Anda di halaman 1dari 11

Kain Patola

Di Indonesia juga terdapat kain sarung kotak-kotak dan polos yang banyak digunakan di Semenanjung Arab,
Timur Laut Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasik.

Pada abad ke-13 pedagang Gujarat memperkenalkan Patola, yaitu kain dengan teknik tenun ikat ganda dari
benang sutra yang merupakan busana Gujarat, Barat Laut India.

Proses pembuatan kain Patola sangat rumit sehingga di India kain ini digunakan dalam berbagai upacara yang
berhubungan dengan kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan dan kematian juga sebagai penolak bala.

Melalui perdagangan dengan bangsa Gujarat, keberadaan kain Patola terse-bar luas di kepulauan Nusantara.
Kain Patola umumnya hanya dimiliki oleh kalangan terbatas.

Penduduk setempat yang telah memiliki keterampilan menenun pun mencoba mereproduksi kain yang sangat
berharga tersebut dengan tenun ikat pakan. Di Maluku, kain ini sangat dihargai dan dikenakan dengan cara
dililitkan di pinggang atau leher.

Para penenun di Nusa Tenggara Timur mengembangkan corak kain tenun yang dipengaruhi oleh corak yang
terdapat pada kain Patola, dengan corak yang berbeda untuk raja, pejabat, dan kepala adat dalam jumlah yang
sangat terbatas dan hanya dikenakan pada upacara–upacara adat. Kain Patola dari Lio NTT ini ada yang dibuat
sepanjang.
Kain Cinde

Batik Cinde merupakan hasil dari perkembangan dari kain Patola yang berasal dari Gujarat.
Pada awalnya, kain Patola sendiri merupakan kain sakral yang dipakai masyarakat Gujarat
untuk pelaksanaan upacara adatnya yang sering kali dimaknakan sebagia kesuburan ataupun
sebagai penolak bala. Motif dari kain Patola sendiri sering kali dibuat menyerupai tumbuh –
tumbuhan, bentuk geometris ataupun makhluk hidup. Kain ini kemudian muncul setelah
dibawa oleh pedagang dari bangsa Portugis ke Indonesia. Kain Patola tersebut kemudian
dikenal oleh masyarakant Yogyakarta dan Solo sebagai batik Cinde. Berbeda dengan kain
Patola yang dibuat dengan menggunakan teknik tenun ikat ganda, batik Cinde diperoleh
dengan menggunakan teknik canting cap. Corak yang terdapat pada batik cinde ini disebut
nitik. Pada dasarnya, fungsi utama dari kegunaan batik Cinde ini adalah sebagai pakaian
upacara yang tidak berbeda jauh dari fungsi utama kain Patolo di Gujarat. Masyarakat
Melayu pada zaman dahulu kmudian mempercayai bahwa kain batik Cinde ini adalah kain
yang sakral. Kini batik cinde telah banyak dipakai sebagai busana sehari – hari.
Kain Sembagi

Sembagi adalah salah satu motif batik khas Lampung yang makin digemari masyarakat
setempat. Menurut Aan Ibrahim, desainer dan pencetus motif batik Lampung, di
Bandarlampung, Jumat (12/8), batik bermotif sembagi kini menjadi simbol dan ikon batik
khas Lampung.

"Saya ingin terus mengenalkan dan mempopulerkan batik khas Lampung termasuk sembagi,
apalagi ornamen-ornamen khas kita kan banyak," ujarnya.

Dia menjelaskan, kebanyakan batik motif sembagi dipadukan dengan kebaya dan busana
khas Lampung seperti sulam usus, bukan hanya dibuat menjadi kain. Sembagi juga menjadi
motif dasar seragam resmi pegawai negeri sipil (PNS) di Lampung yang bermotif batik.

Saat ini sembagi menjadi motif batik Lampung yang paling populer sekaligus yang paling
menunjukkan identitas daerah Lampung.

Sebagai daerah yang tidak memiliki busaya membatik, budaya batik di Lampung cenderung
muncul terlambat, baru pada akhir 1990-an warga Lampung memiliki motif batik khas daerah
tersebut.

Aan Ibrahim merupakan desainer busana tradisi dan modern khas Lampung yang
mempelopori keberadaan motif batik khas Lampung itu.

Motif batik khas Lampung sembagi itu adalah motif batik khas Lampung pertama yang
dipatenkan, dengan ciri utama pada untaian bunga dan kembang kopi di sepanjang kain.
"Bunga dari salah satu komunitas unggulan Lampung itu, digabungkan dengan ornamen khas
Lampung seperti gajah, perahu, dan siger sebagai mahkota adat khas Lampung," ujar Aan
pula.

Motif batik khas Lampung sembagi pertama kali diluncurkan Aan Ibrahim pada 1999. Dia
mengakui menciptakan motif batik Lampung sembagi berawal dari kegelisahan akan
ketiadaan motif batik khas Lampung.

Menurut dia, perlu waktu hampir satu dekade baginya untuk mempopulerkan motif Batik
Sembagi di kalangan penikmat busana. Kini setelah lebih dari satu dekade sembagi menjadi
motif batik khas yang paling populer di Lampung dan dikenal sebagai batik khas Lampung.
Kain Tenun Bentenan

istilah kata ‘bentenan’ berasal dari nama sebuah pulau dan teluk yang terletak di pantai timur
Minahasa Selatan. Konon, pada abad ke-15, wilayah perairan ini merupakan kawasan transit
para pelaut Philipina sebelum mereka menuju Ternate. Menurut cerita turun-temurun,
keahlian warga Minahasa menenun benang kapas itu, diperoleh dari para pelaut tersebut yang
sering menetap berbulan-bulan.

Cara membuat kain bentenan biasanya ditenun dengan teknik double ikat. Benang yang
membentuk lebar kain (pakan) disebut Sa’lange dan benang yang memanjang (lungsi) disebut
Wasa’lene. Teknik double ikat seperti ini adalah teknik tenun ikat dengan tingkat kesulitan
yang tinggi, sangat jarang teknik ini digunakan di daerah lain. Motif yang dapat tercipta dari
teknik ini akan bergambar halus, rumit dan sangat unik.

Kain bentenan ditenun tanpa terputus menghasilkan sebuah kain berbentuk silinder atau
tabung. Karena proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, kain-kain ini hanya
dipakai oleh para petinggi daerah atau kepala suku untuk upacara-upacara adat. Pada masa itu
penduduk Minahasa sebagian besar masih beragama animisme, karena belum masuk agama
Kristen.
Kain Gringsing

Teknik pembuatan kain tenun dengan teknik ikat ganda (ikat ganda) adalah teknik yang
hanya dimiliki oleh 2 tempat di dunia salah satunya di Desa Tenganan Bali, dimana kain
tenun tersebut dikenal dengan nama Gringsing. Proses pembuatan sepotong kain tenun ini
akan memakan waktu lebih dari satu tahun, dimana pewarnaannya menggunakan bahan-
bahan alami yang memerlukan waktu yang sangat lama setidaknya 1 tahun. Kain Gringsing
memiliki 3 warna: merah, kuning dan hitam yang disebut ‘tridatu’. Untuk warna merah
menggunakan akar mengkudu, warna kuning menggunakan minyak kemiri dan warna hitam
menggunakan kayu Taum.

Motif Gringsing kain tenun memiliki sekitar 20-an motif, namun sekarang di Desa Tenganan
penggringsingan hanya terdapat 7 jenis saja. Diantaranya bercirikan kalajengking Lubeng,
Sanan Empeg bercirikan kotak poleng berwarna merah-hitam, bunga bercirikan cempaka
Cecempakaan, Cemplong bercirikan sebuah bunga yang besar di antara bunga-bunga kecil,
Gringsing diisi dengan semua motif, bercirikan Tuung Batun dengan biji terong, dan Motif
Wayang yang bercirikan tokoh-tokoh pewayangan.

Tingkat kesulitan yang tinggi dalam pembuatan sebuah kain Gringsing, baik dalam teknik
pewarnaan dan penenunan, waktu yang dibutuhkan dan aturan adat yang selalu mereka
pegang teguh menjadikan kain gringsing ini memiliki nilai yang sangat tinggi. Kain
Gringsing ini di gunakan dalam upacara keagamaan di desa ini. Masyarakat Tenganan
Pegringsingan yang menganut agama Hindu percaya bahwa segala sesuatu pekerjaan yang
diawali dengan upacara keagamaan maka hasilnya akan baik dan memperoleh keselamatan.
Kain Khas Batak Toba (Devita Amanda Tambunan, Indah Permata Sari Tambunan,
Fachran M.S )

1. Ulos Ragidup

Ragi berarti corak, dan Ragidup berarti lambang kehidupan. Dinamakan demikian karena
warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos ini benar-benar hidup. Ulos
jenis ini adalah yang tertinggi kelasnya dan sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas
tiga bagian; dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri
dengan sangat rumit. Ulos Rangidup bisa ditemukan di setiap rumah tangga suku batak di
daerah-daerah yang masih kental adat bataknya. Karena dalam upacara adat perkimpoian,
ulos ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki.

2. Ulos Ragihotang

Hotang berarti rotan, ulos jenis ini juga termasuk berkelas tinggi, namun cara pembuatannya
tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai untuk mengafani
jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara penguburan kedua kalinya.
3. Ulos Sibolang

Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam mabolang-bolangi
(menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin laki-laki
pada upacara pernikahan adat batak. Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin
perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki.
Kain Khas Batak Mandailing ( Widya Kartika, Bani Fala D )

1. Ulos Sadum

Ulos Sadum biasanya dipakai dalam acara-acara yang penuh keceriaan. Hal ini dikarenakan
Ulos ini mempunyai ragam warna yang cerah. Begitu indahnya Ulos ini sehingga sering
digunakan sebagai hiasan dinding atau diberikan sebagai kenang-kenangan, khususnya
kepada pejabat yang berkunjung ke daerah Batak.

Di Tapanuli Selatan, Ulos ini biasanya dipakai sebagai Panjangki/ Parompa (Gendongan)
bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja. Selain itu, Ulos ini juga digunakan sebagai
alas sirih diatas piring besar (pinggan godang burangir/ harunduk panyurduan) untuk
mengundang (marontang) raja-raja.

2. Ulos Sabe-sabe

Ulos Sabe-sabe

Sabe-sabe selendang istiadat dipakai Batak Mandailing untuk upacara adat dan untuk tarian
adat yang disebut Tor-Tor.
3. Ulos Harungguan

Ulos ini hanya diberikan buat seseorang yang mau mengambil harajaon/ Kerajaan contohnya
menjadi Pemimpin satu Pemerintahan, naik pangkat atau jabatan dan diberikan oleh Hula-
hula/ Mertua/ Tulang (Paman).

Harungguan berarti Marunggu (berkumpul), karena semua motif ada atau terkumpul di dalam
Ulos ini. Ulos Harungguan biasanya digunakan pada acara yang bersifat suka cita, seperti
meminta doa resru keberhasilan.

Jenis Ulos ini sudah sangat langka. Dulu digunakan pada ulaon Harajaon dan Hasuhutan
Gondang. Digunakan juga oleh kaum ibu (Paniaran, Marsitabolan, Marsanggul Bane).
Kain Khas Jawa ( Tri Apriani )

Batik Kraton

awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung
makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-
pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk
digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak
termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.

Batik Cuwiri

meruapakan motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini
digunakan untuk semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik
ini kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil
dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati
NAMA : FACHRAN M.S

DEVITA AMANDA TAMBUNAN

INDAH PERMATA SARI TAMBUNAN,

BANI FALA D

WIDYA KARTIKA

TRI APRIANI

KELAS : X MIA 3

Anda mungkin juga menyukai