dan Konseling
Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
A. DESKRIPSI KASUS
L ia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik
kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya
berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya
berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan
wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan
sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain
sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak
Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-
temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda
dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai
orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja,
dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai
timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar
malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman
yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya
pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut
bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan
perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya
berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi
kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak
segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal
yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar
mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia
juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang
justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan
cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa
itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya;
Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam
tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah
dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan
memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa
saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap
goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang
sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan
menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya
menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan
irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada
yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena
saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena
semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah
karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri
pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung,
peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya
menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia
telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah
terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan
akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya
terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan
konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan /
kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam
konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan
konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis
dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan
menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional
tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih
bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung
dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri
menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang
benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai
dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung,
tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga
dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-
kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga
wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50%
netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap
orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan
pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik
penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan
beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya
dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas
digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang
irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
D. PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai
oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti,
makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri,
yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang
tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan
bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor
selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali
kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran
dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan
berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk
berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
SUMBER
Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana
Semarang.
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan
Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK,
Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 1
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 13
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan hidayah-
nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Profesi Kependidikan yang terdiri dari berbagai sumber
Dengan dibuatnya tugas makalah Profesi Kependidikan ini kami berharap dapat bermanfaat
untuk para mahasiswa dan membantu para mahasiswa dalam memahami. Dalam pembuatan tugas
makalah Profesi Kependidikan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dan Ahmad
Kami menyadari dalam pembuatan makalah Profesi Kependidikan ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan rasa
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya
dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber
Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi kedalam tiga tipe yakni studi kasus eksplanatoris,
eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada jenis dan tujuan dari pertanyaan
penelitian.
Lebih lanjut, K. Yin Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan
karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti sirklus kehidupan
nyata. Penjelasan ini menjadi landasan bahwa studi kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif
3. Tujuan
Untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar dan yang memerlukan bantuan atau
penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai
berikut:
Identifikasi Kasus
1. Nama : Latifa
2. Tempat dan tanggal lahir : Palembang, 10 April 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Dusun
6. Alamat : Jl. Swadaya Murni
7. Jumlah saudara kandung : 8 Saudara
jumlah saudara laki-laki : 3 (Tiga)
jumlah saudara perempuan : 5 (Lima)
8. Anak ke- : 5 (Lima)
9. Hobby : Masak
10. Status : Anak kandung
11. Cita-cita : menjadi Koki/Chef
Riwayat Hidup
A. Kesehatan
Pernah menderita sakit
Sering Merasakan Pening
B. Keadaan Hidup (KEHIDUPAN)
Kurang senang dengan tingkah laku orang rumah
Saya tidak puas dengan keadaan saya sekarang
Saya sudah tidak punya ayah
Saya sudah tidak punya ibu
Dirumah merasa tidak disenangi
C. Keadaan Di Rumah
Sering berdusta
Bersifat pemalu
Mudah tersinggung
E. Cita-cita
Kurangnya Dukungan dari orang tua/ Motivasi
F. Sekolah dan Pengajaran
Malas belajar
Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu cara
untuk mendapatkan data dari siswa. Dari hasil wawancara diperoleh hasil sebagai berikut :
13. Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan
dianggap kurang memahami kondisi siswa.
Hasil Observasi
Dari hasil observasi di dalam kelas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
2. Siswa kasus kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran di kelas.
Dari masalah-masalah yang diperolah saat diwawancara dan problem yang dialami siswa yaitu
Orang tua/wali murid kurang peduli, Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid, Tidak ada uang
saku, Ada teman di kelas yang kurang disukai, Merasa tidak betah di rumah, Teman sebangkunya
sebagai tempat curhatnya, Sering merasa gugup saat dapat giliran, Susah memahami pelajaran yang
saya pelajari, Malas belajar, Saya mulai tertarik pada salah satu teman, Saya pernah patah hati dalam
bercinta, Sukar menyesuaikan diri, Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut
mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.
Data yang didapat dari masalah-masalah siswa di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa
termasuk yang sulit dalam menyerap pelajaran dan malasnya siswa dalam belajar.
Mengatasi Anak Malas Belajar
Anak malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum orang tua. Kasus yang biasa terjadi
adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar,
antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
Malas
Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar
berarti tidak mau, enggan, tidak suka, tak bernafsu untuk belajar
Jika anak - anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai
kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai
kegiatan yang tidak ada gunanya karena bagi mereka tidak secara langsung dapat menikmati hasil
belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas - jelas kegiatan bermain menarik buat anak - anak, dan
keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain
adalah suatu keuntungan)
Sebab :
Faktor ekstrinsik
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya. Banyak orang tua ynag
menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab
anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu, dst.
Sedang punya masalah di rumah
Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan
untuk dikerjakan).
Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja
belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis, buku, dll)
Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun
kondisi udara ynag pengap. selain itu tersedianya fasilitas permainan ynag berlebihan di rumah juga
dapat mengganggu minat belajar anak, mulai dari radio, tape, VCD, DVD, atau komputer dan Plays
Stations.
Mencari sebab anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain :
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, menumbuhkan inisiatif belajar pada anak,
menumbuhkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang
bermanfaat jangka panjang.
Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa
penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh
4. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam
keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa
menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa,
tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade,
di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak
sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta
bantuannya. Mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai
dengan kemampuan anak. Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning through
playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.
5. Komunikasi
Hendaklah orang tua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara
langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat
berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia
malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan
atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
6. Menciptakan disiplin.
Jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.
7. Menegakkan kedisiplinan.
Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan
rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi
yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-
konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
8. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak
juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.
9. Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal belajar yang
sesuai. dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll.
10. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara
mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan
permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.
11. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini jika anak
sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas belajat
adalah
Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Pernah
nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya? Ajak anak untuk
mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu,
apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.
Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena dia memiliki sisi
positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena kesabaran, keuletan, usaha dia
untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya. Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya
dengan mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa
mengatasinya
Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam
waktu panjang atau pendek. Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia
berhasil mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia
menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana
senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
Mengarahkan anak untuk berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan mendukung.
Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal yang baik yang
mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain
adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang
berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata
terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik
dan benar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga
memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang
akan dijadikan subjek studi kasus. Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan
data, seperti analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor, sosiometri atau
instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
Penyebab Anak malas dalam belajar yaitu :
Faktor Intrinsik (dalam diri anak sendiri)
Faktor ekstrinsik
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya..
Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan
untuk dikerjakan).
Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja
belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis, buku, dll)
Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun
DAFTAR PUSTAKA
arasmunandar.wordpress.com/identifikasi-kasus/
http://belajaryuk89.blogspot.com/2011/02/penyebab-dan-cara-mengatasi-anak-yang.html
http://kumpulanmakalahjajang.blogspot.com/2011/12/makalah-study-kasus-serta- contohnya.html
H. Sunarno, dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
BAB I
PENDAHULUAN
mempersiapkan siswa agar mereka dapat hidup produktif dan sukses di masa depan? Salah satu
keterampilan menganalisa data, berpikir secara logis, membuat keputusan, menyelesaikan masalah
Sebagai guru matematika, tugas kita adalah mempersiapkan siswa dengan kegiatan-kegiatan
yang bermakna yang akan merangsang pemikiran mereka, dan membantu mereka menguasai
keterampilan-keterampilan yang dapat mereka bangun untuk kehidupan yang sukses dan
ahli pendidikan saat ini. Pendekatan pengajaran yang menempatkan guru sebagai sentral kegiatan
belajar mengajar sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Arah angin berpihak pada suatu system
pengajaran yang menempatkan siswa pada posisi “diberdayakan” secara maksimalkan, yaitu mendidik
Secara teoritis, jika proses pembelajaran di kelas kondusif dan metode yang digunakan guru
dapat diterima siswa maka hasil belajar di kelas tersebut akan baik/sesuai target yang diharapkan.
