Kain Songket adalah kain tenun tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat Melayu di
beberapa provinsi di Indonesia seperti Aceh dan Minangkabau. Tidak hanya masyarakat melayu di
Indonesia, kain songket juga dapat ditemukan di negara Malaysia dan Brunai, tentu saja dengan ciri khas
yang lain dengan songket dari Indonesia.
Sejarahnya kain songket diperkenalkan pada masa perdagangan zaman dahulu antara Thiongkok dan
India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas
dan perak; maka, jadilah songket yang dibuat oleh masyarakat Indonesia. Kain songket juga identik
dengan kebesaran kerajaan Sriwijaya.
Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil
kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak
Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah
khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif
songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang
terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis,
Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante
Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain
yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri
Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan
sejumlah motif lain.
Seorang perajin menenun kain songket menggunakan peralatan tradisional ATKT (Alat Tenun Kaki Tangan) di daerah
sentra pengrajin, Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Gambar :
http://acehdalamsejarah.blogspot.co.id/2011/07/saksi-sejarah-kejayaan-tenun-songket.html
Kain Songket dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti pakaian adat, hiasan dinding, tas, dll
Kata batik sendiri berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Batik adalah seni
melukis dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai pelindung untuk
mendapatkan ragam hias diatas kain tersebut. Adapun motif batik di Indonesia saat ini sangat banyak.
Batik tidak hanya ditemukan di Solo/Yogyakarta. Tapi ada berbagai jenis kain batik khas daerah /
provinsi lainnya di Indonesia, seperti Batik aceh, batik cirebon, batik garut, batik pekalongan, batik
madura, batik jakarta, batik bali, batik tasik, batik banten dan batik minangkabau.
Teknik tenun ikat dapat kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang
terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem dan Bali.
4. Kain Adat Tradisional Indonesia - Ulos
Ulos atau Kain Ulos adalah kain adat tradisional dan merupakan busana khas Indonesia yang dibuat dan
dikembangkan secara turun temurun pada masyarakat Batak Sumatera Utara. Ulos yang dalam bahasa
batang berarti kain, dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang
emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan
pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk
sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Batik Besurek diperkenalkan pedagang Arab dan pekerja asal India pada abad ke-17 kepada masyarakat
di Bengkulu. Seiring dengan perkembangannya, seni dalam membuat motif pada kain tersebut
dipadukan dengan tradisi Indonesia yang berciri khas Bengkulu. Berdasarkan data Dinas Koperasi PPKM
Kota Bengkulu, Batik Besurek mulai diproduksi para perajin sejak tahun 1988. Elly Sumiati dan Doni
Roesmandai merupakan dua perajin Batik Besurek yang merupakan pelopor batik ini di Kota Bengkulu.
Kain Besurek - Gambar : http://www.kidnesia.com
Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang
terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan
benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan
yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan
dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun
gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk
memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh
pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi atau oleh oleh
Lampung yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
Kain Gringsing dibuat dan dipintal dari bahan antara lain kapuk berbiji satu yang telah mengalami proses
perendaman dalam minyak kemiri khusus yang diambil dari hutan.
Kain Sasirangan -
https://id.wikipedia.org/wiki/Sasirangan
Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain
dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat. Upaya untuk
melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan
HAM RI beberapa motif sasirangan sebagai berikut :
1. Iris Pudak
2. Kambang Raja
3. Bayam Raja
4. Kulit Kurikit
5. Ombak Sinapur Karang
6. Bintang Bahambur
7. Sari Gading
8. Kulit Kayu
9. Naga Balimbur
10. Jajumputan
11. Turun Dayang
12. Kambang Tampuk Manggis
13. Daun Jaruju
14. Kangkung Kaombakan
15. Sisik Tanggiling
16. Kambang Tanjung
Tenun Doyo
Sarung sutera bugis bermotif kotak-kotak, namun jika diperhatikan lebih teliti, tidak semua sarung
memiliki kotak yang sama. Beda ukuran kotak mengandung arti yang berbeda .
Jika kita melihat di sarung tersebut terdapat kotak-kotak kecil yang dihasilkan dari paduan garis-garis
vertikal dan horizontal dan berwarna cerah. Dulunya ini dipakai wanita Bugis yang belum menikah. Motif
ini dinamakan motif Balo Renni. Jadi mudah menyirikan wanita bugis yang sudah menikah dan belum
menikah dari sarung yang dikenakannya.
Kebalikan dari motif Balo Renni adalah motif Balo Lobang. Kain sarung ini memiliki garis yang cenderung
tebal sehingga menghasilkan kotak yang besar pula. Warnanya leih terang, seperti merah terang
ataupun merah keemasan. Motif ini digunakan untuk pria Bugis yang belum menikah.
Demikian Sobat Tradisi, 11 kain adat tradisional Indonesia yang perlu kita ketahui. Semoga bermanfaat.