk
oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di
aksila.Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan
terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila
puncak pembacaan suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara
khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop
dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran
panas dari membran timpani.Dalam 2 sampai 5 detik dari
mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya
terlihat pada layar.Tanda bunyi terdengar saat puncak
bacaan suhu telah tercapai.
c) Termometer sekali pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal
berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan
sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut
terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang
mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna
pada perbedaan suhu.Digunakan untuk suhu oral dan aksila,
terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama
dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali.
Waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60
detik (Ericksonet al, 1996).Termometer di ambil dan dibaca
setelah sekitar 10 detik supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo
(patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau
abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang
berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk
mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik ; Data Fokus

Pemeriksaan fisik :
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai
perintah(2/4 jam)
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin, kering,
kemerahan, hangat, turgor menurun)
c. Tanda-tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah,
disertai dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea,
photopobia, lemah, letih, dll.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur (luka, sputum, urune, darah)
 Mengidentifikasi organism penyebab demam/radang.
 Untuk menentukan obat yang efektif.

b. Sel darah putih :


 Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
 Leucositosis ( 15.000 – 30.000)
c. Elektrolit serum :
 Ketidakseimbangan elektrolit  asidosis, perpindahan
cairan, perubahan fungsi ginjal.
d. Glukosa serum :
 Sebagai respon dari puasa  perubahan seluler dalam
metabolisme.
e. Urinalisis : bakteri penyebab infeksi.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Diagnosa 1 :Hipertermi berhubungan dengan penyakit

2.2.1 Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.
2.2.2 Batasan Karakteristik
 Kulit merah
 Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
 Frekuensi napas meningkat
 Kejang dan konvulsi
 Kulit teraba hangat
 Takikardia
 Takipnea
2.2.3 Faktor yang Berhubungan
 Dehidrasi
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk
berkeringat
 Pakaian yang tidak tepat
 Peningkatan laju metabolisme
 Obat atau anesthesia
 Terpajan pada lingkungan yang panas dalam waktu yang lama
 Aktivitas berlebihan

Diagnosa 2 :Hipotermia berhubungan dengan penuaan

2.2.4 Definisi
Suhu tubuh dibawah rentang normal

2.2.5 Batasan Karakteristik


 Kulit dingin
 Bantalan kuku sianosis
 Hipertensi
 Pucat
 Merinding
 Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
 Menggigil
 Pengisian ulang kapiler lambat
 Takikardia

2.2.6 Faktor yang Berhubungan


 Penuaan
 Konsumsi alcohol
 Kerusakan hipotalamus
 Penurunan laju metabolic
 Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk
menggigil
 Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
 Malnutrisi
 Obat-obatan yang menyebabkan vasodilatasi
 Terpajan lingkungan dingin atau kedinginan dalam waktu
lama

2.3 Perencanaan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x 24 jam
suhu tubuh dalam rentang normal.
Dengan Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
 Kulit tidak teraba hangat
 Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 –
140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda 1. Tanda-tanda vital merupakan
vital terutama suhu. acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien terutama
suhu tubuhnya
2. Beri pasien banyak 2. Dengan minum banyak air
minum air (1500-2000 diharapkan cairan yang hilang
cc/hari). dapat diganti
3. Beri pasien kompres air 3. Dengan kompres akan terjadi
hangat atau air dingin perpindahan panas secara
konduksi dan kompres hangat
akan mendilatasi pembuluh
darah
4. Beri selimut pendingin 4. Untuk mengurangi demam
umumnya lebih besar dari
39,5-400C dan untuk
mengurangi respon hipertermi
5. Pantau suhu 5. Suhu ruangan harus dirubah
lingkungan agar dapat membantu
mempertahankan suhu pasien
6. Pemberian oabt antibiotik unuk
6. Kolaborasi dalam mencegah infeksi pemberian
Pemberian obat obat antipiretik untuk
antipiretik dan antibiotik penurunan panas

2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….x 24 jam suhu


tubuh kembali dalam rentang normal.
Dengan Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
 Kulit tidak teraba dingin
 Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
 TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 –
140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital
terutama suhu. merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien terutama suhu
2. Atur suhu ruangan untuk tubuhnya
mempertahankan 2. Suhu ruangan harus diubah
kehangatan pasien agar dapat membantu
3. Selimuti kepala dan bagian mempertahankan suhu
tubuh pasien yang terbuka pasien
3. Melindungi pasien dari
pajanan udara dingin yang
4. Kolaborasi pemberian obat dapat memperparah kondisi
pasien
4. Mengurangi gejala penyakit
yang dirasakan pasien

III. Daftar Pustaka


1. Anas Tamsuri, (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit
Buku
Kedokteran.Jakarta : EGC
2. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Jakarta:Salemba Medika
3. Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil
NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta
4.Mubarak Wahid I, Nurul Chayati. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Editor
T.Heater Herdman, phD,RN. Jakarta. Penerbit Prima Medika
6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta

Banjarmasin, April 2017

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(………………………………….) (…………………………….)

Anda mungkin juga menyukai