Tetapi kenyataannya tidak demikian karena factor penunjang hasil belajar yang bagus tidak hanya
pembelajaran di kelas yang baik, tetapi ada factor dari siswa sendiri meliputi motivasi dan minat
terhadap suatu bidang studi. Selain itu, factor lingkungan keluarga (perhatian orang tua), guru dan
teman dalam pergaulan. Tidak kalah pentingnya yang menjadi penunjang keberhasilan dalam belajar
Siswa yang kurang berhasil dalam belajar hendaknya juga diperhatikan oleh guru dan disini
peran guru sangat penting sebagai motivator, sehingga anak bisa menemukan factor apa saja yang
mempengaruhi ketidakberhasilannya dalam belajar dan bersama siswa, guru dan orang tua (bila perlu)
mencari solusi sehingga anak bisa kembali meraih prestasi yang diharapkan.
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka pada laporan ini hanya
membahas hal – hal apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam belajar matematika
khususnya pada penguasaan standar kompetensi tentang menggunakan aturan statistika, kaidah
pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah serta tindakan apa saja yang bisa
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil permasalahan yang
mungkin timbul :
1. Apa saja masalah yang dihadapi siswa dalam belajar matematika?
4. Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa?
1. Untuk mengenal keadaan/pribadi siswa yang dianggap mempunyai masalah dalam belajar matematika
2. Digunakan sebagai bahan untuk menentukan jalan keluar/pemecahan masalah siswa
3. Melatih calon guru untuk berfungsi sebagai tenaga pembimbing dan konseling
4. Melatih calon guru agar dapat berfikir analitis, integratis, dan komprehensif khususnya dalam
yang berhubungan dengan siswa sehingga diketahui kondisi siswa secara akurat dan menyeluruh.
2. Sintesis
Penyusun memadukan data-data atau informasi yang diperoleh untuk memperoleh gambaran global dan
3. Diagnosa
Menentukan masalah yang dihadapi siswa dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
4. Prognosa
Memprediksi (meramalkan) hal-hal negatif yang mungkin timbul apabila siswa tersebut tidak segera
5. Treatment
6. Follow-Up
Menindaklanjuti langkah-langkah sebelumnya dan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan itu sudah
1. Interview
2. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas
3. Angket
Dengan memberikan angket akan didapatkan informasi tentang kesulitan belajar siswa dalam pelajaran
matematika
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
Ayah
Ibu
Lamanya pendidikan
TK : 1 tahun
SD : 6 tahun
SMP : 3 tahun
Kebiasaan belajar
Biologi
Dari hasil pengamatan hasil ulangan harian, angket wawancara (interview) serta konsultasi
dapat diketahui masalah yang dihadapi siswa dan factor penyebab timbulnya masalah.
Semenjak SD siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam belajar, tetapi semenjak SMA siswa
Penyebabnya :
a. Waktu belajar tidak teratur dan terbiasa untuk belajar malam – malam
b. Tidak tahu cara belajar yang baik
Siswa tidak bisa membagi waktu antara waktu untuk belajar, membantu pekerjaan orang tua di rumah
dan melakukan kegiatan ekstrakurikuler (dalam hal ini bermain basket dan bermain band)
d. Waktunya habis untuk membantu orang tua dan melakukan kegiatan ekstrakurikuler
Penyebabnya :
b. Siswa jarang mengerjakan latihan – latihan soal matematika di rumah dan cenderung belajar dengan
Penyebabnya :
a. Sebenarnya siswa menyukai pelajaran matematika, tetapi kurang tahu bagaimana cara belajar
b. Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya matematika dalam kehidupan sekarang dan yang akan
datang
Penyebabnya :
a. Sibuknya orang tua sehingga perhatian orang tua tidak maksimal
b. Orang tua kurang bisa menjadi tempat curhat bagi siswa
1. Siswa harus optimis bahwa dia bisa seperti teman-temanya yang berhasil
5. Siswa bisa konsultasi masalahnya dengan guru bidang studi atau guru BK/BP
6. Siswa diharapkan untuk berbicara langsung dengan orang tuanya tentang masalah yang dihadapinya
D. Treatment
Dari alternatif penyelesaian tersebut, yang sudah di implementasikan kepada siswa, yakni :
1. Memberikan dorongan dan nasehat agar siswa mempunyai motivasi untuk belajar matematika
2. Siswa sudah mulai mengatur waktu untuk belajar, membantu orang tua dan melakukan kegiatan
ekstrakurikuler
3. Siswa sudah mulai untuk curhat dengan sahabat atau teman dekat tentang masalah yang dihadapinya
4. Siswa berusaha untuk berbicara dengan orang tua (ibu) tentang masalah yang dihadapi
E. Follow Up
alternatif pemecahan masalah yang dilaksanakan dan hasilnya cukup efektif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi siswa. Ini dapat dilihat dari ungkapan siswa yang merasa beban masalahnya agak
Adapun tindakan yang dilakukan oleh penyusun untuk membantu memecahkan masalah
yang dimiliki siswa dengan memberikan masukan – masukan atau bimbingan kepada siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian sebelumnya dapat diambil kesimpulan meskipun minat siswa dengan
pelajaran matematika cukup dan bisa berinteraksi dengan teman, semua itu tidak dapat menjamin siswa
tersebut akan memiliki prestasi yang bagus, karena factor dari diri siswa (motivasi) dan lingkungan
terutama keluarga memiliki peran cukup besar dalam menunjang prestasi siswa.
Namun semua permasalahan tersebut bisa diatasi, jika seseorang yang peduli dengan siswa
tersebut terutama guru dan orang tua terdekatnya (sahabat dan keluarganya). Kalau permasalahan
tesebut tidak segera diatasi maka prestasi siswa khususnya pada pelajaran matematika akan kurang
memuaskan.
B. Saran
a. Sebagai guru kita harus dengan cepat dan tanggap terhadap perubahan prestasi/perilaku siswa
b. Siswa tersebut harus didekati secara baik baik tanpa harus menyinggung perasaannya
c. Laporan studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan motivator guru agar tidak hanya sebagai fasilitator
dalam proses belajar di kelas tetapi juga motivator dan tempat sharing (berbagi) dengan siswa
DAFTAR PUSTAKA
1. Out line, Pembekalan Program Pengalaman Lapangan. 2008. Jombang : STKIP PGRI JOMBANG.
3. Janet, TM. 2003. Portofolio Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan dalam Seminar
Zazuli's Blog - Pada postingan pemrograman sebelumnya saya telah memposting tentang
Pengertian Algoritma Pemrograman, dan kali ini saya akan share tentang Pengertian
Flowchart beserta contoh simbol dan kegunaannya.
System Flowchart
System flowchart dapat didefinisikan sebagai bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara
keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari prosedur-prosedur yang ada di
dalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa yang dikerjakan di sistem.
Document Flowchart
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut juga bagan alir formulir (form
flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari
laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya.
Schematic Flowchart
Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir
sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah, bagan
alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem, juga menggunakan gambar-
gambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-gambar
ini adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang paham dengan simbol-
simbol bagan alir. Penggunaan gambar-gambar ini memudahkan untuk dipahami, tetapi sulit
dan lama menggambarnya.
Program Flowchart
Bagan alir program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci
langkah-langkah dari proses program. Bagan alir program dibuat dari derivikasi bagan alir
sistem.
Bagan alir program dapat terdiri dari dua macam, yaitu bagan alir logika program (program
logic flowchart) dan bagan alir program komputer terinci (detailed computer program
flowchart). Bagan alir logika program digunakan untuk menggambarkan tiap-tiap langkah di
dalam program komputer secara logika. Bagan alat- logika program ini dipersiapkan oleh analis
sistem. Gambar berikut menunjukkan bagan alir logika program. Bagan alir program komputer
terinci (detailed computer program flow-chart) digunakan untuk menggambarkan instruksi-
instruksi program komputer secara terinci. Bagan alir ini dipersiapkan oleh pemrogram.
Process Flowchart
Bagan alir proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik
industri. Bagan alir ini juga berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses dalam
suatu prosedur.
Symbol Off-line Connector ( Simbol untuk keluar/masuk prosedure atau proses dalam
lembar/halaman yang lain)
♦ Processing symbols ♦
Menunjukkan jenis operasi pengolahan dalam suatu prosedur
Symbol Process (Simbol yang menunjukkan pengolahan yang dilakukan oleh
komputer)
Symbol Terminal (Simbol untuk permulaan atau akhir dari suatu program)-
Symbol Off-line Storage (Simbol yang menunjukkan bahwa data di dalam symbol ini
akan disimpan)
-
Symbol Manual Input (Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line
keyboard)
♦ Input-output symbols ♦
menyatakan jenis peralatan yang digunakan sebagai media input atau output.
Symbol input-output (Symbol yang menyatakan proses input dan output tanpa
tergantung dengan jenis peralatannya)
Symbol magnetic-tape unit (Symbol yang menyatakan input berasal pita magnetic
atau output disimpan ke pita magnetic)
- Symbol punched card (Symbol yang menyatakan input berasal dari kartu atau
output ditulis ke kartu)-
Symbol disk and on-line storage (Symbol untuk menyatakan input berasal dari disk
atau output disimpan ke disk)
Symbol display (Symbol yang menyatakan peralatan output yang digunakan yaitu
layar, plotter, printer, dan sebagainya)
Symbol dokumen (symbol yang menyatakan input berasal dari dokumen dalam
bentuk kertas atau output dicetak ke kertas)
1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri kekanan.
2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus
dapat dimengerti oleh pembacanya.
3. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja
5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harusditelusuri dengan hati-
hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan
tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan
dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya
bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.
Contoh-contoh Flowchart
Flowchar Sistem untuk predefined process yang diberi nama Check shipment untuk Flowchart
diatas
Demikianlah pengertian flowchart dan contoh simbol dan fungsinya, semoga posting kali ini
bermanfaat dan dapat membantu sobat dalam mengerjakan tugas kuliah
Pengenalan Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta
instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses
tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan
menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai
disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman.
Pengenalan Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta
instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses
tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan
menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai
disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman.
Simbol-simbol flowchart
Flowchart disusun dengan simbol-simbol. Simbol ini dipakai sebagai alat bantu menggambarkan proses di dalam
program. Simbol-simbol yang dipakai antara lain :
Yaitu simbol yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol yang satu dengan simbol yang lain. Simbol ini
disebut juga connecting line.
Terminator Symbol
Yaitu simbol untuk permulaan (start) atau akhir (stop) dari suatu kegiatan
Connector Symbol
Yaitu simbol untuk keluar – masuk atau penyambungan proses dalam lembar / halaman yang sama.
Connector Symbol
Yaitu simbol untuk keluar – masuk atau penyambungan proses pada lembar / halaman yang berbeda.
Processing Symbol
Simbol Decision
Simbol Input-Output
Simbol yang menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya
Simbol Manual Input
Simbol Preparation
Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam storage.
Simbol Display
Simbol yang menyatakan peralatan output yang digunakan yaitu layar, plotter, printer dan sebagainya.
Simbol yang menyatakan input yang berasal dari disk atau disimpan ke disk.
Dari gambar flowchart di atas terlihat bahwa suatu flowchart harus terdapat proses persiapan dan proses akhir. Dan yang menjadi
topik dalam pembahasan ini adalah tahap proses. Karena kegiatan ini banyak mengandung variasi sesuai dengan kompleksitas
masalah yang akan dipecahkan. Walaupun tidak ada kaidah-kaidah yang baku dalam penyusunan flowchart, namun ada beberapa
anjuran yaitu:
Hindari pengulangan proses yang tidak perlu dan logika yang berbelit sehingga jalannya proses menjadi singkat
Penggambaran flowchart yang simetris dengan arah yang jelas.
Sebuah flowchart diawali dari satu titik START dan diakhiri dengan END.