Anda di halaman 1dari 11

Pentingnya Peningkatan Teknologi

dan Regenerasi Perajin Tenun


Gedog di Tuban
Penulis : Husen Abdul Rohman, S.ST
Di Indonesia fragmen tekstil berupa kain tenun ikat lusi telah
ditemukan di Bali sekitar abad ke-8 sampai ke-2 SM pada zaman
perunggu. Pada awalnya tekstil berupa kain dibuat dengan tujuan untuk
melindungi tubuh manusia dari cuaca. Dari segi antropologi, tekstil
berkembang menjadi alat seni dan budaya masyarakat yang memiliki
ragam hias dan sejumlah teknik pembuatan seperti teknik menenun kain.
Pada

perkembangannya,

teknik

menenun

dapat

diidentifikasi

dari

penggunaan alat dan mesin yang digunakan oleh manusia dalam


membuat kain mulai dari penggunaan jarum-jarum sederhana untuk
membuat jeratan kain, penggunaan alat sederhana berupa kayu yang
dirangkai untuk membuat tenunan dengan benang lusi dan pakan (tenun
gedog), rekayasa alat tenun bukan mesin (ATBM) dengan sejumlah fungsi
teknik yang sederhana hingga lahirnya alat tenun modern seperti mesin
tenun datar (shutlle loom), mesin tenun dobby, mesin tenun jackquard,
mesin tenun water jet loom, dan mesin tenun air jet loom.
Tekstil tradisi di Indonnesia berkembang dengan pesat berupa batik,
sulam dan tenun. Salah satu tekstil tradisi Indonesia yang memiliki ciri
khas yang kuat adalah batik tenun gedogdari Tuban. Pada awalnya tenun
gedog hanya dikenal di Kecamatan Kerek, khusunya di Desa Margirejo,
Desa Gaji, Desa Kedongrejo dan Desa Karanglo. Di Kecamatan Kerek inilah
pertama kali dikenal pemintalan benang kapas dan pertenunan gedog.
Dalam

perkembangannya,

terdapat

beberapa

desa

lain

juga

ikut

menghasilkan tenun gedog antara lain Desa Karang, Desa Prunggahan


Kulon Kecamatan Semanding dan Desa Sumurgung Kecamatan Tuban.
Kain tenun gedog polosan Tuban menjadi istimewa karena dilakukan

proses pembatikan diatasnya dengan berbagai motif yang memiliki


makna dan fungsi tertentu yang berkembang sesuai perkembangan
budaya dan adat istiadat di Tuban. Selain hal tersebut, tenun gedog Tuban
menjadi istimewa karena mulai dari bahan baku kapas yang ditanam
sendiri sampai dengan pewarnaan yang menggunakan bahan pewarna
alam pada proses pembatikannya menggunakan bahan-bahan asli lokal
Tuban atau dapat dikatakan batik tenun gedogTuban 100% Indonesia dan
sangat

ramah

lingkungan.

Motif-motif

batik

tenun

gedogTuban

diantaranya adalah motif ganggeng, kembang randu, kembang waluh,


cuken, melati selangsang, satriyan, kijing miring, likasan kothong,
guntingan, panjiori, kenongo uleren, panji krentil, panji serong, dan panji
konang. Setiap motif memiliki makna dan fungsi tertentu seperti untuk
menunjukan status sosial, untuk adat pernikahan, penyembuhan penyakit,
dll. Lahirnya ragam motif batik tenun gedogtidak terlepas dari proses
interaksi tiga budaya yaitu budaya Jawa dari zaman Majapahit pada abad
XII-XIV, budaya Islam dari Sunan Bonang pada 1465-1525 M dan budaya
Cina dari pasukan Kubalai Khan pada awal abad XII.
Terletak di pantai utara Jawa pada sisi barat propinsi Jawa Timur,
kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah sentra batik yang cukup
berkembang baik sejak jaman dahulu kala. Daerah pembatikan tersebar di
berbagai desa yang terletak di empat kecamatan (Kerek, Merakurak,
Semanding dan Tuban). Masing-masing desa batik tersebut memiliki
desain khas batik, baik dari segi bahan baku, ragam motif, bahan pewarna
dan tata warna tersendiri sedemikian sehingga batik Tuban dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis gaya batik yaitu:
1. Batik kain tenun gedog bergaya desain pesisiran
2. Batik kain mori/ katun buatan pabrik.
Sementara itu, jumlah sumberdaya manusia pembatik dan produksi
batik di Tuban tampak pada tabel sebagai berikut:
Data Sentra Industri Kecil & Menengah Tenun dan Batik,
Kabupaten Tuban, 2011

Jenis
Produk

Jumlah
IKM

Tenaga
Kerja

Nilai
Investasi

Nilai
Produksi

(unit)

(orang)

(Rp.000)

(Rp.000)

Nilai
Bahan
Baku
(Rp.000
)

1. Tenun
Gedog

315

315

315.000

987.000

460.600

2. Batik
Tenun
Gedog

84

84

21.600

425.000

204.000

3. Batik
Kain
Mori

391

513

137.800

5.408.500

2.387.40
0

790

912

474.400

6.820.500

3.052.00
0

TOTAL

Sumber: Data Dinas Perekonomian dan Pariwisata, Kabupaten Tuban,


Tampak pada tabel 1 di atas, jumlah IKM batik di kabupaten Tuban
pada akhir tahun 2011 adalah 790 buah yang terdiri dari IKM tenun gedog
(315 buah), batik tenun gedog (84 buah) dan batik kain mori (790 buah).
Sedangkan total tenaga kerja batik Tuban adalah 912 orang. Nilai
investasi berjumlah Rp.474 juta dengan nilai bahan baku Rp. 3 milyar dan
nilai produksi Rp.6,82 milyar .
Memperhatikan jumlah IKM batik Tuban dan nilai produksinya
tersebut di atas serta ditunjang oleh keunikan struktur industri berupa
pengolahan bahan baku (penanaman kapas lokal, pemintalan benang,
penenunan manual) sampai bahan jadi (tenun gedog, batik tenun gedog
dan batik kain mori) maka kita dapat meyakini potensi besar dari IKM
Batik Tuban untuk dikembangkan di masa depan.
Salah satu jenis kain tradisional Tuban yang sangat dikenal oleh
masyarakat pecinta kain Indonesia adalah kain batik tenun gedog dari
kecamatan Kerek yang memiliki kandungan lokal 100%. Kaum pria petani
membudidayakan tanaman kapas dan tanaman pewarna nila/ indigo serta
pewarna alam lainnya (terutama mengkudu).
Sedangkan kaum
perempuan petani memanen tanaman kapas untuk dijadikan benang.
Benang tersebut ditenun secara pintal tangan menggunakan alat tenun
gedog manual. Hasilnya berupa kain tenun gedog. Selanjutnya kain tenun
gedog tersebut dibuat dalam motif polosan, lurik, lurik kembangan dan
batik tenun gedog. Dari aneka ragam kain batik di Indonesia, batik tenun

gedog Kerek tergolong istimewa karena merupakan satu-satunya kain


batik yang seluruh bahan baku dan bahan penolongnya berasal dari
Indonesia sendiri.
Di tengah keunikan desain dan potensi ekonomi dari batik tenun
gedog Tuban tersebut, kelangsungan dari industri kecil dan profesi tenun
gedog saat ini mengalami masalah serius. Generasi muda sudah kurang
berminat untuk belajar dan membuat tenun gedog. Penenun gedog
termuda sudah berusia 38 40 tahun. Mereka juga hanya mampu
membuat tenun gedog sederhana saja, yaitu tenun polosan, lurik dan
kotak-kotak. Mereka sudah tidak mampu membuat tenun kembangan.
Kesulitan regenerasi penenun gedog terjadi karena pertimbangan
kesulitan proses produksi, kesulitan pemasaran dan rendahnya
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan tenun gedog. Sebagai gantinya,
generasi muda memilih untuk menekuni pembatikan dengan bahan kain
katun buatan pabrik. Kain katun mudah diperoleh di kota Tuban. Dengan
demikian, budaya swasembada bahan baku dan bahan penolong berupa
kapas dan tanaman indigo pun menjadi merosot, tergantikan oleh budaya
instan dan komersial.
Tanpa upaya serius untuk revitalisasi tenun gedog Tuban, terutama
melaksanakan proses regenerasi penenun gedog, pengembangan desain
produk baru, promosi pemasaran dan kegiatan terkait lainnya, dapat
diduga masa depan tenun gedog Tuban akan terancam punah.
Untuk melihat sisi lain dari proses pembuatan tenun gedog Tuban
kita bisa menilik salah satu desa di Kecamatan Kerek yaitu Desa Karanglo.
Di Desa Karanglo kita bisa menemui beberapa perajin tenun gedog
rumahan

yang

salah

satunya

adalah

Mbo

Dharmi

yang

usianya

diperkirakan sekitar 75 tahun. Mbo Dharmi adalah salah satu perajin


tenun gedog yang memiliki alat pintal benang kapas dan alat tenun gedog
suri 110 cm, 80 cm dan suri 70 cm. Menurut keterangan Mbo Dharmi
perajin tenun gedog seusianya hanya tinggal beberapa saja, generasi
dibawahnya yang berusia 40-60 tahun pun sudah tidak banyak lagi dan
tidak banyak dari perajin tenun gedog saat ini yang bisa menggunakan
alat tenun dengan suri 110 cm. Menurutnya, saat ini generasi muda di
Desa Karanglo lebih memilih menjadi buruh tani atau pekerja perusahaan
swasta karena secara ekonomis lebih baik dibandingkan dengan menjadi
perajin tenun gedog.

Harga tenun gedog putihan yaitu Rp 250.000,- perhelai kain,


panjang 3 meter dengan lebar variatif 110 cm, 80 cm dan 60 cm (sesuai
panjang suri), waktu pengerjaan satu lembar kain tenun gedog putihan
mulai dari pemintalan sampai pertenunan antara 7 14 hari bergantung
cuaca dan jam kerja penenun. Sementara itu, jika menjadi buruh tani
upah mereka Rp. 50.000,- / hari sehingga dalam satu bulan bisa
mendapatkan penghasilan rata-rata Rp. 1.500.000,- dibandingkan dengan
menjadi perajin tenun gedog yang penghasilan kotornya rata-rata
Rp.1.000.000,- / bulan serta pengerjaanya lebih rumit. Sehingga, generasi
muda di Desa Karanglo tidak memilih profesi menjadi penenun gedog
sebagai pilihan utama. Hal tersebut mungkin berlaku umum bagi generasi
muda di Tuban. Melihat kondisi tersebut, geliat tenun gedog di Tuban
dapat dikatakan mati suri. Beberapa perajin tenun gedog rumahan di
Desa Karanglo juga banyak mengistirahatkan alat-alat tenun gedognya
sehingga tersimpan berdebu disudut-sudut rumah mereka. Selain itu
pembuat alat pintal dan alat tenun gedog sudah sangat langka bahkan
dapat dikatakan hampir punah. Kondisi ini sangat memperihatinkan
mengingat batik tenun gedogTuban memiliki nilai sejarah dan budaya
yang tinggi.
Melihat kondisi tersebut, regenerasi perajin tenun gedog di Tuban
menjadi sangat penting untuk menyelamatkan peninggalan buadaya yang
memiliki nilai historis tinggi tersebut. Peran pemerintah pusat, pemerintah
daerah

dan

masyarakat

Tuban

sendiri

mutlak

diperlukan

untuk

melestarikan batik tenun gedogTuban. Persoalan yang dihadapi sekarang


adalah bagaimana cara merubah paradigma generasi muda di Tuban
untuk mau melestarikan batik tenun gedog Tuban dan bagaimana cara
meningkatkan nilai ekonomis dari batik tenun gedog Tuban sehingga
dapat menarik minat generasi muda di Tuban untuk mau menjadi perajin
batik tenun gedoglebih lagi menjadi pengusaha batik tenun gedog yang
sukses.
Peningkatan

teknologi

tenun

gedog

dapat

dilakukan

untuk

meningkatkan kualitas ,mempercepat dan menyederhanakan proses

pembuatan

kain

tenun

gedog

sehingga

dapat

meningkatkan

nilai

ekonomis kain tenun gedog dan dapat menarik minat generasi muda
untuk menjadi perajin tenun gedog. Banyak hal yang bisa dimodifikasi
dengan teknologi tekstil sehingga bisa meningkatkan efektifitas, efisiensi,
desain dan nilai ekonomis kain tenun gedog. Beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan teknologi tenun gedog yaitu:
-

Tenun gedog bisa dibuat lebih halus dengan mengganti kanji nasi

dengan kanji serbuk baik kanji alam maupun kanji sintetik.


Kualitas handloom bisa ditingkatkan dengan mengganti benang kapas
buatan manual dengan benang kapas produksi industri pemintalan

benang yang memiliki ukuran dan kerataan yang baik.


Teknik pewarnaan dapat divariatifkan dengan penggunaan beberapa
jenis zat warna alam seperti zat warna indigo, jalawe, jati, mahoni, dll,
serta beberapa zat warna sintetik untuk serat kapas seperti zat warna
reaktif, bejana atau vathren, zat warna asam, zat

warna nafthol,

naftholat, dll.
Aneka desain bisa divariatifkan baik dengan teknik permainan warna

ataupun modifikasi deain struktur tenunnya.


Alat tenun gedog bisa sedikit dimodernkan

misalkan

dengan

mengganti sisir tenun atau suri yang terbuat dari bambu dengan sisir
dari logam ringan sehingga kerapatan dimensinya lebih baik dan hasil
ketekannya lebih padat, memodifikasi sisir tenun,

gun, beam hani,

alat realing sehingga lebih mudah dan lebih cepat dalam menunjang
produksi tenun gedog.
Selain itu pelatihan-pelatihan dalam rangka regenerasi perajin tenun
gedog

di

Tuban

perlu

digalakan

baik

oleh

pemerintah

pusat,

pemerintah daerah, pihak swasta atau swadaya masyarakat sendiri.


Jika perlu tenun gedog dimasukan ke dalam kurikulum muatan lokal di
Tuban

sehingga

pendidikan

dini

teknik

menenun

gedog

dapat

dilakukan mulai anak usia sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut


Ditjen IKM Wilayah II telah melakukan kegiatan Pelatihan Dalam
Rangka Regenerasi Perajin Tenun dan Batik di Tuban pada tanggal 19

23 Mei 2014. Tak ubahnya seperti batik, tenun gedog merupakan salah
satu warisan budaya bangsa yang harus kita lestarikan bersama.

Foto bal kapas yang sedang dipilah dan

Foto kapas yang sudah dipilin dan digulung

dibersihkan

siap
di realing menjadi benang

Foto perealingan benang

Foto mesin realing

Foto kapas yang sudah di realing menjadi


benang dan sedang di ukur panjangnya untuk
proses kanji nasi

Foto benag kapas yang sedang dikanji nasi

Foto untaian benang kapas hasil penganjian

Foto benang kanji yang sudah kering dan

nasi yang sedang dijemur

sedang di bersihkan dari butiran nasi yang


menempel di
permukaan benang

Foto sisir benang yang terbuat dari sabut

Foto penyisiran benang untuk meluruskan

kelapa

dan meratakan benang

Foto suri tenun yang terbuat dari bambu

Foto proses penenunan gedog

Foto suri penenun gedog

Foto proses penenunan gedog

Foto kain tenun gedog putihan

Foto proses kain tenun gedog

KAIN BATIK TENUN GEDOG TUBAN

DALAM RANGKA MELESTARIKAN BATIK TENUN GEDOG TUBAN


YANG HAMPIR PUNAH DAN DALAM RANGKA MENDUKUNG
KAMPANYE PENGGUNAAN PRODUK 100 % INDONESIA SERTA
DALAM RANGKA MENDUKUNG GERAKAN INDUSTRI HIJAU MAKA
BATIK TENUN GEDOG DIOLAH MENJADI BUSANA OLEH RABBANI

Anda mungkin juga menyukai