Anda di halaman 1dari 12

DISKUSI ANALISIS KASUS

TEORI KONSELING PERSON CENTERED CLIENT


KELOMPOK 2

Nama Anggota Kelompok: 


Ergiana Andika Kholidya
Widayadi Umarsono
Iis Aisah Turido
Febrian Amir Nashrullah
Deksripsi Masalah:
• Lanang adalah siswa salah satu sekolah di Yogyakarta. Semester ini ia jarang masuk sekolah dan nilainya semakin jeblok. Ia tampak
kurus, wajahnya tampak pucat, pandangan matanya kosong, dan penampilannya lusuh. Akhir-akhir ini, ia juga suka berkelahi
dengan teman-temannya. Jika gurunya menegur, ia akan mereaksi dengan kasar. Ketika gurunya berpapasan dengan Lanang,
terdapat amplop yang terjatuh dari tasnya dan ternyata isinya adalah ganja.
• Lanang adalah pindahan dari jayapura. Ayahnya seorang perwira menengah ABRI, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Karena kesibukan, ayahnya jarang di rumah, sedangkan ibunya sibuk dalam kelompok sosialita, sehingga Lanang kurang
mendapat perhatian, baik dari ayah maupun ibunya. Lanang tidak betah di rumah, dia jarang pulang, bahkan pernah minggat dari
rumah. Dia dan teman-temannya sering terlibat mabuk-mabukan.
• Mengetahui kehidupan Lanang yang demikian, ayahnya memutuskan untuk memindahkan Lanang ke Yogyakarta dan tinggal
bersama dengan tantenya. Oleh tantenya dia diperlakukan sangat keras (tantenya takut jika nantinya akan salah asuh), bahkan
sepulang sekolah dia tidak boleh keluar rumah. Perlakuan ini membuatnya merasa seperti berada di penjara. Perasaan yang
dideritanya ini sering dilampiaskan kepada teman-temannya dan gurunya dalam bentuk tindakan kasar. Sehingga, dia dicap sebagai
anak nakal.
• (Broken Home karena kurangnya perhatian oleh orang tua)
Menurut pendapat kelompok memandang Lanang dalam perspektif
hakekat manusia menurut teori person centered

Pandangan dari segi hakekat manusia , sebenarnya lanang ini adalah anak yang baik , dikarenakan dia kurang perhatian dari kedua
orangtuanya karena ayahnya sibuk bekerja sebagai anggota TNI dan ibunya Sibuk ibu sosialita dan pada akhirnya diserahkan ketantenya
, karna dia merasa terkekang dan tidakada perhatian , akhirnya dia mencari perhatian menggunakan ganja , tindkana kasar sering
dilampiaskan kepada teman-temannya dan gurunya
Pendekatan person-centered memiliki keyakinan bahwa lanang pada dasarnya anak yang baik. hal ini dideskripsikan lagi bahwa manusia
( lanang ) memiliki tendensi untuk berkembang secata positif dan dapat dipercaya apabila kita memperlakukannya dengan cara yang
baik.
setiap manusia memiliki dorongan dari dalam (inner directed) untuk mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik lagi
Manusia yang memiliki perasaan negatif dan emosi anti sosial merupakan hasil dari kefrustrasian atas tidak terpenuhinya impuls-impuls
dasar. ( melihat dari permaslaahan lanang karna dia frustasi dan tidak terpenuhi rasa kasih syaang , rasa aman dari orangtuanya maka
dari itu dia bisa bertindak negatif dan emosi kepada lingkungan )
Disisnilah butuh peran guru bimbingan konseling untuk merubah pemikiran irasional lanang menjadi rasional , menjadi makhluk sosial ,
realistis dalam menerima kenyataan yang ada ,dan dapat berkembang seperti anak anak yang lainya dapat mengaktualsiasian dirinya.
Menurut kelopok kami mengategorikan Lanang sebagai pribadi
bermasalah menurut teori konseling person centered

• Adanya ketidakseimbangan /ketidaksesuain antara pengalaman organismic dan self menyebabkan individu merasa dirinya rapuh
dan mengalami salah suai
• Dari permasalahan yang dihadapi lanang diasumsikan pribadi bermasalah sesuai teori Person Centered karena
ketidakseimbangan /ketidaksesuaian antara pengalaman-pengalaman yang dialami dari orang tuanya sibuk sendiri, kurangnya
perhatian dari orang tua sehingga membuat lanang merasa frustasi dengan melampiaskan ke guru dan temannya
• Inkongruensi
• Karena ketidaksejajaran/ketidaksesuaian orang tua dalam memberikan perhatian sehingga membuat lanang merasa orang tuanya
tidak memberikan kasih sayang seperti anak biasanya
• Dari pengalaman lanang yang orang tuanya sibuk sendiri, kedapatan membawa ganja,sering berkelahi,dipindah ke jogja diasuh
tante yang keras membuat konsep terhadap dirinya berperilaku dengan cara-cara yang salah.
• Sikap defensif yang dilakukan konseli lanang contohnya ketika bapak/ibu guru menegur ia akan bereaksi dengan kasar
menganggap bahwa apa yang dilakukan dia ke teman-temannya benar karena dari pengalaman di rumah yang diasuh orang tua
maupun tantennya yang keras.
Tahapan konseling yang akan dilakukan menurut
menurut teori konseling person centered
1. Menciptakan kondisi dan hubungan fasilitatif
Pertama Konselor Membina hubungan baik dengan konseli (lanang) terlebih dahulu
yaitu dengan menerapkan sikap dasar guna memfasilitasi perubahan terapeutik
pada konseli(lanang), setelah konseli (lanang) sudah merasa nyaman konselor dapat
Mendengarkan bahasa verbal dan non verbal konseli (lanang) dan Memahami
kerangka acuan sudut pandang dalam diri konseli (lanang). Setelah terjalin
hubungan baik, konselor perlu menyediakan kondisi fasilitatif untuk mendorong
penerimaan diri konseli (lanang) agar lebih terbuka. Konseli (lanang) perlahan
mulai berani mengungkapkan ekspresi-ekspresi tertentu.
2. Memberikan kebebasan konseli untuk mengekspresikan perasaannya
Pada tahap ini konselor memberikan kekebasan konseli (lanang) untuk mengekspresikan
perasaannya Ketika konseli (lanang) dapat menerima dirinya, maka akan lebih mudah untuk
bebas berekspresi. Konseli (lanang) relatif lebih bebas dalam berekspresi, terutama terkait
dengan dirinya sendiri. Perasaan di masa lalu dan pemahaman terhadap diri sendiri biasanya
bersifat negatif mampu diungkapkan oleh konseli (lanang), meski hanya disertai sedikit
penerimaan. Konseli(lanang) akan benar benar siap melakukan konseling pada langkah ini.
3. Mengidentifikasi perasaan konseli
Pada tahap ini konselor mendorong menanyakan perasaan atau keadaan konseli (lanang)
agar menafsirkan makna akan pengalaman yang telah dilalui konseli (lanang), menjabarkan
perasaan-perasaan yang muncul, komitmen untuk bertanggung jawab terhadap masalah yang
dialaminya. Penerimaan, pemahaman, dan empati yang muncul dalam diri konseli (lanang)
di tahap sebelumnya dibutuhkan untuk bergerak ke tahap berikutnya.
4. Mengembangkan pemahaman konseli
Pada tahap ini konselor membebaskan konseli (lanang) untuk jauh lebih menyelami
masalah yang dialami, pengalaman yang sudah dialami dan bebas berekspresi, kendati
masih ada sedikit rasa takut dan tidak percaya. disini, konseli(lanang) jauh lebih
menyelami pengalamannya dan bebas berekspresi, kendati masih ada sedikit rasa takut
dan tidak percaya. Konselor membantu konseli (lanang) menerima keadaan dirinya apa
adanya sebagaimana yang dia persepsikan tanpa rasa takut, penolakan atau pengabaian.
Pada tahap ini, konseli (lanang) menjadi lebih cepat menyadari perasaan yang muncul.
Pengalaman dan perasaan yang menyertai diterima apa adanya, tanpa rasa takut,
penolakan, atau pengabaian. Sebuah pengalaman menjadi hidup, tidak semata (sekedar)
dirasakan. Dalam fase ini konseli (lanang) tidak ada lagi ‘masalah’, ruang eksternal dan
internal. Konseli (lanang) menjadi menghayati hidupnya, subyektif, dan menyelami
realitas yang dihadapi. Yang dialami konseeli ( lanang ) tersebut bukan lagi objek objek.
Secara fisiologis, rasa lega yang muncul dalam diri konseli (lanang) membuatnya merasa
nyaman dan rileks.
5. Merefleksikan pengalaman untuk terbuka pada perubahan
Tahap ini, konseli tampak lebih ‘menikmati’ proses konseling yang sudah
dilakukan olehkonselor dan konseli (lanang). Konselor dapat merefleksikan dengan
manyakan perasaan konseli(lanng) dan Konseli (lanang) dapat menyerap
pengalaman dan perasaan-perasaan baru yang melimpah dengan cepat serta
menggunakannya sebagai pedoman untuk mengenal diri sendiri, apa yang
diinginkan, dan bagaimana sikapnya selama ini.

Dengan tahapan tahapan diatas knselor dapat menyadarkan diri konseli (lanang)
juga dapat menyerap pengalaman dan perasaan-perasaan baru yang melimpah
dengan cepat serta menggunakannya sebagai pedoman untuk mengenal diri sendiri,
apa yang diinginkan, dan bagaimana sikapnya selama ini.
Teknik konseling yang gunakan dalam membantu Lanang
mengatasi masalah menurut teori konseling person centered

Pada penerapan teknik konseling Peron Centered perlakuan konselor dapat dilakukan melalui
beberapa teknik yang berpusat pada aktualisasi diri pada pribadi Lanang. Teknik­ yang dimaksudkan
adalah cara­-cara konseling kepada lanang dalam menyatakan dan menyampaikan perasaan menerima
dari konselor berkaitan proyeksi kejadian dan perubahan yang ditunjukkan oleh lanang, menghargai
dan mengerti perasaan klien dalam person center sebagai bentuk empati dari konselor. Cara­-cara
konselor menyatakannya itu juga dapat diartikan sebagai pernyataan­ pernyataan sikap konselor yang
asli dan spontan dalam menciptakan hubungan baik dengan klien sebagai bentuk penerimaan dari
konselor seagai bentuk Kongruen keselarasan antara pikiran dan perilaku konselor dengan lanang
dalam kondisi yang dialami lanang dimana lanang bebas menjadi dirinya sendiri dan dapat secara
akurat mengekspresikan pengalaman dan perasaan dalam dirinya. Konselor dapat menyatakan
perasaan atau pikirannya secara jujur dan transparan jika dipandang itu akan membantu konseli.
Jika konselor dapat menerima klien sebagaimana adanya, memahami sudut
pandang klien dan perasaan terhadap masalahnya, konsisten, maka klien akan
menghayati suasana konseling dengan suasana yang aman, pasti, bebas dari
ketakutan dan sebagai sesuatu yang mendorong dan membantunya sikap
Acceptance (penerimaan) yang ditunjukkan konselor kepada Lanang. Konselor
akan dipandang sebagai orang yang dipercaya, diandalkan dan konsisten, inilah
yang memungkinkan kepribadian klien dapat berkembang dengan baik sebagai
bentuk teknik person center Unconditional Positive Regard berupa kondisi dimana
lanang menerima penerimaan yang hangat tentang apapun yang ia sampaikan saat
itu juga. Konselor menunjukkannya melalui verbal dan non berbal respon
menunjukkan bahwa konselor menerima konseli dan keadaannya serta tidak menilai
apakah konseli benar atau salah tetapi lebih ke berusaha memahami konseli dari
sudutpandang konseli itu sendiri.
Dengan demikian teknik dalam terapi person centered dapat dipahami sebagai
cara konselor dalam menciptakan hubungan yang baik, menerima klien dengan
perasaan yang hangat, ramah, menghargai, dan mengerti perasaan klien dan
bersama­-sama mengeksplorasi, yang kemudian konselor memotifasi dan
mengembangkan kemampun klien untuk dapat memecahkan permasalahannya
sendiri dan mengaktualisasikan diri untuk lebih maju dan berkembang dengan baik
Sekian Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai