Anda di halaman 1dari 5

Psikologi perkembangan anak

1. jawaban :

ujuan utama dari pendidikan moral adalah untuk mengembangkan kesadaran akan benar dan
salah, atau lebih dikenal dengan hati nurani. Idealnya, individu belajar mengerjakan hal yang
baik, bukan karena takut akan akibat atau konsekuensinya apabila ia melanggar aturan, tetapi
karena ada aturan dari dalam diri yang ia pelajari dari keluarga dan budaya.

a) Perkembangan moral
Antara 4 sampai 6 tahun, anak mulai memahami aturan, namun dalam cara yang sederhana.
Mereka beranggapan bahwa aturan bersifat tidak fleksibel, tidak dapat diubah, dan dibuat oleh
figur otoritas. Bahkan menurut anak-anak, aturan dalam bermain kelereng dibuat oleh Tuhan.
Setiap pelanggaran pasti menghasilkan hukuman, tanpa melihat alasannya.
Untuk dapat bertingkah laku sesuai etika, anak membutuhkan kemampuan khusus untuk
berempati terhadap perasaan orang lain, untuk mengantisipasi pernghargaan atau hukuman yang
akan ia terima, dan untuk menunda pemuasan keinginan atau perasaannya sendiri. Kohlberg
mengelompokkan tahapan-tahapan dalam teorinya menjadi 3 tingkatan moral:
· Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah bentuk penalran moral yang paling awal dan paling
muda, di mana individu belum mengadopsi atau menginternalisasi kesepakatan masyarakat
mengenai benar dan salah. Penilaian individu dalam tingkat prakonvensional mengenai perilaku
sesuai aturan ditentukan oleh konsekuensi dari perilaku tersebut. Sesuatu yang ’baik’ adalah
perilaku yang konsekuensinya berupa pujian atau hadiah. Sedangkan yang ‘buruk atau ‘salah’
adalah perilaku yang konsekuensinya adalah hukuman.
· Konvensional
Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau menolong orang lain dan
diterima oleh mereka. Tingkah laku sering kali dinilai berdasarkan niatnya. Ini adalah orientasi
berdasarkan otoritas, aturan pasti, dan pemeliharaan atas aturan sosial.
· Postkonvensional
Perilaku yang benar cenderung didefinisikan sebagai hak umum dan hukum individu,
yang sudah diuji dan disetujui oleh masyarakat. Perilaku yang benar didefinisikan sebagai
sebuah hati nurani berdasarkan prinsip etik diri yang dipilih.
b) Perkembangan agama
Pada anak usia dini perkembangan agama identik dengan pemahamannya akan Tuhan, yaitu
bagaimana mereka memahami keberadaan Tuhannya. Kita sebagai pengajar dapat memahami
dan menyesuaikan metode pengajaran terhadap agama dengan tingkat pemahaman anak. Secara
umum, bayangan anak terhadap Tuhan berubah mulai dari yang bersifat fisik, misalnya berbadan
besar, menjadi yang sifatnya semi-fisik sampai akhirnya abstrak.
Para ahli membagi perkembangan akan pemahaman konsep Tuhan dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a) Tahap 1
Berlangsung dalam 2 tahun pertama kehidupan. Pada masa ini, pemahaman anak akan Tuhan
masih belum jelas, sering kali diasosiasikan dengan orang tuanya. Mereka cenderung
menunjukkan adanya suatu objek sebagai bentuk pemahaman akan Tuhan. Misalnya, rumah
ibadah atau perlengkapan ibdaha. Pada masa ini, doa merupakan pengikat antara dirinya, orang
tua, dan Tuhan. Meskiun kebanyakan pemahaman anak akan doa adalah suatu ritual sebelum
mereka tidur di malam hari.
b) Tahap 2
Berlangsung pada 10 tahun pertama kehidupan. Ketika anak berusia sekitar 3 tahun, mereka
muali bertanya pada orang tuan mengenai hubungan sebab akibat, “Apa ini, Bu? Siapa yang
membuatnya? Kenapa? Dari mana asalnya?”, dan orang tua biasanya akan menjawab, “Tuhan
yang membuatnya”. Lalu oleh anak, Tuhan dianggap sebagai Pencipta, Maha Pencipta.
Dalam masa pembentukan konsep Tuhan, anak sering memikirkan Tuhan, awalnya dalam bentuk
fisik, karena mereka sulit untuk menggambarkannya dalam bentuk nonfisik. Menurut anak-anak,
Tuhan memiliki karakter yang menyenangkan. Tuhan selalu tersenyum dan bermain dengan
binatang. Selain itu, anak-anak memiliki pendapat terdiri atas pandangan terhadap Tuhan. Jika
mereka ditanya alasan mereka percaya bahwa Tuhan itu ada, mereka menjawab “karena Ia
menciptakan saya”. Ketika ditanya mengapa menurut mereka Tuhan itu baik “karena Tuhan
mengabulkan keinginan-keinginan saya

2. Jawaban :
Berikut ini ada beberapa aktivitas untuk pengembangan agama dan moral pada anak dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya:

#1 Berdoa Untuk Setiap Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak membaca doa baik itu sebelum dan
sesudah beraktivitas. Mulai dari ketika hendak makan, ke kamar kecil, hendak tidur dan lain
sebagainya. Kita harus senantiasa bersabar untuk mengingatkan mereka untuk berdoa. Dengan
berdoa, mereka dapat selalu ingat akan Penciptanya.

#2 Bergiliran

Biasakan anak-anak untuk dapat bersabar menunggu giliran. Hal ini bisa dilakukan saat hendak
makan. Ketika kita akan membagikan makanan. Pastikan untuk selalu bergiliran sesuai dari usia
mereka. Misalnya dari yang tua terlebih dahulu sebagai kakak, lalu ke adik.

Hal ini untuk melatih anak-anak bersabar menunggu giliran. Dan menghormati orang yang lebih
tua. Kebiasan ini tentunya harus diterapkan tidak hanya di rumah saja, namun disetiap
kesempatan, baik dimana saja, kapan saja dna tempat umum lainnya.

#3 Media Permainan

Pada dasarnya anak-anak suka bermain. Untuk itu didiklah anak untuk bermain sambil belajar.
Untuk itu pilihlah permainan edukatif yang dapat merangsang perkembangan orak dan nilai
agama maupun moral anak. Saat mereka bermain, secara bebas mereka dapat mengekspresikan
dirinya tanpa ada paksaan.

Untuk alat permainan edukasi tidak perlu yang mahal, bahkan kita dapat membuat alat
permainan itu sendiri. Selain lebih mudah juga lebih terlihat menarik dimata anak anak. misalnya
dengan membuat bowling hijaiyah, memasang puzzle huruf abjad, angka, huruf hijaiyah dan
masih banyak lagi.

#4 Mengajak Anak ke Pengajian

Dengan mengajak anak ikut pengajian bisa melatih kemampuan bersosialisasi. Tidak perlu
sering, ajaklah jika memang mood mereka sedang baik. Apalagi untuk anak usia dini. Terkadang
saat mood sedang tidak baik anak akan rewel dan mengganggu Anda Biarkan mereka mengenal
tempat beribadah, hormat kepada yang lebih tua, belajar bersilaturahmi juga.

#5 Bacakan Buku

Dengan membaca buku, tentunya dapat melatih perkembangan otak pada anak dan
memperbanyak kosakata pada anak. Pilihlah buku cerita yang bergambar menarik. Sekarang ini
banyak sekali yang menjual buku-buku cerita anak tentang pahlawan islam, kisah para nabi yang
bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi kehidupan anak-anak.

Itulah beberapa aktivitas untuk pengembangan nilai agama dan moral anak dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam menanam nilai moral dan agama pada anak, dibutuhkan strategi seperti
strategi kebiasaan dan pembelajaran.

3. Jawaban :
a. Jean Piaget yang juga ahli Biologi menghubungkan tahapan perkembangan kematangan
fisik dengan tahapan perkembangan kognitif. Tahapan- tahapan tersebut adalah tahap
sensory motorik (0–2 tahun), pra- operasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–11
tahun) dan operasional formal (11–15 tahun).

Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi
kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan,
atau memisahkan ide atau pikiran.

Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi
dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis.

Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek
(fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.

b. Pada usia 4 sampai 6 tahun, anak memiliki keterbatasan-leterbatasan tertentu dalam


perkembangan kognitifnya. Rentang usia ini (menurut Piaget) termasuk tahapan pra-
operasional. Di rentang usia ini, kemampuan kognitif anak memiliki karakteristik yang
juga jadi kekurangannya antara lain:
 Pikiran masih bersifat egosentris.
 Pemikiran cenderung didominasi persepsinya.
 Pikiran logisnya dikalahkan intuisi.
 Anak belum punya kemampuan koservasi.

Jika mengacu pada pendapat Piaget, berikut adalah ketidakmatangan kognitif anak pada
rentang usia 4 – 6 tahun (pada sumber disebutkan 2 – 7 tahun):

 Anak cenderung hanya fokus pada 1 aspek dan sepenuhnya abai pada aspek
lainnya pada sebuah situasi. Ini disebut keterbatasan centration atau
ketidakmampuan anak untuk decenter.
 Keterbatasan irreversabilitas, maksudnya bahwa anak gagal paham sejumlah
operasi bisa dikembalikan pada keadaan awal atau dibalik.
 Keterbatasan pada transformasi dan lebih fokus pada keadaan. Maksudnya bahwa
anak gagal menggunakan kemampuan alam bernalar secara deduktif/induktif dan
cenderung melompat dari partikulur lain.
 Keterbatasan berupa egosentrisme, maksudnya anak masih mengasumsikan
semua orang berpikir dan merasakan sesuatu sama dengan dirinya.
 Keterbatasan berupa animisme, maksudnya anak cenderung mengatribusikan
hidup dirinya lewat benda mati.
 Keterbatasan dalam membedakan realitas dengan tampilan luar.

4. Jawaban:

Anak usia dini 4-6 tahun perkembangan karakteristiknya sebagai berikut: 1) dapat berbicara
dengan kalimat sederhana dengan lebih baik, 2) dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara
sederhana, 3) menggunakan dan menjawab beberapa kata tanya, 4) mampu menyusun kalimat, 5)
Mengenal tulisan sederhana. Faktor penyebab masalah perkembangan bahasa yang pertama yaitu
adanya masalah kemampuan bicara dan bahasa. Adanya masalah ini disebabkan oleh otak yang
bekerja secara berbeda. Masalah tersebut menyebabkan anak tidak bisa memahami apa yang
dikatakan orang lain dan kesulitan berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai