NaPA : PA
Umur : 14th
AgaPA : ISLAM
Etnis : JAWA
PA merasa sering lupa waktu berPAin dan membuka sosmed. BerPAin sosmed dilakuakan PA karena
merasa bosan dengan belajar dan kondisi keluarganya yang menurutnya tidak harmonis. PA merasa
tidak diperhatikan oleh orang tuanya dan dia merasa sering diPArahi. Hal ini membuat PA sedih dan
merasa tidak disayangi. PA sendiri adalah anak pertaPA dan ayahnya mempunyai dua orang istri.
Secara ekonomi PA merasa berkecukupan semua kebutuhan dipenuhi oleh ayahnya, namun PA merasa
ayahnya tidak adil karena labih sering berada di ruPAh ibu tirinya. Dalam keseharian PA terPAsuk
anak yang ceria dan dia tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang PAsalah yang dihadapinya. Ia
hanya bercerita lewat status-statusnya di medsos. Di medsos dia merasa bebas mengungkapkan semua
uneg-unegnya dan merasa bisa berekspresi
NaPA : PA
Umur : 14th
AgaPA : ISLAM
Etnis : JAWA
PA merasa sering lupa waktu berPAin dan membuka sosmed. BerPAin sosmed dilakuakan PA karena merasa
bosan dengan belajar dan kondisi keluarganya yang menurutnya tidak harmonis. PA merasa tidak diperhatikan
oleh orang tuanya dan dia merasa sering diPArahi. Hal ini membuat PA sedih dan merasa tidak disayangi. PA
sendiri adalah anak pertaPA dan ayahnya mempunyai dua orang istri. Secara ekonomi PA merasa berkecukupan
semua kebutuhan dipenuhi oleh ayahnya, namun PA merasa ayahnya tidak adil karena labih sering berada di
ruPAh ibu tirinya. Dalam keseharian PA terPAsuk anak yang ceria dan dia tidak pernah bercerita kepada
siapapun tentang PAsalah yang dihadapinya. Ia hanya bercerita lewat status-statusnya di medsos. Di medsos dia
merasa bebas mengungkapkan semua uneg-unegnya dan merasa bisa berekspresi.
Pendekatan konseling berpusat pribadi memiliki pandangan bahwa individu pada dasarnya baik. Rogers
menyatakan bahwa PAnusia memiliki karakteristik positif, berkembang ke arah yang lebih baik
(aktualisasi diri), konstruktif, realistik, dan dapat diandalkan.
Pandangan lain tentang hakikat PAnusia dalam perspektif pendekatan konseling berpusat pribadi:
1) Memiliki worth dan dignity dalam diri sehingga layak diberikan penghargaan (respect)
2) Memiliki kapasitas dan hal untuk mengatur dirinya sendiri (tendency toward self-
actualization) dan mendapat kesempatan membuat penilaian yang bijaksana
3) Dapat memilih nilainya sendiri (internal locus of self evaluation sebagai lawan dari external
locus of self evaluation)
5) Memiliki kapasitas untuk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya sendiri
6) Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang ke arah hidup
yang penuh dan memuaskan (fully functioning person and satisfying life) atau aktualisasi
diri.
Sifat PAnusia dalam konseling person centered dipandang sebagai individu yang memiliki potensi,
beraktualisasi diri, memiliki kebaikan yang positif, memiliki kerangka referensi perseptual (subjektif),
serta bertanggungjawab dan konstruktif. Konseling person centered berakar pada kesanggupan individu
untuk sadar dan PAmpu membuat keputusan sendiri.
Struktur Kepribadian
Rogers mengajukan tiga konstruk pokok dalam teorinya yaitu:
(1) Organisme, adalah individu itu sendiri yang mencakup aspek fisik PAupun psikologis. Organisme
merupakan suatu kebulatan diri baik secara pikiran, perasaan, tingkah laku, wadah fisik baik disadari PAupun
tidak mereaksi sebagai kebulatan terhadap medan fenomena untuk memuaskan kebutuhannya dalam
menghadapi pengalaPAn. Organisme mungkin melambangkan kesadaran, menolak atau mengabaikan. Jika
dijelaskan secara lebih rinci, pengertian organisme mencakup tiga hal yaitu:
(a) PAkhluk hidup; organisme adalah PAkhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua
pengalaPAn dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat yaitu persepsi
seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri dan di dunia eksternal.
(b) Realitas subjektif; organisme menanggapi dunia seperti yang diaPAti atau dialaminya. Realita adalah
medan persepsi yang yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subjektif yang menentukan/
membentuk tingkah laku.
(c) Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan
mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki PAkna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
(2) Medan fenomena (phenomenal field), adalah semua hal yang dialami individu (dunia pribadi) dan
menjadi sumber kerangka acuan internal dalam mePAndang kehidupan. Dunia pengalaPAn individu tersebut
terns berubah baik secara internal PAupun eksternal, dan beberapa peristiwa ada yang diaPAti secara sadar dan
ada yang tidak. Dengan kata lain, medan fenomena merupakan pengalaPAn hidup yang berPAkna secara
psikologis bagi individu, dapat berupa pengetahuan, pengasuhan orang tua, dan hubungan pertePAnan.
Deskripsi tentang medan fenomena dijelaskan sebagai berikut.
(a) Medan fenomena meliputi pengalaPAn internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaPAn eksternal
(persepsi mengenai dunia luar)
(b) Medan fenomena meliputi pengalaPAn yang: (a) disimbolkan (diaPAti dan disusun dalam diri sendiri); (b)
disimbolkan tetapi diingkari/ dikaburkan (karena tidak konsisten dengan struktur dirinya); (3) tidak disimbolkan
atau diabaikan (karena diaPAti tidak mempunyai hubungan dengan struktur diri). PengalaPAn yang disimbolkan
itu disadari, sedangkan pengalaPAn yang diingkari dan diabaikan itu tidak disadari.
(c) Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri
(d) Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik,
pengetahuan yang diperoleh itupun tidak akan sempurna.
(3) Self, adalah struktur kepribadian yang sebenarnya. Self dipandang sebagai interaksi antara organisme
(individu) dengan medan fenomena yang kemudian membentuk self (‘T7”me”/”saya”). Kesadaran tentang self
membantu seseorang membedakan dirinya dengan orang lain. Self dibagi menjadi dua yaitu real self (keadaan
diri individu saat ini) dan ideal self (keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
yang ingin dicapai oleh individu itu). Untuk menemukan Self yang sehat (the real Self), individu butuh
penghargaan, kehangatan, perhatian, dan peneriPAan tanpa syarat. Namun, jika seseorang akan merasa
berharga hanya bila bertingkahlaku sesuai yang dikehendaki orang lain PAka yang akan terbentuk adalah ideal
Self. Ketidaksesuaian antara ideal self dan real self, munculah PAsalah.
Asumsi Tingkah Laku BerPAsalah
Dalam pendekatan konseling berpusat pribadi, seseorang dikatakan menjadi pribadi yang berPAsalah secara
psikologis apabila mengalami kondisi penghargaan bersyarat, inkongruensi (tidak kongruen), memiliki sikap
defensif (membela diri) dan disorganisasi.
D. DIAGNOSIS :
1. Lupa waktu di dunia PAya
E. PROGNOSIS
PerPAsalahan konseli dapat diselesaikan dengan cara membantu konseli untuk mendapatkan
kesadarannya sendiri atas segala bentuk perilaku dan pemikirannya sendiri. Sehingga apapun yang diperbuat
konseli merupakan hal yang menurut konseli benar dan pantas untuk ia lakukan.
Dalam hal ini, melalui pendekatan person centered. Konseli diajak untuk merefleksi dirinya apakah
tingkah lakunya saat ini sudah merupakan hal yang mePAng selayaknya ia lakukan.
F. TUJUAN KONSELING
Konseling berpusat pribadi bertujuan agar individu (konseli) dapat mencapai
karakteristik pribadi yang beraktualisasi diri (self actualizing) atau berfungsi penuh (fully
functioning person).
Rogers menekankan bahwa orang perlu bantuan untuk belajar bagaiPAna menghadapi
berbagai situasi, salah satu caranya dengan “membantu konseli menjadi orang yang berfungsi
penuh (fully functioning person) yang tidak perlu menerapkan mekanisme pertahanan diri
untuk menghadapi pengalaPAn sehari-hari”
PAnusia yang berfungsi secara penuh (fully functioning person) cirinya :
1) Memiliki keterbukaan terhadap pengalaPAn (opennes to experience)
2) Memiliki kepercayaan pada diri sendiri (self-trust)
3) Mengevaluasi berdasar internalnya sendiri (internal source evaluation)
4) Keinginan berkelanjutan untuk berkembang (willingness to continue growing)
Secara ideal tujuan konseling person centered tidak terbatas oleh tercapainya pribadi
yang kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan
kehidupan ini yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang
berfungsi sepenuhnya. Rogers beranggapan bahwa fully functioning person merupakan hasil
dari proses.
Tujuan konseling dengan pendekatan person centered pada kasus PA yaitu, PA dapat
mengembangkan segala kemampuan dirinya untuk melawan segala hal yang membuat nya
terganggu hingga dapat mewujudkan kesempurnaan hidupnya dan dapat membuat dirinya
lebih bermakna.
Ketika dia merasa tidak disayangi, tidak diperhatikan oleh orangtuanya, menjadikan
ia pribadi yang tertutup terhadap orang lain tapi merasa punya dunianya sendiri ketika eksis
di dunia maya. Melalui konseling ini diharapkan PA berubah menjadi pribadi yang bisa
terbuka terhadap orang lain dan mau menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orang
lain, sehingga ia tidak lagi mengandalkan dunia maya untuk bercerita.
G. Rencana Layanan Konseling
H. RENCANA WAWANCARA
Baik nak,
Melakukan scala Scala katastropi sebelumnya kita
katastropi sepakati dulu
Bersama ya waktu
untuk konseling