Anda di halaman 1dari 17

Jenis Kain Khas Pulau Bali NE 

Sejarah singkat kain tradisional Bali

Masyarakat Bali di bagi menjadi 2 golongan yaitu Bali Hindu dan Bali Aga. Masyarakat Bali
Hindu adalah keturunan warga majapahit yang hijrah ke Pulau Bali pada abad ke-13.
Sebelumnya hubungan Bali dan Majapahit Jawa Timur sudah terjalin. Sejak sekitar abad ke-10
raja Dharma Udayana dari Bali mengambil permaisuri dari Jawa Timur, yang bernama
Mahendradatta ( bergelar Srigunnapryadharmapatni ) yang merupakan keturunan dari Mpu
Sendok. Perkawinannya melahirkan Erlangga yang kemudian dinobatkan menjadi raja di Jawa
Timur, menggantikan Dharmawangsa yang memerintah Th 991-1007. Ketika kerajaan Majapahit
mengalami kemunduran dan runtuh, mereka yang setia membawa sisa-sisa kerajaan Majapahit
dan Agama Hindu menyingkir ke arah timur hingga ke Bali.

Sistem perkawinan di Bali sangat dipengaruhi oleh sistem kasta. Bahkan ada aturan adat yang
melarang perkawinan dengan kasta yang berbeda. Sistem  pelapisan sosial ini juga berpengaruh
pada adat istiadat, sikap pergaulan dan tutur bahasa. Meskipun demikian, namun tidak
berpengaruh besar pada sistem berpakaian atau perhiasan.

Kain tradisional endek Bali

penyempurnaan ragam hias ikat pada kain di bagian-bagian tertentu yang di tambah coletan yang
di sebut nyantri. Nyanti adalah penambahan warna dengan goresan kuas dari bambu seperti
orang yang melukis. Keindaham ragam pola nyantri ini terletak pada penyempurnaan warna
hiasan berbentuk flora dan fauna serta motif-motif dari mitologi Bali dan wayang. Motif-motif
inilah yang mencirikan kain endek.

Kain endek yang bercirikan tenu ikat ini juga banyak di beri kombinasi songket benang emas
atau perak di pinggiran kain.

Kain endek mempunyai 2 mecam bentuk, yaitu bentuk sarung dan kain panjang. Bentuk saraung
di gunakan untuk kaum laki-laki, yang mempunyai sambungan di bagian tengah atau
sampingnya. Dam kain panjang di gunakan untuk kaum perempuan yang mempunyai motif atau
ragam hias ikat yang menghias pada bagian pinggirnya, sedangkan bagian tengahnya polos.

Kain endek sering di gunakan sebagai pakaian adat, dan diminati oleh berbagai lapisan
masyarakat hingga luar Bali. Dengan kain endek ini dipergunakan juga untuk kemeja laki-laki,
gaun pengantin, atau sebagai dekorasi di dalam rumah.

Merawat ”Endek”

Beberapa tips agar kain endek tidak mudah luntur dan rusak. Endek agar warnanya tetap bagus
dan cerah, kain endek perlu dirawat apik. Namun merawat kain endek tidaklah berbelit-belit,
tidak serumit merawat songket.

Bila kain kotor, cukup dicelup-celup di dalam seember sabun cuci dan tak perlu waktu lama.
Selanjutnya, kain diangin-angin, jangan terkena sinar matahari langsung sebab sinar matahari
dapat memudarkan ketajaman warna dan corak.

Bila ingin agar kain terasa halus, kain itu dapat disetrika ketika masih setengah kering.
Syaratnya, jangan disetrika dengan suhu panas. Apabila kain dalam keadaan terlalu kering ketika
disetrika, hasilnya justru tidak baik.

Kain menjadi susah dihaluskan dengan setrika. Jika disemprot air, hasilnya malahan tidak
maksimal. Apalagi kain yang sudah ada lukisannya. Lebih baik disetrika di sisi kain lainnya,
bukan langsung terkena lukisannya. Saran lain, jangan terkecoh dalam membeli. Pasalnya, tenun
endek makin banyak ditiru. Namun, endek asli tetap memiliki ciri khas, yaitu bagian pinggiran
kain yang panjang lebih tebal sekitar satu sentimeter dan warnanya lebih gelap. Tentu saja
buatannya pun lebih rapi.

Juga jangan sampai terkecoh kain berbahan sutra sekalipun. Kadang yang motif-motif bunga,
misalnya, sudah bukan dibuat dengan cara dibordir lagi, melainkan disablon biasa. Makanya,
harganya miring. Jadi, hati-hati memilih dan membeli bila menginginkan kualitas. Untuk
merawat kain endek tidaklah sulit. Jangan dicuci dengan mesin cuci, sabun cuci biasa atau di-
dryclean. Pada waktu tertentu, pada musim kemarau misalnya, endek cukup diangin-anginkan,
tidak di bawah terik matahari langsung. Dimasukkan ke dalam plastik, atau digulung, disimpan
dengan posisi tegak di lemari.
Kain tradisional songket Bali

Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan. Sriwijaya
kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di
Sumatera.

Kain songket benang emas dan perak di buat dengan penuh ketelitian dengan tenunan yang di jalin
dengan benag emas atau perak dengan sarana lidi-lidi halus yang di silangkan pada benang pakan dan
lungsi pada saat menenun di alat tenun. Kain-kain songket dengan mutu yang tinggi menjadi prestise
bagi pemiliknya.
Kain tradisional prada Bali
Kain Prada Bali, umumnya dipergunakan untuk menari/penari dan hiasan. Kain prada bali ini merupakan
salah satu jenis kerajinan dengan Kain jenis Satin yang disablon dengan cat prada (warna keemasan).

Sumber: https://nachajun.wordpress.com/2012/12/02/jenis-kain-khas-pulau-bali-ne/

FILOSOFI KAIN ENDEK BALI

Ada sejarah perkembangan kain Endek ini, kain ini telah diturunkan turun temurun dari leluhur
Bali, setiap tahun ke tahun kain ini selalu mengalami perkembangan yang pesat. Endek mulai
berkembang sejak tahun 1985, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di
Gelgel Klungkung. Kain Endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung.

Akan tetapi Endek mulai berkembang pesat setelah masa kemerdekaan. Perkembangan kain
endek di Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kemudian berkembang pesat pada tahun
1985 hingga sekarang. Dapat dilihat pada tahun 1985-1995 kain endek mengalami masa
kejayaan akibat adanya dukungan dari pemerintah.

Kemudian pada tahun 1996-2006, kain endek mengalami penurunan akibat dari banyaknya
persaingan produksi kain sejenis buatan pabrik yang mulai masuk ke pasaran. Tahun 2007-2012
juga mengalami penurunan. Fluktuasi penurunan sangat dirasakan pada tahun 2008-2010. Hal
tersebut disebabkan bahan baku yang sulit didapat, harga benang yang mahal, dan kualitas yang
tidak sesuai dengan standar produksi kain Endek.

Dan saat ini, Pemerintah Kota Denpasar sedang gencar-gencarnya mengembangkan kembali
potensi kain Endek agar bisa dikenal sampai ke tingkat internasional. Salah satu caranya, dengan
mewajibkan para PNS-PNS Pemkot Denpasar untuk mengenakan baju berbahan Endek setiap
minggunya, dan juga mewajibkan masyarakat menggunakan pakaian Endek di momen-momen
tertentu. Semoga kain Endek bisa go international!

By Christie Damayanti
Bali adalah sebuah pulau dengagn georafi yang alami serta mempunyai warisan kebudayaan
yang dengan unik bersatu dalam alam serta penduduknya. Bali sendiri juga merupakan pulau
dengan penduduknya yang mempunyai garis seni yang sangat unik, salah satu warisan budaya
Indonesia yang agung dan luhur. Dari gamelan Bali, tarian2 Baliya yang eksotis, lukisan2 serta
patung2 Bali yang tidak da duanya, juga tenun Bali dari Songket dan Endek, yang bisa
dipastikan semuanya akan jatuh cinta dengan semuanya!

Ya! Semua warga dunia tahu, bahwa orang2 atau penduduk Bali merupakan 'a natural born
artist' .....

Sekarang, Bali merupakan jalinan tradisi dalam setiap aspek2 kehidupan. Banyak penduduk Bali
mampu mencari peluan untuk mendapatkan bisnis demi keluarganya. Sebagai 'seniman' yang
lahir dengan sudah seperti itu adanya, kemampun mereka bisa merubah kehidupan keluarga
mereka, walau untuk penduduk yang sudah tua, tidak mampu memasarkan kemampuan mereka
bagi turis2 asing, yang sebenarnya merupakan tulang punggung Bali.

Kain dan Tenun tradisional Bali merupakan bagian penting dalam banyak perayaan2 Bali, baik
upacara2 adat Bali, upacara2 keagamaan Bali ataupun yang lainnya. Kain dan tenun Bali ini
dipakai oleh penduduk Bali, Pendeta2 Bali, penaari Bali dan siapapun yang ikut ambil bagian
dalam ritual upacara di Bali.

Cerita tentang Tenun Songket Bali

Songet Bali dari benang sutra ( dari ulat sutra ), biasanya mempunyai pola2 dengagn kerling
emas atau perak, tergantung desain. Desain2nya sangat lazim bagi perempuan2 Bali, sesuai
dengan ciri2 khasnya, termasuk ritual dan upacara2nya. Di jaman dahulu di kerajaan Bali,
Songket berkembang di Karangasem, Klungkung, Buleleng, jembrana dan Badung. Songket
dengan detail cantik, merupakan asset tekstil Bali yang sangat disukai oleh turis2 manca negara,
bahkan turis2 lokal dari Indonesia.

Songket Bali meruakan tenunan dari sutra murni berwarna dan dengan benang emas yang
membentuk pola hiasan berbagai motif, yang disediakan untuk penduduk Bali dari keturunan
Brahmana, kasta tertinggi dalam agama Hindu.

Tetapi pada saat ini, dalam kehidupan modern Songket Bali sudah menjadi kain dan tenun yang
bisa dipakai sehari2 ( walaupun memang masih cukup mahal ), tidak dikhususkan untuk kasta
tertinggi disana. Bahkan Sangket Bali dijual untuk umum, sampai ke manca negara .....

***

Ketika kami sempat berandang dalam acara APEC Women 2013 di Klungkung Bali ini, kami
diajak ke sebuah rumah produsi kain Tenun Songket dan Endek Bali ( lihat tulisanku Aku Tidak
Tahu, Kemana Tuhan Akan Membawa Kita ...... Proses untuk menghasilkan kain tenun ikat ini
dimulai dengan memimtal benang. Untuk kain katun atau sutra, tergantung desain. Kemudian
benang dibentangkan di alat perentang dan helainnya diikat dengagn tali sesuai dengan pola2 dan
raman hiasnya ( atau sesuai pesanan ).

1379064671507388738

Bermula dari benang2 outih katun atau sutra sebelum diwarnai ......
1379064718879615042
13790647801809342432

Atau benang2 yang sudah diwarnai, mereka memintalnya sampai mendasi sebuah kain ......
1379064843996853741

Kain dipintal dengan alat2 tradisional ( delegasi APEC Women dari Jepang mencoba memintal
benang ) .....
1379064923666323720
1379064964416796796

Lalu ditenun dengan warna warni sesuai dengan desain atau pesanan .....

Setelah itu, mulai dengan pengikatan pola2 tersebut, benang dicelup dan diwarnai sesuai denan
desain. Dan setelah kering, benang sudah bisa ditenun menjadi kain.

Pada Tenun Songket, selalu disisipkan benar emas atau perak. Bisa juga benag tembaga.
Benang2 warna warni adalah yang menjadika Tenun Songket sangat menarik! Padu padan warna
merupakan hasil desain yang luar biasa bagi sebuah Tenun Songket Bali. Begitu juga tentang
corak,sesuai dengan desain atau pesanan. Tetapi kemungkinan besar, pembeli justru mencari
Tenun Songket dengan corak Bali!

Karena tenun ini memakai banyak benang, sebuah kain Songket akan terasa sangat kaku dan
berat. Ya, sebenarnya dulu Tenun Songket memang hanya untuk upacara2 bali saja, sehingga
tidak di jahit. Tetapi sekarang, Tenun Songket sudah menjadi produk fashion, dan itu menjadi
kain ini cukup sulit untuk dijahit. Sehingga busana2 fashion akan sangat terbatas jika
menggunakan Tenun Songket.

Ibu Wayan, salah satu penen Songket yang aku ajak bicara mengatakan bahwa, jika untuk upcara
ritual, corak akan menjadi sakral jia sudah di berkati, sehingga corak ini tidak akan di'ganggu'.
Tetapi karena penduduk Bali memang terbuka dengan hal2 baru, mereka akan mengambil corak2
baru dari alam sekitarnya, seperti bunga, daun atau desain2 modern yang disederhanakan.

1379065027478596923

Ibu Wayan, seorang perempuan Bali yang sudh menjadi penenun Songket sejak turun temurun
dari keluarganya. Dia melai belajar menenun sejak 5 tahun, dan Songket hasil tenunannya bisa
selesai dalam 2 atau 3 bulan dan dihargai antara 2 juta sampai 10 juta .....
1379065071836216902
1379065112700358172

Aku sangat tertarik mendengar cerita ibu Wayan ......

Bagi penenun2 yang emang hanya belajar dari lingkungan ( tidak sekolah tentang seni dan
budaya ) seperti ibu Wayan, corak , warna dan desain Tenun Songket tidak di polakan. Mereka
sudah terdidik untuk bisa menenun dengan baik, walaupun akan terlihat mulai statis. Lain
dengan perempuan2 yang 'belajar' lewat pemikiran2 yang moderen, melihat2 buku2 untuk
inspirasi, ataupun lewat beberapa pengamatan kecil bagi pola2 baru. Dan itu yang mulai diminati
oleh turis manca negara, walau untuk desain Tenun Songket yang klasik pun, masih mempunyai
'pasar' tersendiri .....

Seperti Batik Tulis yang klasik, mempuyai 'pasar' tersendiri tetapi Batik modern sekarang ini,
banyak diminati oleh perempuan2 muda untuk baju2 fashion cantik .....

Tidak mengherankan, ketika aku bertanya berapa harga sebuah kain Tenun Songket yang aku
taksir dengan warna warni cantik, dengan 1 potong kain untuk baju panjang, antara 2 juta sampai
10 juta! Astaga! Ya, ibu Wayan bercerita, 8 jam sehari dia menenun Songket dengan kecepatan
standard, mengasilkan Tenun Songket berkualitas baik, selama 2 sampai 3 bulan!
137906518716400550
1379065249501643805

Hasil Tenun Songket Bali yang luar biasa! Mataku hijau melihat kain2 cantik di etalase ini.
Sayang, aku tidak bisa membelinya karena terlalu mahal untukku ......

***

Budaya Indonesia memang sangat luar biasa! Termasuk Tenun Songkeet Bali. Sebuah Songket
Bali yang dihargai jutaan merupakan bukti bahwa budaya dan tradisi merupakan sesuatu yang
tidak murah harganya, bahkan sangat berharga. Dengan 'kerja keras' seniman2 Bali, sangat
masuk akal jika sebenarnya banyak turis2 dari manca negara sangat menghargai mereka. Tetapi,
justru masih banyak generasi muda yang tidak peduli dengan budaya leluhur bangsa, sehingga
sekarang ini mulai banyak pameran2 kain tradisional Indonesia di Jakarta untuk mulai
mengangkat warisan leluhur bangsa. Dan aku sangat mengapresiasinya, sebagai perempuan
Indonesia yang sangat peduli dengan kecantikan budaya dan tradisi bangsa ......

Salam dari Klungkung, Bali .....

Anda mungkin juga menyukai