Kegiatan Belajar 1
Hakikat Kemampuan Dasar dan Perilaku Anak Usia 34
Tahun
Perilaku adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam
perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya.
Perilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang
selama proses berinteraksi dengan orang di luar dirinya. Perilaku seseorang
menunjukkan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian,
dan konsep dirinya.
Moral berasal dari bahasa Latin: Mores, artinya tata cara, kebiasaan
dan adat. Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan standar moral
dari kelompok sosial tertentu. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-
konsep moral.
Piaget menyatakan bahwa anak dalam rentangan usia 4-7 Tahun masih berada pada
Tahap Realisme Moral, adapun menurut pendapat Kolhberg, anak masih berada dalam
Tahap Moralitas Prakonvensional. Tahap moralitas prakonvensional memiliki dua
subtahapan, yaitu :
Pertama, perilaku anak masih berorientasi pada kepatuhan dan hukuman.
Kedua, anak mulai melakukan penyesuaian terhadap harapan social untuk memperoleh
penghargaan.
2. Pengembangan Nilai Agama Usia 3-4 Tahun.
Keberminatan anak terhadap agama sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4
tahun. Rasa ingin tahu anak terhadap agama biasanya muncul melalui banyak pertanyaan
yang berkaitan dengan agama. Sepanjang periode kehidupannya, seseorang akan melewati
tiga tahap perkembangan beragama. Menurut Ernest Harms, tiga tahapan perkembangan
beragama tersebut, yaitu (a) Tahap Dongeng (The Firy Tale Stoge), (b) Tahap kenyataan
(The Realistic Stage), (c) tahap Individual (The Indiviudal Stage).
Konsep perkembangan nilai agama pada masa kanak – kanak ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut.
a. Kurang mendalam/tanpa kritik (unreflective)
Anak menerima begitu saja pemahaman tentang konsep agama tanpa disertai dengan
pemahaman yang mendalam.
b. Egosentris
Anak memandang konsep keagamaan harus dapat memenuhi kesenangan pribadinya.
c. Anthromorphis.
Anak menggambarkan bahwa keadaan Tuhan sama dengan manusia.
d. Verbalis dan ritualis
Anak mengenal konsep keagamaan melalui kegiatan menghafal kalimat – kalimat agamis
yang sering kali dibaca oleh orang dewasa.
e. Imitative
Anak senang sekali meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa karena mereka
adalah peniru yang ulung.
f. Rasa heran.
Rasa heran muncul dari dalam diri anak kaena mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar
tentang hal – hal yang baru yang mereka dengar melalui cerita ataupun film yang mereka
tonton yang berkaitan dengan penanaman nilai agama.
Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan anak
agar anak mencapai kematangan dalam nilai agama dan moral, yaitu sebagai berikut.
a. Pendidikan dengan keteladanaan
b. Pendidikan dengan pembiasaan
c. Pendidikan dengan nasihat
d. Pendidikan dengan memberi perhatian
e. Pendidikan dengan memberi hukuman
B. PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
1. Pengembangan Sosial
Pengembangan social anak prasekolah ditandai dengan bermulanya perkembangan
persahabatan.
Kemampuan anak untuk memulai dan menjaga persahabatan mereka ini mengisyaratkan
kepada kita bahwa anak memiliki preferensi social (social preference) atau dengan kata
lain anak sudah mulai memiliki kecenderungan untuk memilih teman bermainnya.
Erik erikson (1902-1994) yang menyumbangkan permikirannya mengenai 8 tahapan
perkembangan psikosoial mengemukakan bahwa anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada
dalam tahap ketiga, yaitu Tahap Prakarsa/Insiatif dan Rasa Bersalah.
Inisiatif tersebut dipergunakan oleh anak untuk mencapai berbagai macam tujuan yang
diinginkannya.
Secara lebih terperinci, Dodge, Colker, ddk (2002) menjabarkan rangkaian perkembangan
social (social developmental continuum) yang utuh pada anak usia 3-5 tahun pada tebel
berikut
Tabel 3.1
Tabel Aspek Perkembangan Sosial;
Tanggung Jawab terhadap Diri dan Orang lain.
Tujuan Rangkaian Perkembangan (3-5Tahun)
Pengembanga 1 2 3 4
n
Menunjukkan Menyatakan Memilih dan Menyelesaika Menyelesaika
inisitaf sendiri tujuan menjadi n tugas yang n dan
dan kebebasan ketbutuhan lebih terlibat lebih rumit mengerjakan
dan dalam suatu tugas
keinginannya aktivitas pilihannya
sendiri tanpa
bantuan
orang
dewasa.
Menerima Mengizinkan Menggunaka Menggunaka Mengerti
tanggung orang dewasa n n kemampuan pentingnya
jawab pribadi untuk kemampuan menolong diri kemampuan
denganbaik merawat menolong sendiri dan menolong diri
kebutuhan diri sendiri berpartisipasi sendiri dan
pribadinya, dengan dalam perang
seperti sekali – kali pekerjaan dirinya dalam
memakai baju diingatkan. tanpa perlu kehidupan
atau mencuci diingatkan yang sehat.
tangan tanpa
peralawanan
Menghormati Menggunakan Menggunaka Memindahka Mulai
dan merawat dan n permainan n benda yang menunjukan
lingkungan mengeksplora dengan cara tidak tanggung
dan peralatan si peralatan yang banyak diperlukan jawab
di dalam kelas dalam jangka sebelum merawat
waktu singkat memulai lingkungan
dengan aktivitas kelas.
bantuan orang selanjutnya
dewasa
Mengikuti Bersedia Berpartisipas Mengerti dan Mengikuti
aktivitas rutin mengikuti i dalam mengikuti mengerti
dalam kelas perpindah alur kegiatan di tata cara di tujuan tata
kegiatan dalam kelas dalam kelas cara di dalam
tanpa paksaan kelas.
Mematuhi Mengikuti Mengikuti Mengerti dan Mengikuti
peraturan di arahan aturan dalam mengikuti dan mengerti
dalam kelas sederhana dan kelas dengan peraturan di alasan
batas waktu diingatkan dalam kelas peraturan di
yang tanpa perlu dalam kelas
diberitahukan diinginkan
oleh orang
dewasa
2. Pengembangan Emosional
Hurlock mendeskripsikan anak – anak pada masa kanak – kanak awal (3-5 tahun)
cenderung menunjukkan emosi, seperti marah, takut, cemburu ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih dan kasih sayang dengan latar belakang sebagai berikut :
a. Marah
b. Cemburu
c. Iri hati
d. Sedih
e. Takut
f. Ingin tahu
g. Kasih sayang
h. gembira
BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku anak usia 3-4 tahun perlu dikembangkan. Menurut Bruce, seorang
pendidikan dinyatakan membant anak didiknya dalam menanamkan nilai moral jika dia
melakukan hal – hal merawat anak dengan penuh kasih sayang, memberikan banyak
kesempatan pada anak untuk diskusi dan bernegosiasi, anak memerlukan kedekatan
perasaan, kepercayaan.
Prinsip Spiritual Parenting yang dapat dijadikan prinsip dalam penanaman nilai
agama, yaitu (a) ketahuilah bahwa tuhan memperhatikan kita; (b) percaya dan ajarkan
bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan; (c) simak.
Tahapan perkembangan moral anak – usia 3-4 tahun
a. Menurut Piaget, anak berada dalam tahap realism moral
b. Menurut Kohlberg, anak berada dalam tahap moralitas prakonvensional.
Menurut Ernest Harm, anak melewati tiga tahapan perkembangan sikap beragama,
yaitu (a) tahap dongeng, (b) tahap kenyataan,dan (c) tahap individual.