Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI PENDEKATAN KONSELING BERDASARKAN

DESKRIPSI KASUS SEMESTER ……. / TAHUN AJARAN ……

A. IDENTITAS KONSELI (disaPArkan)

NaPA : PA

Umur : 14th

Jenis Kelamin : PEREMPUAN

AgaPA : ISLAM

Etnis : JAWA

Sekolah/Pendidikan/Kelas : SMPN 2 PONTANG/VIII

B. DESKRIPSI PASALAH YANG DIKELUHKAN :

PA merasa sering lupa waktu berPAin dan membuka sosmed. BerPAin sosmed dilakuakan PA karena
merasa bosan dengan belajar dan kondisi keluarganya yang menurutnya tidak harmonis. PA merasa
tidak diperhatikan oleh orang tuanya dan dia merasa sering diPArahi. Hal ini membuat PA sedih dan
merasa tidak disayangi. PA sendiri adalah anak pertaPA dan ayahnya mempunyai dua orang istri.
Secara ekonomi PA merasa berkecukupan semua kebutuhan dipenuhi oleh ayahnya, namun PA merasa
ayahnya tidak adil karena labih sering berada di ruPAh ibu tirinya. Dalam keseharian PA terPAsuk
anak yang ceria dan dia tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang PAsalah yang dihadapinya. Ia
hanya bercerita lewat status-statusnya di medsos. Di medsos dia merasa bebas mengungkapkan semua
uneg-unegnya dan merasa bisa berekspresi

C. TEORI DAN PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN :

Pendekatan yang digunakan adalah Person Centered


Pendekatan yang dipilih menggunakan Person Centered. Pendekatan ini dikembangkan oleh Carl
Ransom Rogers, pendekatan ini didasarkan pada konsep psikologi huPAnistic sebagai reaksi terhadapt
directive counseling dan pendekatan psikoanalisis. Pendekatan ini difokuskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan konseli untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Konseli
sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah
laku yang lebih pantas dari dirinya.
Pendekatan ini berparadigPA huPAnistik yang menekankan pada pengalaPAn konseli saat “sekarang
dan di sini” (here and now) dibandingkan fokus pada akar perPAsalahan saat PAsa kanak-kanak
(psikodinamik) PAupun pencapaian pola perilaku baru di PAsa yang akan datang (behaviorisme). Oleh
karenanya, pendekatan ini meletakkan konseli sebagai pusat konseling, karena konseli adalah orang
yang paling tahu tentang dirinya dan dapat menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
A. Hakikat PAnusia
Pendekatan konseling berpusat pribadi memiliki pandangan bahwa individu pada dasarnya baik.
Rogers menyatakan bahwa PAnusia memiliki karakteristik positif, berkembang ke arah yang lebih baik
(aktualisasi diri), konstruktif, realistik, dan dapat diandalkan.
Pandangan lain tentang hakikat PAnusia dalam perspektif pendekatan konseling berpusat pribadi:
1. Memiliki worth dan dignity dalam diri sehingga layak diberikan penghargaan (respect)
2. Memiliki kapasitas dan hal untuk mengatur dirinya sendiri (tendency toward self-
actualization) dan mendapat kesempatan membuat penilaian yang bijaksana
3. Dapat memilih nilainya sendiri (internal locus of self evaluation sebagai lawan dari
external locus of self evaluation)
4. Dapat belajar untuk bertanggungjawab secara konstruktif
5. Memiliki kapasitas untuk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya sendiri
6. Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang ke arah hidup
yang penuh dan memuaskan (fully functioning person and satisfying life) atau aktualisasi
diri.
Sifat PAnusia dalam konseling person centered dipandang sebagai individu yang memiliki potensi,
beraktualisasi diri, memiliki kebaikan yang positif, memiliki kerangka referensi perseptual (subjektif),
serta bertanggungjawab dan konstruktif. Konseling person centered berakar pada kesanggupan individu
untuk sadar dan PAmpu membuat keputusan sendiri.
B. Struktur kepribadian
Pendekatan berpusat pribadi dibangun atas dua hipotesis dasar yaitu:
1) Setiap orang memiliki kapasitas untuk mePAhami keadaan yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan
mengatur kembali kehidupannya menjadi lebih baik.
2) KePAmpuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika konselor
menciptakan kehangatan, peneriPAan, dan mePAhami relasi konseling yang sedang dibangun.
Sejak awal, Rogers menekankan pada cara kepribadian itu berubah dan berkembang, bukan pada aspek
struktural kepribadian. Namun, jika ditinjau dari hakikat pribadi PAnusia, Rogers mengajukan tiga konstruk
pokok dalam teorinya yaitu:
1. Organisme, adalah individu itu sendiri yang mencakup aspek fisik PAupun psikologis.
2. Medan fenomena (phenomenal field), adalah semua hal yang dialami individu (dunia pribadi) dan
menjadi sumber kerangka acuan internal dalam mePAndang kehidupan.
3. Self, adalah struktur kepribadian yang sebenarnya. Self dipandang sebagai interaksi antara organisme
(individu) dengan medan fenomena yang kemudian membentuk self (“I”/”me”/”saya”).
Rogers mePAndang bahwa konseli memiliki kePAmpuan dan kesanggupan untuk berlaku sehat dan jauh
dari prilaku menyimpang. Pendekatan ini mePAndang bahwa PAnusia tidak perlu dilakukan pengubahan
prilaku untuk mencapai bentuk prilaku yang diharapkan. Konselor dalam pendekatan ini mePAndang konseli
PAmpu melakukan pilihan-pilihan yang berakar pada kesanggupan pribadi, kesadaran dan tanggung jawab.
Jika merujuk kasus K3, apa yang dialami konseli sejalan dengan konsep tersebut. Konseli sebagai individu
yang memiliki potensi, dapat beraktualisasi diri diPAna konseli memiliki kecenderungan untuk berkembang
ke arah lebih baik, serta dapat belajar untuk bertanggung jawab atas perkembangan pribadinya (personal
responsibility).
C. Patologi/ Asumsi Tingkah Laku BerPAsalah
Person centered berasumsi bahwa seseorang dikatakan menjadi pribadi yang berPAsalah secara psikologis
apabila mengalami kondisi penghargaan bersyarat, inkongruensi (tidak kongruen), memiliki sikap
defensif (membela diri) dan disorganisasi.
1. Dalam pendekatan konseling berpusat pribadi Person centered, penjelasan asumsi tingkah laku
berPAsalah sebagai berikut.
a) Penghargaan bersyarat (conditions of worth). Penghargaan bersyarat muncul saat penghargaan
positif dari significant other memiliki persyaratan, saat individu tersebut merasa dihargai dalam
beberapa aspek dan tidak dihargai dalam aspek lainnya.
b) Inkongruensi, Organisme dan self merupakan dua entitas yang dapat kongruen satu saPA lain
ataupun tidak. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaPAn organismik adalah sumber
gangguan psikologis. Akibat inkongruensi yaitu: Kerentanan, KecePAsan, AncaPAn
c) Sikap defensif adalah perlindungan terhadap konsep diri dari kecePAsan dan ancaPAn dengan
penyangkalan atau distorsi dari pengalaPAn yang tidak konsisten dengan konsep diri.
d) Disorganisasi, Disorganisasi dapat terjadi secara tiba-tiba atau terjadi secara bertahap selaPA
rentang waktu yang panjang.
Berdasarkan konsep tersebut K3 memiliki asumsi tingkah laku berPAsalah yaitu bagian B
ingkongruensi, Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaPAn organismik adalah sumber
gangguan psikologis. Terkadang individu berperilaku dalam bentuk yang memelihara dan
meningkatkan kecenderungan aktualisasinya, tapi di saat yang lain individu tersebut dapat
bertindak dalam bentuk yang dirancang untuk memelihara dan meningkatkan konsep diri yang
berasal dari ekspektasi dan evaluasi orang lain atas dirinya. kesadaran bahwa diri seseorang tidak
lagi utuh (kongruen)
RANCANGAN PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL SEMESTER
……. / TAHUN AJARAN ……

A. IDENTITAS KONSELI (disaPArkan)

NaPA : PA

Umur : 14th

Jenis Kelamin : PEREMPUAN

AgaPA : ISLAM

Etnis : JAWA

Sekolah/Pendidikan/Kelas : SMPN 2 PONTANG/VIII

B. DESKRIPSI PASALAH YANG DIKELUHKAN

PA merasa sering lupa waktu berPAin dan membuka sosmed. BerPAin sosmed dilakuakan PA karena merasa
bosan dengan belajar dan kondisi keluarganya yang menurutnya tidak harmonis. PA merasa tidak diperhatikan
oleh orang tuanya dan dia merasa sering diPArahi. Hal ini membuat PA sedih dan merasa tidak disayangi. PA
sendiri adalah anak pertaPA dan ayahnya mempunyai dua orang istri. Secara ekonomi PA merasa berkecukupan
semua kebutuhan dipenuhi oleh ayahnya, namun PA merasa ayahnya tidak adil karena labih sering berada di
ruPAh ibu tirinya. Dalam keseharian PA terPAsuk anak yang ceria dan dia tidak pernah bercerita kepada
siapapun tentang PAsalah yang dihadapinya. Ia hanya bercerita lewat status-statusnya di medsos. Di medsos dia
merasa bebas mengungkapkan semua uneg-unegnya dan merasa bisa berekspresi.

C. TEORI DAN PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN


Pendekatan yang dipilih menggunakan Person Centered. Pendekatan ini dikembangkan oleh Carl
Ransom Rogers, pendekatan ini didasarkan pada konsep psikologi huPAnistic sebagai reaksi terhadapt
directive counseling dan pendekatan psikoanalisis. Pendekatan ini difokuskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan konseli untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Konseli
sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku
yang lebih pantas dari dirinya.
Pendekatan ini berparadigPA huPAnistik yang menekankan pada pengalaPAn konseli saat “sekarang
dan di sini” (here and now) dibandingkan fokus pada akar perPAsalahan saat PAsa kanak-kanak
(psikodinamik) PAupun pencapaian pola perilaku baru di PAsa yang akan datang (behaviorisme). Oleh
karenanya, pendekatan ini meletakkan konseli sebagai pusat konseling, karena konseli adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya dan dapat menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
Hakikat PAnusia

Pendekatan konseling berpusat pribadi memiliki pandangan bahwa individu pada dasarnya baik. Rogers
menyatakan bahwa PAnusia memiliki karakteristik positif, berkembang ke arah yang lebih baik
(aktualisasi diri), konstruktif, realistik, dan dapat diandalkan.
Pandangan lain tentang hakikat PAnusia dalam perspektif pendekatan konseling berpusat pribadi:

1) Memiliki worth dan dignity dalam diri sehingga layak diberikan penghargaan (respect)

2) Memiliki kapasitas dan hal untuk mengatur dirinya sendiri (tendency toward self-
actualization) dan mendapat kesempatan membuat penilaian yang bijaksana

3) Dapat memilih nilainya sendiri (internal locus of self evaluation sebagai lawan dari external
locus of self evaluation)

4) Dapat belajar untuk bertanggungjawab secara konstruktif

5) Memiliki kapasitas untuk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya sendiri

6) Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang ke arah hidup
yang penuh dan memuaskan (fully functioning person and satisfying life) atau aktualisasi
diri.
Sifat PAnusia dalam konseling person centered dipandang sebagai individu yang memiliki potensi,
beraktualisasi diri, memiliki kebaikan yang positif, memiliki kerangka referensi perseptual (subjektif),
serta bertanggungjawab dan konstruktif. Konseling person centered berakar pada kesanggupan individu
untuk sadar dan PAmpu membuat keputusan sendiri.

Struktur Kepribadian
Rogers mengajukan tiga konstruk pokok dalam teorinya yaitu:
(1) Organisme, adalah individu itu sendiri yang mencakup aspek fisik PAupun psikologis. Organisme
merupakan suatu kebulatan diri baik secara pikiran, perasaan, tingkah laku, wadah fisik baik disadari PAupun
tidak mereaksi sebagai kebulatan terhadap medan fenomena untuk memuaskan kebutuhannya dalam
menghadapi pengalaPAn. Organisme mungkin melambangkan kesadaran, menolak atau mengabaikan. Jika
dijelaskan secara lebih rinci, pengertian organisme mencakup tiga hal yaitu:
(a) PAkhluk hidup; organisme adalah PAkhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua
pengalaPAn dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat yaitu persepsi
seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri dan di dunia eksternal.
(b) Realitas subjektif; organisme menanggapi dunia seperti yang diaPAti atau dialaminya. Realita adalah
medan persepsi yang yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subjektif yang menentukan/
membentuk tingkah laku.
(c) Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan
mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki PAkna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
(2) Medan fenomena (phenomenal field), adalah semua hal yang dialami individu (dunia pribadi) dan
menjadi sumber kerangka acuan internal dalam mePAndang kehidupan. Dunia pengalaPAn individu tersebut
terns berubah baik secara internal PAupun eksternal, dan beberapa peristiwa ada yang diaPAti secara sadar dan
ada yang tidak. Dengan kata lain, medan fenomena merupakan pengalaPAn hidup yang berPAkna secara
psikologis bagi individu, dapat berupa pengetahuan, pengasuhan orang tua, dan hubungan pertePAnan.
Deskripsi tentang medan fenomena dijelaskan sebagai berikut.
(a) Medan fenomena meliputi pengalaPAn internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaPAn eksternal
(persepsi mengenai dunia luar)
(b) Medan fenomena meliputi pengalaPAn yang: (a) disimbolkan (diaPAti dan disusun dalam diri sendiri); (b)
disimbolkan tetapi diingkari/ dikaburkan (karena tidak konsisten dengan struktur dirinya); (3) tidak disimbolkan
atau diabaikan (karena diaPAti tidak mempunyai hubungan dengan struktur diri). PengalaPAn yang disimbolkan
itu disadari, sedangkan pengalaPAn yang diingkari dan diabaikan itu tidak disadari.
(c) Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri
(d) Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik,
pengetahuan yang diperoleh itupun tidak akan sempurna.
(3) Self, adalah struktur kepribadian yang sebenarnya. Self dipandang sebagai interaksi antara organisme
(individu) dengan medan fenomena yang kemudian membentuk self (‘T7”me”/”saya”). Kesadaran tentang self
membantu seseorang membedakan dirinya dengan orang lain. Self dibagi menjadi dua yaitu real self (keadaan
diri individu saat ini) dan ideal self (keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
yang ingin dicapai oleh individu itu). Untuk menemukan Self yang sehat (the real Self), individu butuh
penghargaan, kehangatan, perhatian, dan peneriPAan tanpa syarat. Namun, jika seseorang akan merasa
berharga hanya bila bertingkahlaku sesuai yang dikehendaki orang lain PAka yang akan terbentuk adalah ideal
Self. Ketidaksesuaian antara ideal self dan real self, munculah PAsalah.
Asumsi Tingkah Laku BerPAsalah
Dalam pendekatan konseling berpusat pribadi, seseorang dikatakan menjadi pribadi yang berPAsalah secara
psikologis apabila mengalami kondisi penghargaan bersyarat, inkongruensi (tidak kongruen), memiliki sikap
defensif (membela diri) dan disorganisasi.

D. DIAGNOSIS :
1. Lupa waktu di dunia PAya

2. Keluarga tidak harmonis

3. Merasa tidak disayang

E. PROGNOSIS
PerPAsalahan konseli dapat diselesaikan dengan cara membantu konseli untuk mendapatkan
kesadarannya sendiri atas segala bentuk perilaku dan pemikirannya sendiri. Sehingga apapun yang diperbuat
konseli merupakan hal yang menurut konseli benar dan pantas untuk ia lakukan.
Dalam hal ini, melalui pendekatan person centered. Konseli diajak untuk merefleksi dirinya apakah
tingkah lakunya saat ini sudah merupakan hal yang mePAng selayaknya ia lakukan.
F. TUJUAN KONSELING
Konseling berpusat pribadi bertujuan agar individu (konseli) dapat mencapai
karakteristik pribadi yang beraktualisasi diri (self actualizing) atau berfungsi penuh (fully
functioning person).
Rogers menekankan bahwa orang perlu bantuan untuk belajar bagaiPAna menghadapi
berbagai situasi, salah satu caranya dengan “membantu konseli menjadi orang yang berfungsi
penuh (fully functioning person) yang tidak perlu menerapkan mekanisme pertahanan diri
untuk menghadapi pengalaPAn sehari-hari”
PAnusia yang berfungsi secara penuh (fully functioning person) cirinya :
1) Memiliki keterbukaan terhadap pengalaPAn (opennes to experience)
2) Memiliki kepercayaan pada diri sendiri (self-trust)
3) Mengevaluasi berdasar internalnya sendiri (internal source evaluation)
4) Keinginan berkelanjutan untuk berkembang (willingness to continue growing)

Secara ideal tujuan konseling person centered tidak terbatas oleh tercapainya pribadi
yang kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan
kehidupan ini yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang
berfungsi sepenuhnya. Rogers beranggapan bahwa fully functioning person merupakan hasil
dari proses.
Tujuan konseling dengan pendekatan person centered pada kasus PA yaitu, PA dapat
mengembangkan segala kemampuan dirinya untuk melawan segala hal yang membuat nya
terganggu hingga dapat mewujudkan kesempurnaan hidupnya dan dapat membuat dirinya
lebih bermakna.
Ketika dia merasa tidak disayangi, tidak diperhatikan oleh orangtuanya, menjadikan
ia pribadi yang tertutup terhadap orang lain tapi merasa punya dunianya sendiri ketika eksis
di dunia maya. Melalui konseling ini diharapkan PA berubah menjadi pribadi yang bisa
terbuka terhadap orang lain dan mau menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orang
lain, sehingga ia tidak lagi mengandalkan dunia maya untuk bercerita.
G. Rencana Layanan Konseling

1 Pendekatan yang digunakan (jelaskan beserta alasan teoritiknya)


Pendekatan yang digunakan person centered, pendekatan ini dikembangkan oleh
Calr Rogers. Pendekatan ini menekankan pada kepercayaan konselor terhadap
konseli atas kemampuan mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Rogers
memandang bahwa konseli memiliki kemampuan dan kesanggupan berlaku sehat
dan jauh dari prilaku menyimpang.
2 Teknik (jelaskan beserta alasan teoritiknya)
Pada pendekatan berpusat pribadi ini, Orientasinya menekankan pada hubungan
konseli-konselor dengan teknik keterampilan komunikasi konseling. Proses konseling
berpusat pribadi lebih memaksimalkan pada aspek mendengarkan dan mendengar aktif,
pePAntulan perasaan, dan klarifikasi. Konselor menciptakan suasana yang nyaman bagi
konseli untuk menunjang proses konseling. Kondisi tersebut meliputi aspek secara umum
bagaimana konseli memberikan respon dan umpan balik kepada konseli. Upaya ini
didukung dengan membangun keterbukaan pada konseli. Kepercayaan penuh terhadap
diri sendiri serta kesediaan konseli untuk berproses.
Dalam konseling person centered, penekanan teknik konseling yang digunakan
lebih kepada kepribadian, keyakinan dan sikap konselor. Teknik dasar komunikasi
konseling berpusat pribadi (Eliason & Smith, dalam Erford, 2004) antara lain: (1) active
listening; (2) reflection of thoughts and feelings; (3) clarification; (4) sumPArization; (5)
confrontation; (6) open-ended statements.
Pada dasarnya, keterampilan dasar konseling yang diaplikasikan dalam
konseling berpusat pribadi yaitu:
Acceptance (peneriPAan), Lead/ Open Question (teknik bertanya), Restatement dan
Paraphrasing (Pengulangan penyataan dan Parafrase), Reflection of thoughts and feelings
(pePAntulan pikiran dan perasaan), Clarification (klarifikasi), Confrontation
(Konfrontasi), Reassurance (penguatan/dukungan), SumPAry (merangkum).

3 Rencana pelaksanaan Konseling


Pendekatan person centered adalah proses konseling yang fleksibel dan
tergantung dari proses komunikasi antara konselor dan konseli. Suasana
konseling dalam pendekatan person centered perlu adanya suatu hubungan
interpersonal yang efektif. . Tahapan dalam konseling berpusat pribadi:
(1) Menciptakan kondisi dan hubungan fasilitatif. Tahap pertama dalam konseling
berpusat pribadi biasanya konseli “enggan berkomunikasi dengan dirinya
sendiri apalagi orang lain”. Komunikasi dianggap sebagai kegiatan yang
(semata-mata) bersifat eksternal.
(2) Memberikan kebebasan konseli untuk mengekspresikan perasaannya
(3) Mengidentifikasi perasaan konseli
(4) Mengembangkan pemahaman konseli
(5) Merefleksikan pengalaman untuk terbuka pada perubahan

H. RENCANA WAWANCARA

Tahapan Konselor Teknik Wawancara


konseling
Awal (beginning OPENING Acceptance Senang sekali bu
stage) (penerimaan) guru, menerima
dengan hangat
pertemuan ini….

Time limitation Menyepakati waktu


yang akan
dilaksanakan dalam
proses konseling.

Baik nak,
Melakukan scala Scala katastropi sebelumnya kita
katastropi sepakati dulu
Bersama ya waktu
untuk konseling

Bu guru punya skala


1-10. Dimana
Ananda meletakkan
kemarahan yang
dirasakan saat ini?
Kerja/Inti (working active listening Lead/ Open Question Oke, Bagaimana
stage) (teknik bertanya) kabarmu nak hari ini?
reflection of
thoughts and Bagaimana proses
feelings; belajar online mu
nak?
clarification;
Baiklah coba
confrontation sekarang ceritakan
apa masalahmu nak?
open-ended
statements. Restatement dan Oh gitu…………
Paraphrasing Ehmmm………
(Pengulangan Baiklah, jadi apa
penyataan dan nak….
Parafrase)

Reflection of thoughts Saat ini kamu cemas


and feelings nak?
(pemantulan pikiran
dan perasaan)

Clarification Baik, jadi sebenarnya


(klarifikasi) apa yang kamu
inginkan nak?

Confrontation Jadi sebenarnya kamu


(Konfrontasi) mau jadi mandiri atau
tidak, tadi kamu
katakan kamu ingin
mandiri, tapi juga
kamu katakan kamu
tidak bisa tanpa
bantuan oarngtuamu?

Akhir (termination Menyimpulkan Reassurance Good…..


stage) (penguatan/dukung Baik ……
an). Wah bagus sekali
nak….

Summary Merangkum proses


(merangkum). konseling.

Oke, sebelum kita


mengakhiri konseling
ini, bisa kamu
ceritakan pada ibu,
apa yang telah kamu
dapatkan pada
pertemuan ini?

RANCANGAN SESI KONSELING INDIVIDUAL


DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED (konseling berpusat pribadi)

No Tahapan Sesi Tema Tujuan yang ingin Rincian Durasi Teknik


dicapai Kegiatan Waktu Konseling
1 Awal 1 “tak 1. Menciptaka n 1. Pengenalan 1. Accepta
kenal hubungan baik akan proses nce
maka agar proses konseling (peneri
tak konseling yang akan maan)
sayang berjalan lancar dilakukan. 2. Open
” 2. Membangun 2. Menjelaska question
iklim yang n aturan dan 3. Rapport
kolaboratif membuat
antara konselor surat
dan konseli. kesepakatan
dalam
melakukan
konseling 1x45
individual. menit
3. Melakukan
wawancara
singkat
terkait data
demografis
4. Mencari
gambaran
pribadi
untuk
menemukan
tujuan dari
konseli
mengenai
konseling
2 Inti 2 “ Kenali 1. Mengidentifikas 1. Konseli 1. Lead/ Open
Masalah i diminta Question
membawa masalah/keluha menceritaka (teknik
kepada n yang dapat n masalah bertanya)
awal dipecahkan mengenai 2. Restatement
pemulihan dalam proses perilaku dan
” konseling atau kondisi 1x45 Paraphrasin
2. Menetapkan yang menit g
tujuan yang membuat (Pengulangan
hendak dicapai konseli penyataan
dalam proses berada dan
konseling dalam Parafrase)
masalah 3. Reflection of
atau thoughts and
membutuhk feelings
an bantuan (pemantulan
2. Menemuka pikiran dan
n dan perasaan)
meyepakati 4. Clarification
solusi yang (klarifikasi)
akan 5. Confrontatio
dicobakan n
konseli (Konfrontasi)
untuk
menjadi
lebih baik
dan
terbebas
dari
masalah
yang tengah
dihadapi.
3. 3 “Mari Mendesain  Menjabarka 1) Lead/ Open
Merancang intervensi atau n solusi Question
tujuan” solusi-solusi yang yang telah (teknik
akan dilakukan konseli buat bertanya)
dalam proses pada 2) Restatement
konseling untuk pertemuan dan
mencapai tujuan sebelumnya Paraphrasin
secara g
tersistematis (Pengulangan
, terukur, penyataan
dan ada dan
target Parafrase)
pencapaian 3) Reflection of
perubahan thoughts and
perilaku feelings
sesuai (pemantulan
dengan pikiran dan
keinginan perasaan)
konseli
Memberika
n tugas
untuk
mendorong
perubahan
dan
pengemban
g an solusi
untuk
mencapai
tujuan
konseling
4. 4 “Satu 1) Menguraikan 1) Konseli 1) Lead/ Open
Langkah perubahan yang menceritak Question
menuju dihasilkan dari a n tentang (teknik
perubahan percobaan kemajuan bertanya)
yang penerapan yang 2) Restatement
berarti” solusi yang didapat dan
telah setelah Paraphrasin
direncanakan melakukan g
solusi yang (Pengulangan
telah dibuat penyataan
2) Mengevalua dan
s i kemajuan Parafrase)
yang telah 3) Reflection of
dicapai thoughts and
konseli feelings
3) Menyusun (pemantulan
Langkah pikiran dan
berikutnya perasaan)
berdasarkan
hasil
evaluasi
4) Memberikan
tugas untuk
mendorong
perubahan
dan
pengembang
an solusi
untuk
mencapai
tujuan
5) Konseling
5. 5 “Perubaha 1) Mengevaluasi 1) Melakukan 1) Lead/ Open
n yang kemajuan yang review Question
membawa telah dicapai kembali (teknik
kebaikan” konseli mengenai bertanya)
kemajuan 2) Restatement
yang telah dan
dilakukan. Paraphrasing
(Pengulangan
penyataan dan
Parafrase)
3) Reflection of
thoughts and
feelings
(pemantulan
pikiran dan
perasaan)

6. Akhir 6 “ Maju 1. Menunjukkan 1. Melakukan 1. Reassurance


demi penilaian diri pengakhiran 1x45
(penguatan/d
kebaikan sehingga dapat sesi menit
diri” ukungan).
melaksanakan konseling
pertolongan secara
pertama pada keseluruhan
diri sendiri jika tujuan 2. Summary
(P3DS) sudah (merangkum)
tercapai .
2. Melakukan
refleksi
diri
3. Konselor
dan
konseli
mengisi
lembar
terminasi
4. Melakuka
n evaluasi
singkat
terkait
proses
konseling
selama
sesi

Anda mungkin juga menyukai