Anda di halaman 1dari 16

PENTINGNYA KEPRIBADIAN

BAGI SEORANG REMAJA


NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2:

1. Siti Hasanah (1601460013)


2. Nova Rima Imani (1601460026)
3. Wahyu Artyningsih (1601460035)
4. Muchammad Basori (1601460038)
5. Emilia Dyah Novitasari (1601460044)
Definisi Kepribadian
• Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan
keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku yang
berbeda-beda yang dilakukan individu. (Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey: 2000 dalam Psikologi untuk Keperawatan,
Sunaryo: 2004)
• Secara umum, Pengertian Kepribadian adalah corak tingkah laku
sosial yang terdiri dari corak kekuatan, dorongan, keinginan,
opini, dan sikap yang melekat pada seseorang jika berhubungan
dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.
• Menurut Gordon W. Allport kepribadian adalah organisasi sistem
jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. 
Proses Pembentukan Kepribadian
• Aliran Konvergensi, kepribadian merupakan
hasil perpaduan antara pembawaan (faktor
internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).
• Aliran nativisme, kepribadian ditentukan oleh
faktor pembawaan.
• Aliran empirisme (tabularasa), kepribadian
ditentukan oleh pengalaman dan
lingkungannya.
Tahap-tahap Pembentukan Kepribadian

1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage).


Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah siap mengenal dunia
sosialnya, termasuk siap memahami dirinya sendiri, pengenalan diri
dan lingkungan terjadi berkat kemampuan berpikir yang
memungkinkan seorang bayi meniru beberapa hal yang dia lihat
atau dia dengar. Kemudian semakin berkembang, sehingga pada
tahap berikutnya seorang anak mampu meniru hampir semua
perilaku orang dewasa yang ada di dekatnya.

Ciri penting tahap persiapan adalah interaksi seseorang terbatas


dengan anggota keluarga dekat. Karena keterbatasan ini, seorang
anak belum memiliki kesadaran diri.
2. Tahap Meniru (Play Stage).

Pada tahap ini seorang anak dapat meniru berbagai tingkah


secara sempurna. Anak perempuan berusia 3-5 tahun mampu
meniru tingkah laku wanita dewasa dalam bentuk permainan
‘pasar-pasaran’, sedangkan anak laki-laki dalam usia sama
biasanya suka bermain ‘perang-perangan’. Dalam permainan
yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka
memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja
saudara-saudaranya.

Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana


seharusnya, dan mampu menempatkan diri pada posisi orang
lain.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage).

Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan.


Mereka secara langsung mulai berani memainkan peranan dirinya
dengan penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk  permainan yang menunjukkan kerjasama dalam
tim antara lain permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain.

Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua


tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya
secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran
bahwa apabila bertamu ke rumah orang lain terdapat tata krama yang
berbeda dan harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu,
anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup bermasyarakat.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other).
Pada tahap ini anak telah memasuki jenjang orang dewasa.
Selain dapat menempatkan diri sebagai orang lain, juga harus
dapat menempatkan diri sebagai anggota masyarakat luas.
Untuk ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga
masyarakat.
Di samping itu, tumbuh sikap saling menghargai, kesediaan
bekerjasama, dan menyadari sebagai bagian dari warga
masyarakat. Seseorang mulai memperhatikan hak-hak orang
lain atas dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia
harapkan dipenuhi oleh orang lain. Untuk itu diperlukan
kesadaran akan adanya berbagai norma untuk menjamin
pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat. Pada
tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat
secara penuh.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian
(Purwanto: 2006), diantaranya :
• Biologis keadaan jasmani, atau sering disebut disebut faktor fisiologis
seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasan, peredaran darah,
kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya yang
mencakup keadaan fisik.
• Sosial  orang dan lingkungan sekitar, tradisi-tradisi, adat istiadat,
peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku di masyarakat.
• Budaya nilai-nilai, adat, tradisi, pengetahuan, ketrampilan, bahasa
• Daya tarik sikap sosial yg menguntungkan, hal apa yang menarik dari
individu yang dapat membuat orang lain mengakui keberadaannya.
• Emosi ekspresi emosi (murung, kasar, malas, sibuk sendiri)
• Nama arti dalam kehidupan
• Keberhasilan / kegagalan mempengaruhi konsep diri
• Keluarga sebagai sendi kepribadian, bagaimana cara orangtua mendidik,
keadaan dan suasana keluarga akan mempengaruhi tumbuh kembang
anak selanjutnya dan kepribadiannya.
• Perubahan fisik kematangan baik mental maupun spiritual
CONTOH KASUS

Nurul adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi ternama di
Surabaya. Orang tuanya sudah bercerai 5 tahun yang lalu sejak dia duduk dibangku SMA,
kemudian ibunya memutuskan untuk bekerja di Malang dan menjadi single parent. Perceraian
orang tuanya membuat Nurul syok karena ia menganggap bahwa keluarganya harmonis.
Perceraian tersebut terjadi karena ayahnya ketahuan selingkuh dan ibunya pun memutuskan
untuk bercerai. Sebelumnya Nurul dikenal sebagai anak yang mempunyai kepribadian yang
ramah, santun, cerdas dan berprestasi di sekolahnya, namun semenjak orang tuanya berpisah
Nurul berubah menjadi pribadi yang pendiam, egois, dan mudah emosi. Setelah lulus SMA
Nurul memutuskan melanjutkan studinya di Surabaya, terpisah dari ibunya, ia menganggap
dengan dia merantau ia bisa mencari ketenangan batin karena perceraian orangtuanya. Selama
di Surabaya Nurul bergaul dengan teman sebayanya tanpa memfilter dan ada pembatasan
dalam berteman, akibatnya Nurul berubah menjadi pribadi yang sombong, angkuh, suka
menghina orang, tidak disiplin, suka berfoya-foya dan menghabiskan waktu di mall bersama
teman-temannya, suka menonton bioskop hingga larut malam, suka membolos pada saat
kuliah, cenderung menunda mengerjakan tugas, dan tidak sopan pada beberapa dosen. Nurul
di cap oleh dosen sebagai anak nakal karena kepribadiannya yang kurang bagus dan tidak
menaati peraturan, selain itu prestasi belajarnya juga menurun. Dosen berulang kali memanggil
orang tuanya karena mengeluhkan tingkah laku Nurul dan mereka mengancam akan
mengeluarkan Nurul dari kampus apabila tidak bisa merubah tingkah lakunya. Setelah dosennya
memberi beberapa kesempatan untuk merubah tingkah lakunya dan pada puncaknya Nurul
ketahuan menggunakan narkoba yang membuat rektor tidak bisa mentolerir dan memutuskan
untuk mengeluarkannya dari kampus.
SOLUSI KASUS
Dalam kasus Nurul ini dapat diketahui faktor-faktor
penyebab masalah kepribadian Nurul :
a. Faktor internal
*Kurangnya perhatian dan pengawasan orangtua
*Kurangnya kontrol orangtua terhadap
pergaulannya
*Syok karena tidak bisa menerima perceraian
orang tuanya yang tiba-tiba
*Tidak bisa memilah-milah dalam bergaul, asal
berteman saja
b. Faktor eksternal

• Pengaruh lingkungan kampus dan teman-teman kampus.


• Menurut kelompok kami, dalam masalah Nurul
sebenarnya penyebab utamanya adalah dari keluarga
dan lingkungan individu itu sendiri. Disini, individu syok
dengan perceraian orang tuanya dan beranggapan
bahwa orang tuanya melupakan individu. Ditambah lagi
dengan ia kuliah dan tinggal sendiri yang menyebabkan
ia kurang mendapat pengawasan dari orang tua. Selain
itu, ia mendapat pengaruh teman di perantauan yang
memberikan pengaruh negatif dan merubah kepribadian
individu menuju ke arah negatif.
Penyelesaiaan yang dapat dilakukan:
• Orang tua berperan memberikan perhatian, pengawasan dan kontrol yang bisa
mengarahkan ke arah positif.
• Dalam individu itu sendiri, dalam bergaul bisa memilah-milah mana yang baik dan
buruk untuk dirinya dan untuk hubungan yang erat dengan teman harus ada
batasan karena yang menentukan bagaiman kita adalah diri sendiri bukannya
orang lain.
• Individu harus bisa terbuka kepada orang tua, menyampaikan apa yang ia mau dan
ia rasakan akibat perceraian tersebut sehingga orang tua tahu bagaimana harus
bersikap, tahu perasaannya, bisa memperbaiki kehidupan di masa yang akan
datang, dan mengambil hikmah dari situasi yang terjadi.
• Individu bisa menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif baik yang bersifat
akademik maupun non akademik, melakukan kegiatan sosial sehingga ia tahu
makna dari setiap kejadian dan segala hal yang ada di sekitarnya yang membuat ia
semakin dewasa dan bisa memaknai hidupnya tanpa menyalahkan orang lain.
• Individu harus memiliki prinsip dalam hidupnya, karena dengan prinsip tersebut ia
menjadi pribadi yang tidak gampang goyah dan mampu bertahan
mempertahankan prinsipnya bila dihadapkan dengan berbagai situasi yang dapat
mempengaruhi kehidupannya.
• Individu bisa pergi ke psikiater untuk mengkonsultasikan permasalahannya agar ia
mendapat solusi dari masalah yang ia hadapi dan dapat mengatasinya.
Sebagai perawat dalam memberikan solusi bisa dengan cara:

• Memberikan konseling dan arahan kepada Nurul


agar bisa mengarahkan ke hal yang positif. Selain
itu sebagai konselor perawat bisa menjadi
pendengar yang baik dan membuka pemikiran
individu agar bisa menemukan solusi dari
masalah yang di alami.
• Membantu individu untuk mengurangi dan
mengendalikan perasaan takut dan syok individu
sehingga memperoleh ketenangan hati dan jiwa.
DAFTAR RUJUKAN

Academiaedu.com. 2017. Peran Konseling dalam Keperawatan, (online),


(https://www.academia.edu/8277404/PERAN_KONSE
LING_DALAM_KEPERAWATAN), diakses 27 April 2017.
Artikelsiana.com. 2015. Pengertian Kepribadian, Ciri-Ciri, Unsur, Jenis &
Definisi Para Ahli, (online),
(http://www.artikelsiana.com/2015/07/kepribadian- pengertian-ciri-ciri-
unsur-macam.html), diakses 27 April 2017.
Ilmusosial.com. 2017. Tahap – tahap pembentukan kepribadian,
(online), (http://www.ilmusocial.com/tahap-tahap- pembentukan-
kepribadian/), diakses 27 April 2017.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG.
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai