ETIK KEPERAWATAN
A. Pengertian
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana
setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk
menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena
perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema
etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif
sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan
dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan
interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional.
1. Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis
agama/ kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien memiliki cara
pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah .
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi klien
untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggi
untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu tindakan.
4. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak- pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim kesehatan
itu sendiri, klien dan juga keluarga.
5. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat
a. Menghindarkan klien dari ancaman kematian.
b. Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
c. Menghargai otonomi klien
6. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga dari
pertimbangan tim kesehatan lainnya.
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional.
B. DILEMA ETIK KEPERAWATAN
Adapun dilema etik yang sering terjadi di keperawatan antara lain:
1. Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis
agama/ kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien memiliki cara
pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah .
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi klien
untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggi
untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu tindakan.
SUMBER : http://bkulpenprofil.blogspot.co.id/2013/10/dilema-etik-keperawatan.html
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya dibidang
keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara penyelesainnya
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan penyelesainnya
BAB II
ISI
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
BAB III
KASUS DILEMA ETIK
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu
bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan
berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan
terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn.
A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin
tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil
pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya
mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut
memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter
dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya.
Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat
untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang
dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981)
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan
emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga.
Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-
hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau
informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam
pelayanan kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan
tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam
menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan
keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing
alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia
dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung
jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya
karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang
terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut
maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal.
Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan
keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy,
model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson
dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut :
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh
perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support
sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun
perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A.
Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support
yang ada sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang
kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa
menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan
informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat
tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran
merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien
terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah
ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak
pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan
informasi, maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan
keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi
atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah
Sakit. Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur
kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A
frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu
dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang
bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat
tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika
tidak menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka
perawat dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab
atas dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang
mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang
bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang
mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan
pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta
keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku
mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A
diharapkan dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat
memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam
menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode
etiknya (kode etik keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari
2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-
deontologi/
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot
Philadelpia, New York.
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011.
Diposkan tanggal 16 Januari 2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process
and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
EG
SUMBER : http://nersdody.blogspot.co.id/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html
DISUSUN OLEH :
Ns. DODY SETYAWAN, S.Kep.,CWCCA
DIAKSES 20 NOVEMBER 2016 JAM 10.50
Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan terapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul
akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional
bukan emosional (Wulan, 2011).
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan
atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh
para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain:
Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
Mengkaji situasi
Mendiagnosa masalah etik moral
Membuat tujuan dan rencana pemecahan
Melaksanakan rencana
Mengevaluasi hasil
Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
meliputi :
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
Apa tindakan yang diusulkan
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang
tepat
Mengidentifikasi kewajiban perawat
Membuat keputusan
Model Murphy dan Murphy
Mengidentifikasi masalah kesehatan
Mengidentifikasi masalah etik
Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
Mengidentifikasi peran perawat
Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
Memberi keputusan
Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
Mengumpulkan data yang relevan
Mengidentifikasi dilema
Memutuskan apa yang harus dilakukan
Melengkapi tindakan
Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6
dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan
umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil
pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan klien
harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan
operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana
operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu
perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.
Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya
anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa
diundur dulu suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi
dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi.
Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan sebagai
suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki
landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus
ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil salah
satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh
Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi
sebanyaknya, berkaitan dengan:
Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan, Rohaniawan dan
perawat.
Tindakan yang diusulkan yaitu:
Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien
mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya, walaupun
sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan keturunan.
Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi diharapkan
pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah
yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar Agar kanker rahim yang dialami Ny.D dapat
diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
Bila operasi dilaksanakan:
Biaya: biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.
Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi berjalan baik dan
lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila
ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang harus dituanggung oleh klien dan
suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki keturunan.
Fisik: klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.
Biaya: biaya yang dibituhkan klien
Biaya ; tidak mengeluarkan biaya apapun.
Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan dan rasa sedih
dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dingan penyakitnya.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah senggama, keluar
keputihan atau cairan encer dari vagina.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi
dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan
informasi yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak
dilakukan operasi yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap
sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik
pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema etik, tim
kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat
untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut
dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam
membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan
dilema etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang
dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat
inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi
setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang
kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi.
Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan
dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu
beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D
sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya.
Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat,
bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan keluarganya serta
pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik adalah
dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia
hanya bisa berusaha.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat
nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral
telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di
dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu
yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien
sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam
kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak
dan kewajiban masing-masing. Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai
posisinya. Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang
terjadi disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping
itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema
etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan
penuh tanggung jawab dan tuntas.
Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga keputusan
yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik pemberi dan penerima
asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan membuat kerangka penyelesaian
masalah etik, tetapi penyelesaian secara umum bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut;
melakukan peninjauan kembali terhadap kejadian, memanggil saksi-saksi, mengkaji dan
mengidentifikasi pelanggaran etik yang dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap
pelanggaran atau memberikan rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal
tersebut yang penting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik
dan memuaskan semua pihak.
Saran
Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk pelindungan
hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan
Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat
aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan tidak
merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila perlu
disetiap ruang ada yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek
keperawatan.
Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan
pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media.
Ismani, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta:
EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan
Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Wulan dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengakap Menjadi Perawat
Profesional Berwawasan etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ. Co
http://safruddinners.blogspot.co.id/2014/01/contoh-kasus-dilema-etik.html
Beberapa studi menunjukan bahwa dalam menghadapi dilema etikm diperlukan beberapa
strategi untuk peneyelesaian masalah etiak terkait dengan cara pengambilan keputusa etik.
Setiap individu emmepunyai persepektif yang berbeda – beda tentang dilema etik dan
perbedaan ini akan membutuhkan peneyelesaian yang berbeda pula. ( Husted & Husted, 1999
)\Chaowalit dan Takvirayanum ( 1999 ) mengungkapkan ada lima pokok penyelesaian dilema
etik yaitu:
Diskusi dan konsultasi dengan orang lan merupakan proses interaksi yang terjadi antara
profesional, konsultan dan consultee yang meinta bantuan untuk mengatasi masalah ( Hamri
& Spross, 1989 )
Perawat kadang berhadpan dengan dilema etik yang sanagt sulit utuk diatasi oelh dirinya
sendiri.Pada siuasi ini stafv perawat dapat berdiskusi atau berkonsultasi dengan orang lain
seperti kepala keperawatab, komite etik yang ada dirumah sakit sehingga sumber – sumber
ini dapat digunakan unutk mengatasi dilelema etik
Menurut Lazarus dan Folkam ( 1984 ) staretegi koping emosional merupakan cara menagtur
respon emosi ketika seseorang menghadapi masalah, sementara proses kognitif merupakan
berkurangnya distress emosional. Startego koping emosional terdiri dari penginderaan,
minimalisasi, menjauhi, perhatian selektif, perbandingan positif, mendapatkan nilai positif
dari kejadian negatif. Menurut studi Gatsman ( 2002; Pujiastuti 2004 ) mengemukakan bahwa
emosi perawat harus dipererat, karena perawat memainkan peran ganda dalam proses
mempertimbangkan etik.
1. Pendekatan keagamaan
Agama memberikan peraturan dan kepercayaan yang membuat seseorang dapat menjawab
pertanyaan tentang tujuan kehidupan manusia. Kepercayaan mempunyai peran yang sanagt
penting dalam menghadapi masalah etik yang dihadapi oleh perawat ( Sampson, 1982 dikutip
dari setiawan, 2002 ), Davis melaporkan bahwa umumnya perawat menyatakan kepercayaan
yang mereka anut membimbing mereka secara moral dalam dilema etik
Merupakan proses tindakan sebagi proses ketika seseorang melakukan perintah untuk
mencapai hasil moral yang diinginkan. Selain itu dapat digunakan sebagai kemampuan
mengenal impikasi dari isu untuk profesi keperawatan dan mengembangkan strategi untuk
berespon tehadap isu secara tepat dan efektif
BAB III
KASUS
Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya ke poliklinik rumah sakit jiwa untuk
konsultasi mengenai masalahnya. Nn. M mengatakan bahwa dia sudah sering melakukan seks
bebas sejak kelas dua sekolah menengah pertama seksual.a.Nn M sudah dua kali melakukan
aborsi, yang pertama ketika dia berusia 14 tahunan yang terakhir kira – kira 6 bulan yang
lalu. Nn M menyatakan tidak berani mengungkapkan kejadian yang ia alami kepada kedua
orang tuanya. Ia khawatir nantinya orang tuanya syok dan jatuh sakit bahkan ia mengusir ia
dari rumah. Nn M menyatakan sangat menyesal telah melakukan tindakan aborsi, tetapi ia
sangat menyukai seks bebas, Dan ia melakukan semuai ini hanya untuk mencari uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari – harinya. Ia mengungkapakan “ saya berasal dari keluarga yang
sederhana akan tetapi saya menginginkan kekayaan”. Nn M meminta kepada perawat untuk
memberikan alat kontrasepsi yang tepat bagi dia dan memohon penjelasan tentang
pencegahan penyakit menular.
BAB IV
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif
tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam
konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi
dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat
keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien. Selain itu dia juga
harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam melakukan yang terbaik bagi
keselamatan jiwa dan kesehatan klien. Keputusan pasien yang berlawanan dengan tujuan
penyelamatan jiwa pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-
masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami
tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan
bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung
jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena
tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat
termasuk perawat dengan pihak pasien sendiri. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut
maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama tim medis dengan pasien menjadi tidak
optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan
pelayanan keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan
Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model
Thompson dan thompson.Tahapan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
1. Identifikasi masalah
Masalah muncul karena pasien memerlukan informasi, perawat ingin memberikan informasi
tetap kebijakan rumah sakit tidak memperbolehkan anak dibawah umur untuk mendapatkan
informasi tentang alat kontrasepsi. Dan larangan ini juga berlaku bagi pasangan yang belum
menikah. Dan jika dikaitkan dengan tindakan termasuk area yang etis dilakukan akan tetapi
tidak legal
Peran perawat dalam menghadapi masalah tersebut adalah sebagai edukator, advokat, serta
konselor dan pemberi asuhan keperawatan. Sebagai edukator, perawat berkewajiban
memberikan penjelasan atau pendidikan kesehatan kepada Nn. M tentang perilaku seks bebas
terutama tentang dampak buruk dari seks bebas. Selain itu perawat perlu memberikan
pendidikan spiritual tentang pandangan agama menanggapi kasus seks bebas. Jika Nn. M
tetap pada pendirinya untuk tetap melakukan seks bebas, perawat sebagai edukator
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penyakit menular. Disini perawat
juga harus memberikan saran agar Nn. M rutin melakukan pemeriksaan berkaitan penyakit
menular seksual dan penyakit HIV/ AIDS yang mungkin timbul pada pelaku seks bebas.
Ketika Nn. M tetap berkeinginan melakukan pemasangan alat kontrasepsi, perawat berperan
melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi. Dan sebagai advokat,
perawat berkewajiban untuk melakasanakan, membela, memperjuangkan hak pasien
(otonomi). Dalam hal ini, perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan dan informasi
kesehatan yang tepat bagi pasien.
Pilihan ketiga yang paling tepat karen atidak bertentangan dengan teori etik dan ajaran
agama. Kesuksesan keputusam yang diambil bergantung pada apakah pasien menuruti segala
peraturan dan kebijakan tentang penggunaan a;at kontrasepsi
Aplikasi dalam prinsip model keperawatan yang digunakan adalah teori konsep model king.
Konsep model yang dikemukakan olem Imogenen king pada tahun 1971 dengan berfokus
pada 3 hal yaitu personal, sistem interpersonal dan sisitem sosial. Sehingga dengan
menggunakan pendekatan model ini perawat harus mampu untuk menggali sejauh mana
mekanisme koping yang dipunyai oleh pasien terkait pemasungan yang telah dijalankan,
beserta bagaiaman seorang pasien tesebut mampu untuk melakukan komunikasi dengan
orang lain, termasuk perawat dan keluarganya. Termasuk juga kemapuan keluarga untuk
dapat memberikan motivasi internal atau eksternal kepada pasien.
1) Pasal Pasal 28 H ( 1 ) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan
2) Pasal 34 ( 3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak
1. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
1) Pasal 146 (1) masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang benar
mengenai kesehatan jiwa , dan (2) hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menghindari pelanggaran hak asasi seseorang yang dianggap mengalami gangguan kesehatan
jiwa
2) Pasal 147 ayat (1) upaya penyembuhan penderita anguan kesehatan jiwa merupakan
tanggung jawab pemerintah , pemerintah daerah dan masyarakat, dan ayat (2) upaya
penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berwenang dan ditempat yang tetap menghormati hak asasi penderita
1. UUD RI 1945 menyatakan bahwa Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia yang
harus diwujudkan oleh bangsa indonesia
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah
merupakan kondisi yang sehat secara fisik, mental, spiritual sehingga dapat
lebih produktif khususnya dalam hal sosial dan ekomoni
2. Undang – Undang NO 29 Tahun 2004 BAB II ASAS dan TUJUAN Pasal 2
menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggaakan berdasarkan
perikemanusiaan yang bersdasarkan ketuhanan yang maha esa, manfaat
bersaama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam
keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri
( Tim redaksi fokusmedia, 2004 )
3. Undang – Undang NO 29 Tahun 2004 BAB IV SUMBER DAYA
KESEHATAN bagian kedua yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan
bertugas menyelenggarakan kegiatan kesehatan sesuai dengan keahlian dan
kewenanagnan tenaga kesehatan
4. Kode etik keperawatan indonesia
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianuy serta kedudukan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanay, kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
6) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran proffesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan klien
7) Perawat dalam membuat keputusan didasrka kepada informasi yang adekuat dan
memeprtimbangkan kemampuan serta kualofikasi sesorang bila melkukan konsultasi,
menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lain
9) Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebuthan kesehatan masyarakat
10) Perawat seanntiasa memelihara hubungan baik denagn sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya
11) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memeberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten ( Kode etik Keperaeatan indonesia, 2005 )
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana keputusan
orangtua pasien dan kondisi Nn. M setelah pemasangan kontrasepsi dan pemberian informasi.
1. Jika kedua orangtua Nn. M menolak keinginan pasien, perawat sebaiknya tidak
melakukan pemasangan alat kontrasepsi pada pasien. Mengingat aspek legalitas
pemasangan kontrasepsi harus pada orang dewasa atau lebih dari usia 17 tahun dan
pada pasangan yang sudah menikah. Selain itu karena usia Nn. M masih 16 tahun bisa
dikatakan masih menjadi tanggung jawab orangtuanya, jadi setiap tindakan pada Nn.
M harus mendapat persetujuan dari kedua orangtuanya. Namun perawat tidak berhenti
disini saja, karena sebagai perawat jiwa, perawat sebaiknya melakukan pendekatan,
konseling, dan terapi pada Nn. M agar dia berhenti untuk tidak berperilaku seks bebas
2. Namun jika orangtua Nn. M menyetujui dan pemasangan kontrasepsi sudah
dilakukan, perawat juga tidak berhenti disini saja. Perawat harus melakukan
pendekatan, konseling, dan terapi agar Nn. M berhenti melakukan seks bebas.
Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
1. Evaluasi hasil
Hasil yang diteria kemungkinan menunjukkan bahwa perjanjian yang telah disepakati antata
Nn M dengan perawat jiwa tidak bertentangan dengan teori etik dan ajaran agama.
BAB V
KESIMPULAN
I Kesimpulan
Metode penyelesaian masalah etik bisa menggunakan standar kerangka penyelesaian atau
dengan melakukan kombinasi dari beberapa teori yang ada. Dan hal ini memungkinkan untuk
menambah variasi pertimbangan, tindakan dalam setiap keputusan yang ada.
II Saran
Dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan masalh etik yang muncul
hendaknya dilakukan beberapa tahapan atau pertimbangan yang lebih rinci sehingga dalam
hal ini orientasi dalam asuhan keperawatan yang diberikan tetap memenuhi standart asuhan
keperawatan yang berkualitas
https://faizaturrohmi.wordpress.com/2013/12/06/dilema-etik-dalam-keperawatan/