Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

OLEH :
KELOMPOK 5

1. MUSTIKA AMALIA (019 SYE 17)


2. ALPIN PUTRA PRADANA (003 SYE 17)
3. RISHA MULYANA P (022 SYE 17)
4. YOGI EKA AZHARI (027 SYE 17)
5. ZAHRATUS SHOLIHAH (029 SYE 17)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D III
MATARAM
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.karena dengan rahmat
dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan Proposal Terapi Bermain Pada
Anak , yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Anak.
Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang telah membaca makalah ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

2.1 Terapi Bermain Origami ...................... Error! Bookmark not defined.

2.2 Preplaning Program Bermain .............. Error! Bookmark not defined.

BAB III ................................................................................................................. 15

PENUTUP ............................................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15

3.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah.Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di
rumah sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.pada
anak prsekolah memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman
hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak prasekolah yang
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan (Supartini, 2006).
Stressor utama Kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi
yaitu perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri (Wong et al,
2009).Kecemasan menimbulkan respon fisiologis dan respon psikologis
(Stuart 2006). Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama hospitalisasi
jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan anak.
Proses kesembuhan terhambat karena anak yang mengalami kecemasan akan
menolak perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif).
Anak yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha untuk
menolak makan, minum, dan sulit tidur, sehingga akan membuat kondisi anak
menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus menerus dapat mengakibatkan
tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan pada seluruh
tubuh termasuk menurunkan kemampuan sistem imun (Putra, 2011).
Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah
yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih
kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau
menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi
bermain.Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk
menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2009).
Tugas perkembangan yang paling menonjol pada anak prasekolah
yaitu perkembangan motorik halus. Menurut Kobayashi(2008), terapi

4
bermain yang sesuai dengan tugas perkembangan anak prasekolah yaitu
permainan melipat kertas (origami). Bermain origami adalah kegiatan melipat
kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan
sambil berfikir.
Menurut keterangan beberapa orang tua pasien di ruang perawatan
anak RSUD Provinsi NTB anak menunjukkan tanda dan gejala kecemasan
seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal orang tua, sering
bangun tengah malam, nafsu makan menurun dan takut jika didekati petugas.
RSUD Provinsi NTB telah melakukan upaya mengurangi stressor selama
hospitalisasi seperti memodifikasi ruang Kemuning dengan mewarnai tembok
ruangan dengan bermacam-macam warna dan gambar, dan juga
membolehkan anak ditemani oleh satu orang anggota keluarganya, namun
ruangan perawatan anak ini tidak memiliki ruang bermain sebagai tempat
bermain anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sa’diah (2014),
pemberian terapi bermain origami pada pasien anak prasekolah yang dirawat
di rumah sakit memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak, sekaligus merangsang kreativitas anak. Terapi bermain
origami memberikan kesempatan pada anak untuk membuat berbagai bentuk
dari hasil melipat kertas dan pada usia ini, anak akan merasa bangga dengan
sesuatu yang telah dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori tahap
perkembangan psikososial anak prasekolah yang mengemukakan bahwa anak
prasekolah mulai mengembangkan keinginannya dengan cara mengeksplorasi
lingkungan sekitar. Anak juga akan merasa puas dan bangga dengan
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Perasaan bangga membantu anak meningkatkan peran dirinya selama
menjalani proses hospitalisasi sehingga perasaan hilang kendali karena
pembatasan aktivitas pada anak dapat diatasi/dihilangkan. Jika stressor
kecemasan berupa kehilangan kendali dapat diatasi maka tingkat kecemasan
pada anak dapat menurun.
Terapi bermain origami yang diberikan pada anak prasekolah yang
dirawat di rumah sakit akan memberikan perasaan senang dan nyaman.

5
Menurut Aguilera-Perez & Whetsell dalam Sa’diah (2014) menyatakan
bahwa anak yang merasa nyaman saat menjalani rawat inap akan membuat
anak dapat beradaptasi terhadap stressor kecemasan selama hospitalisasi
seperti perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman seper-
mainan. Jika stressor kecemasan berupa perpisahan dapat diatasi maka tingkat
kecemasan pada anak dapat menurun.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 5 tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan media origami pada anak usia prasekolah di Ruang
Nanggu RSUD Provinsi NTB.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Terapi Bermain Origami
1. Pengertian bermain Origami
Origami, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti
“kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah
seni lipat yang berasal dari Jepang.Bahan yang digunakan adalah
kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi.Sebuah hasil origami
merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada
pandangan (Pamadi, 2009).
Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami adalah
sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana
bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan
yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan
proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar
serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu,
berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak
memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami
yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak
belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai
usia prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki
pendidikan formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat
yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Selain
mengembangkan kreativitas bermain origami juga mampu

7
menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman
anak. Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan hormon endorphin. Peningkatan endorphin dapat
mempengaruhi suasana hati dan dapat menurunkan kecemasan pasien
(Sa’diah et al, 2014).
Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan
hormon yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini
menyebabkan otot menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar
oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien cenderung
mengantuk dan dapat beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga
memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan
dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang
sehat dan nyaman.Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh juga
mengeluarkan GABA dan Enkephalin.Zat-zat ini dapat menimbulkan
efek analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat
dikurangi atau dihilangkan.Jika stressor kecemasan yang dialami anak
prasekolah dapat diatasi maka kecemasan yang dialami anak dapat
menurun.
1. Sasaran dan Lokasi Kegiatan
a. Sasaran : Anak usia prasekolah (4-6 tahun)
b. Lokasi Kegiatan : Ruang Nanggu RSUD Pronvinsi NTB
2. Tujuan/Kegunaan Kegiatan
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat
sakit
b. Mengurangi atau menghilangkan stressor atau kecemasan
selama hospitalisasi
c. Mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak
d. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide-ide anak

3. Alat dan Bahan


a. Kertas lipat

8
b. Balon
c. Accessories
d. Makanan ringan
4. Materi dan Metode Pelaksanaan
a. Materi Origami
Origami, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang
berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang
berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern.
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari
Jepang.Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang
biasanya berbentuk persegi.Sebuah hasil origami merupakan
suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada
pandangan (Pamadi, 2009).
Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami
adalah sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana
bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya
manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan
yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan
dan proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk
tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang
diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan
sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga
membantu anak memperluas ladang imajinasi mereka
dengan bentukan origami yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak
belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai

9
usia prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki
pendidikan formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat
yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Selain
mengembangkan kreativitas bermain origami juga mampu
menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman
anak. Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan hormon endorphin. Peningkatan endorphin dapat
mempengaruhi suasana hati dan dapat menurunkan kecemasan pasien
(Sa’diah et al, 2014).
Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan
hormon yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini
menyebabkan otot menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar
oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien cenderung
mengantuk dan dapat beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga
memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan
dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang
sehat dan nyaman.Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh juga
mengeluarkan GABA dan Enkephalin.Zat-zat ini dapat menimbulkan
efek analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat
dikurangi atau dihilangkan.Jika stressor kecemasan yang dialami anak
prasekolah dapat diatasi maka kecemasan yang dialami anak dapat
menurun.
b. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung
dengan rancangan permainan melipat keertas origami.Setiap anak
diberikan 1-3 kertas origami dengan warna yang berbeda, kemudian
leader dan co leader memimpin jalannya permainan dengan
menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk origami sesuai
yang diinginkan.Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak
ketika mulai bermain, kemudian, observer menilai jalannya
permainan.

10
1. Hasil yang Diharapkan
a. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat
sakit melalui terapi bermain (origami).
b. Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stresor kecemasan
selama hospitalisasi.
c. Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang
dimilikinya.
d. Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya
melalui permainan origami.
2. Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat : Ruang Nanggu
Waktu Pelaksanaan : Rabu, 20 Maret 2019
Pukul : 11.00 WIB s.d selesai
3. Strategi bermain

No. Waktu Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam

1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan

mengucapkan salam. 3. Memperhatikan

2. Memperkenalkan diri 4. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain

4. Kontrak waktu anak dan orang

tua

2. 10 menit Kegiatan bermain : 1. Memperhatikan

1. Menjelaskan tata cara 2. Bingung

pelaksanaan terapi bermain 3. Antusias saat

menyusun Origami menerima

11
2. Memberikan kesempatan kepada peralatan.

anak untuk bertanya jika belum 4. Memulai untuk

jelas. menyusun puzzel

3. Membagikan kertas Origami dan 5. Menjawab

pasangannya pertanyaan

4. Fasilitator mendampingi anak 6. Mendengarkan

dan memberikan motivasi 7. Memperhatikan

kepada anak.

5. Memberitahu anak bahwa waktu

yang diberikan telah selesai.

3. 8 menit Kegiatan penutup: 1. Gembira dan

1. Memberikan pujian terhadap tepuk tangan.

anak yang mampu menyusun 2. Gembira

Origami dengan baik sesuai

dengan pasangannyasampai

selesai

2. Membagikan reward kepada

seluruh peserta/ pada anak-anak.

3. Memberikan motivasi pada

anak-anak.

4. Menutup kegiatan dengan

ucapan salam

12
4.Setting Ruangan

KETERANGAN :

= Moderator = Meja tempat bermain

= Observer = pasien / anak

= Fasilitator = Orang tua

5. Pengorganisasian

a. Moderator : Alpin putra pradana

Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi

tanggung jawab agar berjalan sesuai dengan topik.

b. Observer : Risha mulyana

Mustika amalia

Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan

informasi yang direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi

13
dari penilaian skala observasi terapi bermain.

c. Fasilitator : yogi eka

Zahratussolihah

Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar

tujuan dari terapi bermain dapat tercapai.

6. Kriteria evaluasi
a. Evalusi Struktur
1) Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
2) Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruangan yang
disediakan.
b. Evaluasi Proses
1) Anak terlihat bingung ketika diberikan kertas untuk membuat
puzzel
2) Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
3) Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk menyusun
puzzle
c. Kriteria Hasil
1) Anak terlihat senang dan gembira
2) Kecemasan anak berkurang
3) Menyusun puzzle sesuai dengan contoh

14
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak
bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak
mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual,
sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi.Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan
membantu anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit
dan di rawat di Rumah Sakit.
1.2 Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit.Jadi
sebaiknya di RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di
rawat di rumah sakit.Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua
sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Haruyama S. (2011). The miracle of endorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Kobayashi K. (2008). Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.

Sa'diah. et al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat


Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster
RSD dr. Soebandi Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3)
September.

Supartini Y. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai