KAIN SONGKET
Disusun Oleh :
Kelompok Chordophone
Alifah Husna
Andini
Indri Emah Halimah
Hilda Noviyani
Susi Nurussy samsyi
Siti Milah Hanafilah
Dila Alfaturajah
Sejak zaman prasejarah, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal teknik menenun. Hal ini
diperkuat dengan adanya penemuan tembikar dari periode neolitik yang di dalamnya terdapat kain
tenun kasar, juga beberapa temuan fragmen kain tenun lainnya.
Salah satu yang menjadi gudang tenun di Nusantara adalah Pulau Sumatra. Setiap daerah di wilayah
ini bahkan mempunyai ciri khas tenunan-nya masing-masing. Saling pengaruh-memengaruhi antar
tempat dan daerah di Pulau Sumatra tentu saja tidak dapat dihindarkan.
Interaksi budaya tenun antar etnis di Sumatra dan sekitarnya dimungkinkan terjadi karena letak
geografis yang saling berdekatan satu sama lain; dapat dicapai dengan mudah. Songket Palembang
sepintas tampak pengaruhnya pada kain-kain di wilayah Jambi, Riau, dan Sumatra Utara
Songket Palembang konon merupakan peninggalan dari kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9
Masehi. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-7 ini pada perkembangannya kemudian mampu
menguasai lalu lintas perdagangan di Selat Malaka, hingga mempunyai pengaruh cukup kuat di
wilayah India dan Cina.
Sebagai wilayah yang dijuluki Swarnadwipa (Pulau emas), di bawah naungan kerajaan yang berkuasa
saat itu emas sebagai logam mulia, telah memainkan peranannya yang penting. Bahkan saking
kayanya dengan emas, Raja Sriwijaya tiap harinya membuang sebungkal emas ke sebuah kolam dekat
istananya, begitulah menurut kabar dari orang-orang Cina yang waktu itu memang aktif melakukan
perdagangan dengan Sriwijaya.
Jaringan perdagangan internasional ini membawa pengaruh besar dalam hal pengolahan kain
tradisional mereka. Pada perkembangannya dimungkinkan bahan yang digunakan untuk membuat
songket telah di kirim dari berbagai daerah.
Sebagian emas dan beberapa logam mulia lainnya dari Sumatra, dikirim ke negeri Siam (Thailand) dan
wilayah Vietnam dua wilayah tersebut memang terkenal sebagai tempat pengrajin logam di Asia
Tenggara, dari masa perundagian. Di sana, emas mereka jadikan benang, tentunya di wilayah
Sumatra juga tradisi membuat benang emas sudah ada.
Emas yang telah menjadi benang kemudian dikirim kembali ke kerajaan Sriwijaya untuk ditenun
dengan menggunakan jalinan benang sutra berwarna yang sebagian mereka dapatkan dari India dan
juga Tiongkok (Cina), tetapi sebagian besar dihasilkan oleh masyarakatnya. Palembang bahkan
dikenal dengan pembudidayaan ternak ulat sutera untuk diambil benangnya.
Selain sebagai bandar dagang, wilayah Sumatra masa Sriwijaya juga merupakan pusat dari kegiatan
agama Buddha terbesar di zamannya, bahkan tempat singgah para pelancong dari berbagai tempat.
Kondisi ini dimungkinkan bahwa wilayah Sumatra kemudian sebagai wilayah yang telah membuka diri
terhadap kedatangan pihak asing. Adanya hubungan interaksi dengan dunia luar secara tidak
langsung memengaruhi kebudayaan setempat. Meskipun begitu, Songket tetaplah ciri khas yang tidak
ditemukan di wilayah lainnya dan mengisi khazanah kekayaan budaya masyarakat setempat, yang
masih bisa dirasakan sampai saat ini.
Sampai menjelang Perang Dunia II, keberadaan songket bahkan mengalami kemunduran karena
kesulitan mendapat bahan baku. Berakhirnya pengaruh Belanda di Nusantara karena meluasnya
pengaruh Jepang di Asia Pasifik, hingga menjelang masa kemerdekaan sampai dengan tahun 1950,
tenunan kain Songket seolah mati suri.
Perempuan Minang menenun songket awal abad ke-20. Foto dari Tropenmuseum
Kesulitan mendapatkan bahan baku dan memasarkan hasil produksi adalah permasalahan terbesar
saat itu. Menjelang pertengahan abad ke-20, kerajinan kain songket diperkirakan kembali mulai bergiat
terutama karena muncul inisiatif memanfaatkan kembali benang emas dan benang perak dari tenunan
kain songket yang lamayang sudah tidak dipakai, atau benang dasarnya sudah lapukuntuk
dijadikan tenunan kain songket yang baru.
Selanjutnya kerajinan songket mulai banyak dikerjakan kembali oleh para pengrajin. Banyaknya bahan
baku yang hadir di pasaran baik yang berasal dari Cina, Taiwan, India, Prancis, Jepang dan Jerman
menandakan bahwa tenun songket mulai menapaki kejayaannya kembali.
Songket Tretes
Mulai kembali banyak permintaan Songket di masyarakat, mungkin menjadi faktor pendukungnya.
Pada akhir abad ke-20 dan menjelang abad ke-21, Songket bahkan telah merambah dunia fashion
sebagai salah satu bahan kain yang mengagumkan.
Keberadaan kain songket memang telah mengalami pasang surut dalam sejarahnya. Seiring dengan
usaha masyarakatnya untuk mempertahankan peninggalan kebudayaan masa lampau itu, Songket
kemudian dapat melewati tantang dari tiap zamannya.
Bertahannya kain songket ini, selain memiliki bentuk yang indah juga karena nilai historis-nya, Songket
dipertahankan terutama karena masih mendapatkan tempatnya dalam budaya mereka. Keberadaan
kain songket, merupakan salah satu kekayaan bangsa yang harus dijaga keberadaannya agar tetap
lestari.
A. Songket Lepus
Songket Lepus Foto dari jualsongketpalembang.com
Lepus kurang lebih artinya menutupi; Songket yang benang emasnya hampir menutupi seluruh bagian
kain. Sesuai motifnya, jenis Songket Lepus ini pun dikenal dengan berbagai macam nama: Lepus
Lintang, yang memiliki motif bergambar bintang, Songket Lepus Berantai, Songket Ulir, dan lain-lain.
B. Songket Tawur
Tawur kurang lebih artinya bertaburan atau menyebar. Songket Tawur ini memiliki motif yang tidak
menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok dan menyebar.
Benang pakan pembentuk motifnya juga tidak disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Yang termasuk ke
dalam jenis Songket Tawur yaitu songket tawur lintang, songket tawur nampan perak, songket tawur
tampak manggis, dan lain-lain.
C. Songket Tretes
Songket Tretes
Pada kain Songket jenis Tretes ini umumnya tidak dijumpai pola atau motif pada bagian tengah kain.
Misalnya motif-motif yang terdapat dalam Songket Tretes Mender yang hanya terdapat pada kedua
ujung pangkalnya dan pada pinggir-pinggir kain, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif.
D. Songket Bungo Pacik
Pada kain songket jenis Bungo Pacik, sebagian besar dari motifnya dibuat dari benang kapas putih,
sehingga benang emasnya tidak banyak terlihat dan hanya mengisi sebagian motif selingan.
E. Songket Limar
Songket Limar
Songket Limar atau kain limar berbeda dengan pengerjaan songket lainnya. Songket ini ditenun
dengan corak ikat pakan. Motifnya berasal dari jalinan benang pakan (benang lungsi) yang diikat dan
dicelup pewarna pada bagian-bagian yang diinginkan sebelum ditenun.
Kain Limar ini biasanya digunakan untuk kain sarung laki-laki atau perempuan yang disebut sebagai
sewet. Biasanya motif dari kain limar dikombinasikan dengan corak songket untuk digunakan wanita.
Corak Kain limar pada bagian badan kain dan corak songket diletakan pada kepala kain.
F. Songket Kombinasi
Songket Kombinasi, sesuai namanya merupakan perpaduan dari jenis-jenis songket lainnya, misalnya
Songket Bungo Cino yang merupakan gabungan jenis motif songket Bungo Pacik dengan jenis
Songket Tawur. Sedangkan jenis Songket Bungo Intan adalah gabungan antara Songket Bungo Pacik
dengan jenis Songket Tretes .
Selain jenis songket-songket di atas, masih terdapat jenis songket lainnya yang umumnya dinamakan
berdasar pada motifnya, misalnya Songket Pucuk Rebung, Songket Bungo Manggis, Bungo Tanjung,
Bungo Melati, Songket Sorong dan lain sebagainya.
Motif kain yang sering menghiasi kain songket adalah motif bunga, ini menandakan bahwa aktivitas
menenun memiliki kedekatan dengan dan untuk wanita serta mencerminkan wanita. Pada zaman
dahulu songket itu mereka tenun sambil menunggu datangnya lamaran dari laki-laki.
Walaupun sejarah telah mencatat bagaimana kain songket ini telah melewati berbagai lintasan zaman,
namun kain songket tidak terlalu banyak mengalami penambahan motif. Motif bunga manggis dalam
desain kain songket bahkan memperlihatkan persamaan dengan motif bunga yang terdapat pada candi
Prambanan.
Untuk membuat motif yang berbeda pada kain songket, biasanya ditenunkan dua atau tiga motif kain
songket lainnya, sehingga menghasilkan perpaduan yang indah dan menarik tetapi, hal itu tidak keluar
dari tata aturan yang mereka yakini.
Warna yang digunakan dalam kain songket pada masa lalu didapat dari pewarna-pewarna alam; pohon
dan buah kesumba misalnya dapat digunakan untuk campuran yang menghasilkan warna ungu, merah
anggur, dan hijau.Warna ungu juga dapat dihasilkan dari kulit buah manggis. Warna kuning dari
tanaman kunyit, sedangkan warna merah terang berasal dari kulit kayu sepang yang sudah berumur.
Untuk membuat warna dalam kain tenun jelas memerlukan pengetahuan yang tidak sembarangan dan
ketersediaan pewarna-pewarna tersebut yang berasal dari tanaman atau jenis pohon tertentu harus
dibudidayakan dekat dengan lingkungan mereka. Berkurangnya lahan untuk membudidayakan atau
tanaman tersebut tidak lagi dijumpai menjadi indikasi bahwa bahan pewarna sudah berganti menjadi
bahan pewarna tekstil yang umumnya digunakan dengan campuran kimia.
Manusia sebagai makhluk simbolik atau Homo symbolicum. Simbol atau lambang tersebut sering
digunakan manusia sehingga merepresentasikan makna bagi orang lain. Simbol-simbol itu tidak
terkecuali juga hadir dan terdapat dalam warna serta motif kain songket.
Setiap warna dalam kain songket memiliki makna yang dapat menujukan status dan keadaan dari si
pemakainya, kuning sebagai lambang emas telah mewarnai kebesaran dan keagungan yang bukan
hanya sebagai status kekayaan namun juga status sosial. Sebagai contoh, kain songket dengan warna
hijau, kuning dan merah padam pernah diasosiakan sebagai simbol kesendirian (;janda), sedangkan
bila hendak menikah [lagi ] hendaklah mengenakan warna-warna yang terang dan lebih cerah.
Songket biasanya dipakai sebagai busana pakaian adat untuk menghadiri dan menggelar upacara-
upacara adat. Upacara perkawinan merupakan salah satunya. Songket tidak hanya menjadi busana
pengantin, tapi mas kawin dan tamu undangan pun kerap menggunakan songket.
Songket umumnya tidak untuk dikenakan sehari-hari, ini menandakan bahwa kain songket tidak untuk
dipakai sembarangan, karena selain terlalu mewah jika dikenakan sehari-hari, Songket juga
mengandung makna-makna tertentu. Makna yang merupakan perlambang dari si pemakainya. Sebagai
contoh, songket yang dikenakan untuk upacara perkawinan berbeda dengan Songket yang digunakan
dalam upacara adat lainnya.
Seperti sudah menjadi kekhususan bahwa warna merah yang menyala harus dikenakan oleh
pengantin sedang untuk upacara adat lainnya ada kelonggaran untuk memilih motif dan warna. Pada
masa lalu pemakaian kain songket mungkin dibedakan antara keluarga kerajaan, pegawai,
bangsawan dan rakyat biasa. Perbedaan pemakaian kain songket penting karena dalam kain songket
tersebut mempunyai motif-motif yang menyimbolkan sesuatu, makna yang coba direfleksikan oleh
pemakainya.
Songket Pucuk Rebung. Foto oleh Peggy Reeves Sanday
Misalnya Songket dengan motif bunga tanjung yang melambangkan keramah-tamahan, dipakai untuk
menyambut tamu, khususnya dipakai tua rumah sebagai ungkapan dari selamat datang.
Songket dengan motif bunga melati melambangkan keanggunan, kesucian, dan sopan santun. Kain
songket dengan motif bunga melati biasanya dikenakan oleh perempuan yang belum menikah.
Songket dengan motif pucuk rebung melambangkan sebuah harapan, sebuah doa dan kebaikan. Motif
pucuk rebung selalu mengambil tempatnya dalam setiap perayaan adat, Motif tersebut hadir sebagai
kepala kain atau tumpal. Mengenakan motif pucuk rebung dimaksudkan agar si pemakai diberkati
dengan keberuntungan dan kemudahan dalam setiap langkah hidupnya.
Saat ini, perlambang dalam motif kain tidak sedikit yang mengabaikannya. Hal ini tidak hanya terjadi
pada tenun songket, tapi juga tenun-tenun lainnya. sungguh disayangkan jika kita atau pembuatnya
hanya tahu bentuk dan nama saja, sedangkan maknanya sudah jauh entah ke mana. Sesungguhnya,
belum terlambat untuk bertanya karena mereka yang mengerti masih ada.
KLIPING SBK
TENUN IKAT
Disusun Oleh :
M. Faisal Tamim
Nurul Alifia
Aas Aisyah
Nazwa Sabila N R
Dede Nira
Hilda Siti A
M Miftahudin
Gifari
Nanda
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari
helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam
zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat
dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias
interior rumah.
Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan
corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali
plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan
benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup
ke dalam pewarna.
Kain Tenun Ikat Sumba Timur dengan motif kuda, Kupu - kupu, Ayam, Pria sumba
menunggang kuda.
Kain Tenun Ikat Sumba Timur dengan motif kuda, Ayam, Pria sumba menunggang kuda.
BATIK
Disusun Oleh :
Batik tulis adalah teknik atau cara dalam membatasi warna yang membubuhkan tulisan
diatas kain batik (mirip menulis) menggunakan canting. Proses pembuatan batik tulis
memerlukan waktu yang cukup lama yang mengakibatkan harga batik tulis juga cukup mahal
di pasaran.
Batik Cap, merupakan cara
engan dengan melukis diatas kain putih. Tetap menggunakan canting dan malam. Akan tetapi,
kreasi yang ada pada batik lukis adalah menggunakan kuas dalam membuat motif tertentu
sehingga lebih kreatif dan inovatif dan tetap mempertahankan kesederhanaan.
Batik Keraton
Batik Keraton merupakan batik yang dikhususkan motif tertentu yang hanya boleh digunakan
oleh anggota kerajaan tertentu seperti raja maupun keluarganya. Batik ini seringkali
mengandung makna dan filosofi hidup.
Batik Sudagaran
Batik sudagaran adalah batik yang muncul sebagai perlawanan dan penentangan terhadap
motif keraton yang terkesan ekslusif. Oleh karena itu, seniman membuat batik yang memiliki
kesamaan motif dengan batik keraton sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
Dahulunya, batik Sudagaran biasanya merupakan batik keraton yang ditambahkan motif
tertentu diatasnya sehingga terkesan lebih rumit dan lebih indah dari batik keraton.
Batik Cuwiri
Batik ini terkesan mistis karena dipercaya mampu membantu orang yang sakit dalam proses
penyembuhan orang sakit dengan cara menyelimuti orang yang sakit.
-Batik sekar jagad
Batik ini merupakan batik yang paling umum di Indonesia. Makna motif ini adalah
kecantikan atau orang yang membuat orang melihat menjadi terpesona
-Batik Kawung
Batik kawung merupakan batik yang berpola seperti buah kawung yaitu sejenis kelapa atau
kolang kaling.
Macam macam batik: Batik Kawung
Batik ini merupakan batik yang sering digunakan oleh warga solo dalam upacara perkawinan.
Memberikan makna harapan kebahagiaan lahir batin.
Macam macam batik pesisir adalah batik yang berkembang pada daerah yang berada di
pesisir pantai pada zaman dahulu. Salah satu contohnya adalah batik pekalongan, Batik
cirebon, Batik Lasem, Batik Tuban, dan batik madura.
Macam macam batik di Indonesia memang masing kurang terdata dengan bagus, kami hanya
bisa memberikan beberapa macam batik berdasarkan wilayahnya cukup sedikit seperti:
1. Jawa
-Batik Priangan (Batik Sunda) merupakan batik yang kental akan kebudayaan Cirebon dan
baduy sehingga memunculkan corak khas tanamana menjulur, kupu-kupu atau burung merak.
Beberapa penghasil batik membuat di daerah Jawa membuat macam macam batik di jawa
berdasarkan motif bertambah. Seperti batik ciamis, batik garut yang khas dengan warna
gading kekuningan. Batik tasikmalaya yang sering dijumpai dengan motif payungnya. Batik
Baduy yang sangat dikenali dengan warna tarum atau indigo.
BATIK
Disusun Oleh :
Katanya dialah yang akan menjadi raja benua ini. Akan tetapi kemunculan
sang putri ke atas permukaan harus di barengi dengan beberap syarat
yang dimintanya. Beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :
sebuah istana batung, dan juga kain, kain tersebut bukan kain
sembarangan akan tetapi menggunakan metode calap dan tenun.
Corak batik pekalongan berbeda dengan corak batik daerah lain, tekstur
warna batik pekalongan berbeda dengan kota Solo walaupun sama
sama baik, tetapi banyak orang yang memilih di sesuaikan dengan waktu
yang mau memakainya di sesuaikan dengan situasi yang tepat, serta
melihat acara yang akan di selenggarakan oleh orang yang
mengundangkita, baik batik tulis maupun cap semuanya punya kelebihan
serta kekurangan sendiri.
Motif batik megamendung adalah motif batik paling terkenal dan menjadi
ikon batik cirebon. Megamendung berasal dari dua suku kata yaitu Mega
yang artinya awan dan Mendung yang berarti cuaca mendung. Jadi motif
batik megamendung menggambarkan awan mendung atau cuaca yang
akan turun hujan. Motif batik megamendung memiliki filosofi tentang
awan mendung yang akan menurunkan air hujan yang dapat memberikan
berkah dan memberi kehidupan bagi alam dan semua mahluk hidup. Motif
batik megamendung yang umum di jumpai adalah motif batik
megamendung dengan warna merah dan biru.
Motif Batik Solo
Kota Solo merupakan salah satu kota yang dikenal karena produksi
batiknya, terutama batik tulis. Selain khas dengan batik sogan-nya, motif
batik Solo juga beragam. Bukan sembarang motif, karena motif-motif
batik Solo juga memiliki makna.Bahkan, pada zaman dulu, tidak semua
orang boleh mengenakan batik dengan motif-motif tertentu. Ada
pemisahan batik yang hanya bisa dikenakan oleh raja, keluarga kerajaan,
dan rakyat biasa.
Secara umum, warna soga atau kecokelatan yang menjadi ciri khas batik
Solo memiliki makna kerendahan hati. Di luar itu, motif batik Solo
menganduk makna masing-masing.
Perjalanan Batik Yogya tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti 1755.
Begitu Mataram terbelah dua, dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
berdiri, busana Mataram diangkut dari Surakarta ke Ngayogyakarta maka
Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang busana baru dan pakaian adat
Kraton Surakarta berbeda dengan busana Yogya.
Motif Batik Kawung.
Motif Batik Kawung merupakan motif batik tulis dengan zat pewarna dari
Napthol dan lebih banyak digunakan sebagai kain panjang. Makna filosofi
dalam batik motif ini adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Motif Batik Kawung pada umumnya berpola bulatan mirip buah kawung
(yaitu sejenis kelapa atau kadang-kadang juga dianggap sebagai buah
kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Pada beberapa pengrajin
kain batik Nusantara, motif jenis ini lebih benyak digambarkan sebagai
lukisan bunga Seroja atau Lotus (Teratai) dengan empat lembar daun
bunga yang sedang merekah. Bunga seroja atau lotus adalah bunga
yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya
bentuk buah, ada yang bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif
kain tertentu. Misalnya: Kawung Picis adalah motif Bati Kawung yang
tersusun oleh bentuk bulatan-bulatan yang kecil. Sedangkan Picis adalah
nilai mata uang yang memiliki bentuk-bentuk kecil dan unik. Sedangkan
Kawung Bribil adalah motif-motif Batik Kawung yang tersusun rapi oleh
bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini dikreasikan sesuai
dengan namanya yaitu Bribil yang memakai mata uang berbentuk lebih
besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan Kawung Sen
adalah motif batik berbentuk bulat lonjong lebih besar daripada Kawung
Bribil.