Anda di halaman 1dari 4

CIRI – CIRI DAN JENIS KAIN KHAS TRADISIONAL

1. Kain Sutra Bugis

Kokon atau ulat sutra adalah bahan baku untuk pembuatan benangnya, sehingga tercipta kain tenun
khas Bugis. Sarung sutra dulunya hanya dikenakan untuk padanan baju bodo yang merupakan pakaian
tradisional masyarakat Sulawesi Selatan. Keunikannya terlihat pada motif kotak-kotak yang berlainan.
Perbedaan ukuran kotanya juga memiliki arti berbeda pula.
Sebenarnya motif kotak tersebut sebagai penanda pemakainya masih lajang atau sudah menikah. Motif
Ballo Renni ditandai dengan kotak kecil berwarna cerah. Wanita lajang biasanya yang mengenakannya.
Sedangkan motif Balo Lobang yang memiliki ukuran lebih besar berwarna merah keemasan atau merah
terang. Motif tersebut diperuntukkan bagi pria Bugis yang masih lajang. Masih banyak juga motif khas
kain Bugis ini, yang disertai dengan keistimewaan masing-masing.

2. Kain Tenun Dayak

Menenun adalah aktivitas para wanita Dayak saat waktu luang, biasanya dilakukan sesudah beraktivitas
di ladang. Gedok adalah nama alat untuk pembuatan tenun khas Dayak. Proses pembuatannya relatif
lama, karena setidaknya memerlukan waktu hingga tiga bulan. Untuk cara pewarnaannya masih
mengaplikasikan bahan pewarna alami.
Motif flora dan fauna yang terdapat di kawasan sekitarnya merupakan motif yang ditonjolkan pada kain
tenunnya. Sehingga sangat terlihat ciri khas dari Pulau Kalimantan. Sejumlah tenun dayak yang
dihasilkan, seperti Sungket bermotif garis tegas dan besar, Sidan berwarna cerah dan terang, dan Kebat
bermotif alam atau asimetris. Ketiga motif kain tersebut biasanya dikenakan oleh Suku Dayak Iban
yang berada di Kalimantan Barat.

3. Kain Besurek
Bengkulu adalah daerah yang menghasilkan kain tradisional ini. arti dari Besurek adalah bertuliskan
atau bersurat. Penamaan kain tersebut disebabkan motifnya menampilkan kaligrafi atau huruf arab
gundul. Oleh karena motif tersebut sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam.
Motif tersebut yang membedakan kain besurek dengan kain batik Jawa. Tetapi kalau diperhatikan dari
teknik pembuatannya sama dengan kain batik Jawa. Sedangkan untuk pewarnaannya lebih
mengandalkan warna yang beragam dan lebih cerah.

4. Kain Tapis

Kain tradisional ini berasal dari Lampung. Peralatan tradisional masih digunakan sebagai sarana
menyulam kain tapis. Para gadis di Lampung menyulam kain ini di rumahnya masing-masing. Waktu
pengerjaannya biasanya memerlukan beberapa bulan lamanya. Hasil kainnya biasanya mencerminkan
kepribadian dari pembuatnya.
Kain tapis tersusun dari kain berwarna gelap. Warna gelap tersebut dihasilkan dari bahan pewarna
alami. Kemudian setelah proses itu barulah diterapkan proses penyulaman dengan benang emas. Pada
umumnya tapis tampil dengan motif flora, fauna, piramida dan zig zag.

5. Kain Sasirangan

Kain tradisional ini dibuat oleh suku Banjar yang bermukim di Provinsi Kalimantan Selatan. Sirang
adalah asal muasal kata Sasirangan. Arti dari kata tersebut adalah dijahit dengan tangan dan
dijelujurkan benangnya. Bahan dasar berupa kain katun atau mori, selanjutnya digambari aneka motif
khas. Kemudian disirang atau dijelujur sesuai motif yang telah dibuatnya.
Keunikan dari kain tradisional ini terlihat pada coraknya yang menampilkan khas alam dan budaya
Kalimantan. Sedikitnya terdapat 30 motif sasirangan yang sangat digemari oleh warga setempat dan
wisatawan. Beberapa diantaranya adalah motif daun taruju, kulat ka rikit, naga balimbur, bayam raja
dan sebagainya. Kampung Sasirangan di Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan sentra pembuatan
kain khas tersebut.

6. Kain Songket
Kain tradisional Indonesia ini dibuat oleh masyarakat Minangkabau dan Melayu. Songket ini termasuk
dalam jenis tenunan brokat.  Kain ini ditenun memakai tangan menggunakan benang perak dan benang
emas. Istilah sungkit adalah asal muasal sebutan kain songket. Menurut bahasa Melayu, arti kata
tersebut adalah mengait. Penyebutannya sesuai dengan teknik pembuatannya, yakni dengan cara
dikaitkan serta mengambil sejumput kain tenunnya.
Sesudah itu barulah menyelipkan benang emasnya. Songket juga tampil dengan beragam motif
tradisional yang menjadi ciri khas budaya warga setempat. Sejumlah motif terpopuler adalah barantai
merah, barantai putiah, buah palo, dan saik kalamai. Selain itu masih banyak lagi motif songket yang
belum dipatenkan secara resmi.

7. Kain Gringsing

Teknik dobel ikat diaplikasikan dalam proses pembuatan kain gringsing. Sehingga tercatat sebagai
satu-satunya kain khas asal Indonesia yang mengusung metode tersebut. Semua proses pembuatannya
dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia. Setidaknya diperlukan waktu selama 2-5
tahun untuk menghasilkan kain gringsing.
Kain tradisional ini dibuat oleh masyarakat Tenganan, Bali. Istilah gringsing berasal dari bahasa Bali,
yanki gring berarti sakit dan sing berarti tidak. Sehingga makna kata gringsing layaknya penolak bala
dan bisa menyembuhkan penyakit.
Masyarakat setempat sangat percaya kalau asal muasal kain ini berasal dari kekaguman Dewa Indra
terhadap keindahan langit saat malam hari. Karena itu Dewa Indra mengajari para wanita agar bisa
menguasai metode penenunan kain gringsing. Motif kain ini menampilkan keindahan langit berupa
matahari, bulan dan hamparan bintang.

8. Tenun Ikat

Kain tradisional ini diproses dengan cara ditenun dari berbagai helaian benang pakan. Sebelumnya
benang ini diikat kemudian diterapkan zat pewarna alami. Benang akan diikat menggunakan tali
berdasarkan coraknya sebelum ditenun. Cara ini untuk memudahkan dalam pencelupan sebagian
benang tersebut. Biasanya bagian benang yang terikat tali tidak akan diwarnai.
Alat tenun tanpa mesin merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk menghasilkan tenun ikat.
Sejumlah daerah di Indonesia yang dikenal memproduksi kain khas ini adalah Timor, Flores, Sumba,
Sumbawa, Lombok, Bali, Jepara, Sintang dan Toraja.
9. Kain ulos

Masyarakat Batak yang mengembangkan kain khas unik ini. Penenunan adalah metode yang diterapkan
untuk menghasilkan kain ulos. Penggunaan kain ini hampir di setiap kesempatan masyarakat Batak,
seperti saat dukacita, kelahiran, pernikahan dan sebagainya. Kain ini juga biasanya diberikan untuk ibu
hamil, sebagai pelindung dari segala bencana serta melancarkan persalinan.
Kehangatan dianggap sebagai unsur penting dalam kehidupan nenek moyang masyarakat Batak.
Sedangkan mengenakan kain ulos bisa memberikan kehangatan.  Berbagai warna yang mendominasi
adalah putih, hitam dan merah. Selain itu dihiasi juga dengan benang berwarna perak dan emas.
Sejumlah ulos tercatat sudah punah, seperti ulos sibolang, ulos saput, ulos gobar, ulos ragi botik, dan
ulos r
10. Kain Batik

Pembuatan batik tulis dengan menggunakan kain mori, kemudian di gambar memakai lilin yang berada
di canting. Corak dan motifnya sangat cantik, dan melambangkan makna tersendiri. Sangat banyak
jenis batik sesuai dengan daerah penghasilnya, seperti batik bali, batik banyumasan, batik tegal, batik
cirebon, batik pekalongan, batik solo, batik jogja, batik surabaya dan sebagainya.
Nah, itulah sepuluh kain tradisional Indonesia yang memiliki motif cantik. Sebenarnya masih banyak
lagi jenis kain khas lainnya yang berasal dari berbagai daerah lainnya. Lengkapi koleksinya sebagai
bagian dari cara melestarikan budaya bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai