Anda di halaman 1dari 36

Teori Perkembangan

Anak
By : Yustina Purwaningsih
Teori Psikososial
(Erik Erikson)
Di dalam teori psikososial disebutkan
bahwa tahap perkembangan individu
selama siklus hidupnya, dibentuk oleh
pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan individu yang menjadi matang
secara fisik dan psikologis.
Tahap percaya dan Tidak Percaya
(0 1 Tahun)
Timbulnya kepercayaan dasar diawali
dari tahap sensorik-oral, ditandai
bayi dengan tidur tenang dan
nyenyak, menyantap makanan
dengan nikmat, dan defekasi dengan
mudah dan lancar
Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan
Malu dan Keragu-raguan
(1 3 Tahun)
Individu mulai belajar menegakkan otonomi,
namun belum dapat berpikir diskriminatif
(membedakan) sehingga diperlukan adanya
bimbingan.
Di satu sisi, lingkungan mengharapkan anak
dapat mandiri, akan tetapi disisi lain ia
mendapatkan perlindungan dengan maksud
agar anak terhindar dari rasa malu dan ragu
Apabila berhasil tanpa kehilangan harga
diri akan timbul rasa kebanggaan dan
percaya diri.
Apabila ia tidak diberikan kesempatan
dan terlalu banyak dikendalikan dari luar
akan timbul bibit rasa malu dan ragu yang
berlebihan.
Inisiatif vs Rasa Bersalah
(3 6 Tahun)
Pada fase ini, anak sangat aktif dan
banyak bergerak serta mulai
mengembangkan kemampuan untuk
hidup bermasyarakat.
Timbul inisiatif, yang ditandai anak sudah
mulai merencanakan permainan bersama
teman sebaya yang dilakukan dengan
gembira.
Sudah tertanam norma masyarakat yang
diajarkan oleh orang tua maupun
lingkungannya.
Timbul rasa bersalah karena terjadi
persaingan dengan orang tua sejenis.
Terjadi setelah dipahaminya norma
masyarakat.
Timbul kebencian kepada orang tua
karena orang tua melakukan hal-hal yang
semula dilarang dilakukan anak.
Berkarya / Rajin vs Rasa Rendah Diri
(6 12 Tahun)
Anak berusaha merebut perhatian dan
penghargaan atas karyanya.
Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan
guru atau orang lain.
Mulai timbul rasa tanggung jawab.
Mulai senang belajar bersama.
Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya
kurang mampu dibanding temannya.
Identitas vs Kekacauan
Identitas / Peran 12 Tahun ke atas
Berakhirnya fase kanak-kanak dan
memasuki fase remaja.
Pertumbuhan fisik yang pesat dan
mencapai taraf dewasa.
Orang tua sebagai figur identifikasi mulai
luntur dan mencari figur identifikasi lain.
Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama
ini diyakini dan dianutnya.
Sering terjadi konflik pada saat mencari
identitas diri sehingga apa yang dialami
pada fase anak muncul kembali.
Dalam mencari identitas diri, anak sering
mencoba berbagai macam peran untuk
mencari peran yang cocok dengan dirinya.
Sikap coba-coba ini tidak jarang
menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
Kebingungan peran diri dapat
menimbulkan kelainan perilaku, yaitu
kenakalan remaja dan mungkin juga
psikotik.
Keintiman vs Isolasi
(Remaja Akhir s/d Dewasa Muda
Terjadi hubungan yang intim dengan
pasangannya.
Terjadi hubungan tertutup dengan kedua
orang tuanya.
Mencoba melakukan hubungan dengan
teman sebaya atau kelompok
masyarakat dalam kehidupan sosial
untuk menjalin keakrapan.
Apa bila tidak mampu bergabung atau
membina hubungan dengan orang lain
maka kemungkinan dapat memisahkan
diri dari anggota atau kelompok orang.
Tahap Generasi dan Penghentian
(Dewasa)
Seseorang ingin memperhatikan
generasi berikutnya dalam kegiatan
aktifitas di masyarakat dan selalu
melibatkannya dan keinginannya
membuat dunia menerimanya apabila
tahap ini terjadi kegagalan maka akan
terjadi penghentian dalam kegiatan
atau aktifitasnya.
Integritas vs Keputusasaan
(Dewasa Akhir)
Seseorang memikirkan tugas-tugas dalam
mengakhiri kehidupan, perasaan putus asa
akan mudah timul karena kegagalan pada
dirinya untuk melakukan aktifitas dalam
kehidupannya.
Perkembangan Kognitif
(Piaget)
Tahap sensorik motorik.
Tahap pra-oprasional.
Tahap kongkrit.
Tahap formal oprasional.
Tahap Sensorik Motorik
Umur (0-2 Tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar, menyentuh
dan aktifitas motorik.
Semua gerakan pada masa ini akan diarahkan
ke mulut dengan merasakan keinginannya
terhadapnya sesuatu dari apa yang dilihat,
didengar, disentuh dan lain-lain.
Tahap Pra-Oprasional
Umur 2 7 tahun
Anak belum mampu mengoprasionalkan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih
bersifat egosentris. Pada masa ini juga
bersifat transduktif (menganggap semua
sama) dan animesme (selalu
memperhatikan adanya benda mati).
TAHAP KONGKRET USIA
7 11 TAHUN
Anak sudah memandang realistis dari
dunianya dan mempunyai anggapan yang
sama dengan orang lain. Sifat egosentris
sudah mulai hilang sebab anak mempunyai
pengertian keterbatasan diri sendiri,
reversibilitas, sifat realistik belum ke sifat
membuat konsep atau hipotesis.

TAHAP FORMAL OPRASIONAL USIA
LEBIH DARI 11 TAHUN
Perkembangan anak pada masa ini sudah
terjadi dalam perkembangan pikiran dengan
membentuk ganbaran memtal dan mampu
menyelesaikan aktivitas dalam pikiran,
mampu menduga dan memperkirakan dengan
pikiran yang abstrak.

PERKEMBANGAN PSIKOSEXUAL
(SIGMUND FREUD)
1. TAHAP ORAL ( 0 1 TAHUN)
2. TAHAP ANAL (1 3 TAHUN)
3. TAHAP EODIPAL/PHALIK (3-5 TAHUN)
4. TAHAP LATEN ( 5-12 TAHUN)
5. TAHAP GENETAL (12 TAHUN KEATAS)
TAHAP ORAL (0 1 TAHUN)
Kepuasan dan kesenangan serta
kenikmatan didapatkan melalui
mulut yaitu dengan cara :
Menghisap, menggigit,mengunyah,
bersuara.

Ketergantungan sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman.
Masalah yang sering terjadi pada
masa ini adalah penyapihan dan
pemberian makanan.

TAHAP ANAL (1 3 TAHUN)
Kepuasan pada tahap ini adalah
pengeluaran tinja.
Anak akan menunjukkan kekuatan
dan sikapnya narristik yaitu cinta
terhadap dirinya sendiri.
Sangat egoitik dan mulai mempelajari
struktur tubuhnya.
Pada fase ini tugas yang dapat
dilaksanakan anak adalah latihan
kebersihan.
Masalah yang dapat diperoleh pada
tahap ini adalah bersikap obsesif atau
gangguan pikiran, pandangan sempit
dan introvet juga bisa ekstrovet
impulsif/dorongan membuka diri, tidak
rapi dan kurang pengendalian diri.
TAHAP PHALIK (3-5 TAHUN)
Kepuasan anak terletak pada
rangsangan aerotik yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa
erogennya, suka pada lawan jenis, laki-
laki cenderung dengan ibunya
demikian pula sebaliknya.
TAHAP LATEN (5-12 TAHUN)
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak
masuk dalam masa pubertas dan
berhadapan langsung pada tuntutan
sosial, misalnya suka pada kelompok
sebaya, dorongan libidopun mulai
mereda.
TAHAP GENETAL
( 12 TAHUN KEATAS)
Kepuasan anak pada fase ini akan
kembali bangkit dan mengarah pada
perasaan cinta pada lawan jenis.
PERKEMBANGAN PSIKOMORAL
(KOHLBERG)
1. Tahap orentasi hukum kepatuhan pada
tingkat pemikiran pra convensional.
2. Tahap orentasi relatifitas dan instrumen pada
tingkat pemikiran pra-convensional.
3. Tahap orentasi masuk kelompok
(berhubungan dengan orang lain) pada
tingkat pemikiran konvensional.
4. Tahap orentasi hukum dan ketertiban pada
tingkat pemikiran konvensional.
5. Tahap orentasi kontak sosial tingkat
pemikiran post-konvensional otonom dan
berprinsip.
6. Tahap orentasi azas etika universal pada
tingkat pemikiran post-konvensional otonom
dan berprinsip.
TAHAP ORENTASI HUKUM KEPATUHAN PADA
TINGKAT PEMIKIRAN PRA
CONVENSIONAL
Anak peka terhadap peraturan yang
berlatar belakang budaya, menghindari
hukuman dan patuh pada hukum, bukan
atas dasar norma pada peraturan yang
mendasarinya.
TAHAP ORENTASI RELATIFITAS DAN
INSTRUMEN PADA TINGKAT PEMIKIRAN
PRA-CONVENSIONAL

Tindakan dilakukan hanya untuk
memuaskan individu akan tetapi kadang-
kadang juga untuk orang lain, kesetiaan,
penghargaan, kebijaksanaan diambil
untuk diperhitungkan.
TAHAP ORENTASI MASUK KELOMPOK
(BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN)
PADA TINGKAT PEMIKIRAN KONVENSIONAL
Bertingkah laku dapat menyenangkan
dan diterima orang lain.
TAHAP ORENTASI HUKUM DAN
KETERTIBAN PADA TINGKAT PEMIKIRAN
KONVENSIONAL
Membuat keputusan yang benar berarti
mengerjakan tugas, berorentasi kepada
otoritas yang sudah pasti dan usaha
untuk memelihara ketertipan sosial.
TAHAP ORENTASI KONTAK SOSIAL
TINGKAT PEMIKIRAN POST-KONVENSIONAL
OTONOM DAN BERPRINSIP
Mementingkan kegunaanya, berprinsip ; tindakan
yang benar adalah tindakan yang dimengerti dari
segala individu yang umum dan disetujui oleh
masyarakat, adanya kesadaran yang jelas bahwa
nilai dan pandangan pribadi adalah relatif,
menekankan bahwa hukum yang bisa diambil
atas dasar rasional.
TAHAP ORENTASI AZAS ETIKA
UNIVERSAL PADA TINGKAT PEMIKIRAN
POST-KONVENSIONAL OTONOM DAN
BERPRINSIP
Kepuasan yang diambil berdasarkan pada
suasana hati, prinsip dan etika yang
dipilih sendiri, pedoman dan peraturan
yang umum di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai