Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Kemampuan Dasar dan Perilaku Anak Usia 34
Tahun
Perilaku adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam
perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya.
Perilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang
selama proses berinteraksi dengan orang di luar dirinya. Perilaku seseorang
menunjukkan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian,
dan konsep dirinya.

Perilaku anak usia dini mencakup moral, disiplin, sikap beragama,


sosial, emosi dan konsep diri. Dalam pembelajaran anak usia dini pada
lembaga pendidikan anak usia dini pengembangan perilaku moral, agama,
sosial, dan emosi dilakukan melalui pembiasaan sehari-hari.

Moral berasal dari bahasa Latin: Mores, artinya tata cara, kebiasaan
dan adat. Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan standar moral
dari kelompok sosial tertentu. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-
konsep moral.

Tahapan Perkembangan Moral (Piaget)


a. Tahapan Realisme Moral.
b. Tahapan Tahap Moralitas Otonomi.

Tahapan Perkembangan Moral (Kohlberg)


a. Moralitas Prakonvensional.
b. Moralitas Konvensional.
c. Moralitas Pascakonvensional.
Perkembangan moral dapat dipelajari melalui:
a. coba dan ralat;
b. pendidikan langsung;
c. identifikasi.

Perkembangan sikap beragama ini merupakan suatu proses perubahan


yang bersifat kualitatif yang menuju ke arah kemajuan/ peningkatan dalam
hal tindakan, perbuatan, dan perkataan yang dilakukan berdasarkan
keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya. Perkembangan sikap
beragama ini merupakan suatu proses menanamkan kesiapan/kebiasaan
manusia untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan sehingga
manusia mampu memilih jalan yang dapat mengantarkan pada kebaikan dan
kebahagiaan dunia akhirat.

Tahapan Perkembangan Agama Pada Anak


a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng), usia 36 tahun.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan), usia 715/16 tahun.
c. The Individual Stage (Tingkat Individu), usia 18 tahun ke atas.

Bentuk dan Sifat Agama Pada Anak


a. Unreflective (kurang mendalam/tanpa kritik).
b. Egosentris. c. Anthromortis. d. Verbalis dan Ritualis.
e. Imitatif.

Aspek-aspek pendidikan agama tersebut terbagi dalam 5 aspek, yaitu:


a. aspek pendidikan keimanan;
b. aspek pendidikan akhlak;
c. aspek pendidikan akliah;
d. aspek pendidikan sosial;
e. aspek pendidikan jasmani.
Perkembangan sosial merupakan suatu proses pemerolehan
kemampuan untuk berperilaku yang sesuai dengan keinginan yang berasal
dari dalam diri seseorang dan sesuai dengan tuntutan dan harapanharapan
sosial yang berlaku di masyarakat.

Proses penanaman nilai sosial

IMITASI IDENTIFIKASI INTERNALISASI

Emosi sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya emosi


gembira mendorong untuk tertawa. Atau dengan perkataan lain emosi
didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal
dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Metode belajar


yang menunjang perkembangan emosi: · Belajar dengan coba dan ralat ·
Belajar dengan cara meniru · Belajar dengan cara mempersamakan diri ·
Belajar melalui pengkondisian · Pelatihan · Belajar dengan cara
mempersamakan diri · Pelatihan Perkembangan kelenjar endoktrin
berpengaruh terhadap keadaan emosional pada masa kanak-kanak Peran
Pematangan Peran Belajar Perkembangan Emosi
Kegiatan Belajar 2
Pengertian dan Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia 34 Tahun
Anak yang berada pada usia 34 tahun, apabila ditinjau dari klasifikasi
usianya maka termasuk kategori anak yang berada pada masa usia dini (early
childhood). Sebagaimana kita ketahui bersama, masa usia dini sering disebut
sebagai golden age atau usia emas karena pada rentang usia ini anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai
aspek perkembangannya.
Anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang
pertumbuhan otak atau tidak mendapatkan stimulasi psikososial, seperti
jarang disentuh atau jarang diajak bermain, akan mengalami keterlambatan
perkembangan dibandingkan dengan anak seusianya yang mendapatkan
stimulasi yang cukup.
Perkembangan fisik seorang anak manusia meliputi 4 aspek, yaitu
 sistem saraf di otak, yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi;
 otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
perkembangan motorik;
 kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru;
 struktur tubuh/fisik, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.
Bromley (1992) menyebutkan empat macam bentuk bahasa, yaitu
(a) menyimak;
(b) berbicara;
(c) membaca;
(d) menulis.
Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa
merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik
(tata kata dan kalimat), sedangkan berbicara merupakan suatu ungkapan
dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti,
diterima), juga ada yang bersifat ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa
reseptif adalah mendengarkan dan membaca suatu informasi, sedangkan
contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan suatu informasi
untuk dikomunikasikan kepada orang lain.
Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap, yaitu
(a) tahap sensorimotor, yang berlangsung dari usia 02 tahun;
(b) tahap praoperasional, yang berlangsung dari usia 27 tahun;
(c) tahap operasional konkret, yang berlangsung dari usia 712 tahun;
(d) tahap operasional formal, yang berlangsung pada usia 12 tahun
sampai usia dewasa.
Pengembangan seni pada anak usia 34 tahun lebih mengarah kepada
pelaksanaan kegiatan yang mengasyikkan dan menarik minat anak sehingga
melalui kegiatan tersebut seluruh aspek perkembangan dapat berkembang
secara optimal. Konsep learning through art atau pembelajaran melalui seni
dimaksudkan menjadikan seni sebagai sebuah media atau sarana dalam rangka
membelajarkan anak.
Modul 2

A. PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK 3-4 TAHUN


I. Urgensi dan prinsip pengembangan perilaku anak usia 3-4 tahun.
Perilaku anak usia 3-4 tahun perlu dikembangkan urgensi pengembangan perilaku
tersebut, yaitu :
1. Anak membutuhkan bimbingan agar merasa aman.
2. Anak membutuhkan bimbingan untuk menjaganya agar tetap sehat dari segi fisik
dan emosional.
3. Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan kesadaran social dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
4. Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan konsep diri dan
pengendalian diri.
II. Prinsip  Pengembangan Perilaku Anak usia 3-4 tahun
1. Prinsip pengembangan nilai moral.
a. Merawat anak dengan penuh kasih sayang
Prinsip pertama dalam mengembangkan perkembangan moral anak adalah :
dengan memperlakukan mereka dengan penuh kasih saying dan penuh
ketulusan. Kita akan menjadi seorang yang penting bagi anak jika mereka
merasa dekat dan akrab dengan kita.
b. Memberikan banyak kesempatan pada anak untuk bendiskusi dan bernegoisai.
Belajar bernegoisasi merupakan bagian dari perkembangan moral terutama
berkaitan dengan belajar menghormati orang lain bernegoisasi lebih baik dari
pada anak menipu orang lain proses menipu orang lain sama artinya dengan
anak telah mengambil keuntungan dari orang lain dan hal ini menunjukan
rendahnya harga diri anak.
Dalam melakukan negoisasi, anak akan belajar mengakui kesalahan, mencoba,
mengungkapkan perasaanya, sabar dalam atas kesalahan yang dilakukannya.
c. Menjelaskan suatu hal, maka anak perlu dibantu untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaannya tentang berbagai macam persoalan dan peristiwa yang
dihadapinya.
d. Mendukung anak untuk bergabung dengan penuh arti dengan anak – anak
lainnya.
Ketika anak bermain bersama teman – temannya anak akan mempelajari nilai-
nilai moral, seperti menghormati orang lain, tidak boleh melukai teman,
mentaati peraturan.
e. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain bebas karena akan
mendorong anak melihat segala sesuaatu dari sudut pandang orang lain.
Anak usia 3 tahun memiliki daya imajinasi yang tinggi dalam bermain ketika
menjadi orang lain, anak akan memerankan suatu aturan dan kisah, yang tentu
saja membuthkan konsentrasi terhadap hal – hal yang betul – betul di ingatnya.
2. Prinsip Pengembangan Nilai Agama.
Doe dan walch (1998) mengungkapkan bahwa terdapat 10 prinsip yang sebaiknya
diterapkan oleh orang tua dan guru untuk menumbuhkan nilai agama pada anak,
prinsip tersebut sebaiknya dijadikan.
Sebagai rambu – rambu ketika menanamkanya pada anak – anak kesepuluh prinsip
tersebut adalah :
a. Ketahuilah bahwa Tuhan memperhatikan kita.
Kita menyadari bahwa tuhan akan senantiasa memperhatikan, mencintai dan
membimbing langkah yang kita tempuh, anak akan mengetahui hal ini secara
intuitif, jika anak sadar bahwa mereka juga dicintai dan diperhatikan, anak
akan selalu merasa gembira, damai dan merasa bahwa mereka ada yang
menemani.
Cara yang dapat dilakukan agar kita dan anak merasa bahwa Tuhan senantiasa
memperhatikan kita, antara lain.
1. Tumbuhkan kebiasaan ritual dan spiritual, setiap hari.
2. Luangkan waktu untuk meditasi, merenung kehidupan.
b. Peracaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan.
Setiap kehidupan selalu memiliki keterakaitan antara satu dengan lainya
dengan menyadari bahwa kita saling bergantung dan berhubungan maka kita
akan menghargai  keberadaan orang lain dan menghormatinya.
c. Simak apa kata anak.
Sebagai orang dewasa, kita sebaiknya menyimak apa yang disampaikan oleh
anak dari pada kita yang lebih banyak memberikan ceramah yang bersifat
menggurui.
Kita sebaiknya belajar menyimak anak dengan cara :
1. Menghormati intuisi anak.
2. Dengarkanlah do’a yang dipanjatkan oleh anak, tanpa perlu
mengomentarinya.
d. Gunakan kata – kata dengan hati – hati
Kata – kata yang baik dan positif akan membantu menguatkan dan memupuk
jiwa anak. Beberapa gagasan yang dapat dilakukan untuk menggunakan kata –
kata, antara lain :
1. Menulis jurnal atau puisi tentang segala sesuatu yang membuat anak
bahagia karena karunia tuhan.
2. Ajak anak membuat do’a dengan kata – kata mereka sendiri.
e. Izinkan dan berilah dorongan terhadap impian, keinginan, dan harapan anak.
Imajinasi anak yang tinggi pada masa 3-4 tahun akan membuat kehidpuan
mereka penuh dengan impian, keinginan dan harapan, ketika hal ini merupakan
pintu gerbang bagi anak – anak untuk menemukan kesejatian  dalam hidup
mereka. Kita sebaiknya membantu anak dan menamai anak, memohon kepada
tuhan untuk mendapat bimbingan dalam mencapai impianya.
f. Berilah sentuhan keajaiban paa hal – hal biasa menentukan keajaiban pada hal
– hal rutin yang biasanya kita kerjakan akan memberikan suatu kenangan
tersendiri bagi anak
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengambil hal – hal yang biasa
menjadi lebih indah dari biasanya dengan cara :
1. Temukan keindahan setiap hari
2. Ciptakan ritual, perayaan dan upacara, seperti membiasakan sholat
berjamaah dan membacakan cerita setelah sholat Isya (muslim)
3. Ciptakan persatuan dalam struktur yang luwes.
g. Peraturan yang luwes yang tidak kaku akan membantu anak menjaga
keseimbangan dari rasa aman dan mandiri.
h. Jadilah cermin positif bagi anak.
Jika kita siap menjadi cermin positif bagi anak maka kita harus siap
menunjukan contoh kepada anak bagaimana nilai – nilai agama menyatu dalam
kehidupan kita sehari – hari.
i. Lepaskan pergulatan yang menekan.
Perasaan yang tenang dan damai ini sangat membantu dalam berhadapan
dengan – anak  sehingga kita tidak mudah emosional dan dapat menrima
perbedaan yang ada dalam diri setiap anak.
j. Jadikan setiap hari sebagai sebuah awal yang baru.
Hidup adalah rangkaian dari awal hingga akhir yang terus berlanjut dan tidak
pernah selesai, setiap hari akan ditemukan masalah, keceriaan dan pengalaman
yang berbeda.
3. Prinsip pengembangan social – emosional.
Tujuannya adalah untuk menanamkan disiplin tanggung jawab dan kesehatan
emsional anak.
a. Sadari persaan sendiri dan perasaan orang lain.
Sesadaran terhadap perasaan diri sendiri akan mempengaruhi cara bertindak
kepada orang lain. Jika sedih biasanya akan cenderung menarik diri, sementara
jika merasa senang akan menebarkan kegembiraan keapda orang lain.
Kesadaran terhadap kondisi diri sangat diperlukan karena pendidikan akan
bermain dan belajar bersama anak usia 3-4 tahun.
b. Tunjukan empati  dan pahami cara pandang orang lain atur dan atasi dan
dengan positif gojolak emosional dan prilaku.
Mencoba memahami perasaan anak merupakan bagian penting dalam
mengembangkan kepekaan terhadap anak pendidik harus belajar
mendengarkan dan membaca isarat – isarat menuerbal (seperti gerak tubuh,
mimik muka) yang dimunculkan oleh anak, selain itu berimpati kepada orang
lain dan juga anak.
c. Berorentasi pada tujuan dan rencana positif.
Teori kecerdasan emosional memaparkan bahwa hal tersebut memiliki
implikasi yang penting.
1. Harus mengakui kekuatan ampuh optimism dan harapan karena keadaan
positif dalam diri kita akan mempengaruhi pikiran , perasaan di tubuh.
2. Menyadari dalam berusaha mencapai tujuan dalam penetapan dan
perncanaan tujuan.
d. Gunakan kecakapan social positif dalam membina hubungan.
Pendidikan harus menguasai kemampuan mengendalikan diri jika berhadapan
dengan anak, menunjukan empati belajar berkomunikasi dengan memecahkan
masalah sesuai karakter anak.

B. PRINSIP PENGEMBANGAN ANAK USIA 3 – 4


1. Pengembangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun

Piaget menyatakan bahwa anak dalam rentangan usia 4-7 Tahun masih berada pada
Tahap Realisme Moral, adapun menurut pendapat Kolhberg, anak masih berada dalam
Tahap Moralitas Prakonvensional. Tahap moralitas prakonvensional memiliki dua
subtahapan, yaitu :
Pertama, perilaku anak masih berorientasi pada kepatuhan dan hukuman.
Kedua,  anak mulai melakukan penyesuaian terhadap harapan social untuk memperoleh
penghargaan.
2.      Pengembangan Nilai Agama Usia 3-4 Tahun.
Keberminatan anak terhadap agama sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4
tahun. Rasa ingin tahu anak terhadap agama biasanya muncul melalui banyak pertanyaan
yang berkaitan dengan agama. Sepanjang periode kehidupannya, seseorang akan melewati
tiga tahap perkembangan beragama. Menurut Ernest Harms, tiga tahapan perkembangan
beragama tersebut, yaitu (a) Tahap Dongeng (The Firy Tale Stoge), (b) Tahap kenyataan
(The Realistic Stage), (c) tahap Individual (The Indiviudal Stage).
Konsep perkembangan nilai agama pada masa kanak – kanak ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut.
a.       Kurang mendalam/tanpa kritik (unreflective)
Anak menerima begitu saja pemahaman tentang konsep agama tanpa disertai dengan
pemahaman yang mendalam.
b.      Egosentris
Anak memandang konsep keagamaan harus dapat memenuhi kesenangan pribadinya.
c.       Anthromorphis.
Anak menggambarkan bahwa keadaan Tuhan sama dengan manusia.
d.      Verbalis dan ritualis
Anak mengenal konsep keagamaan melalui kegiatan menghafal kalimat – kalimat agamis
yang sering kali dibaca oleh orang dewasa.
e.       Imitative
Anak senang sekali meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa karena mereka
adalah peniru yang ulung.
f.       Rasa heran.
Rasa heran muncul dari dalam diri anak kaena mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar
tentang hal – hal yang baru yang mereka dengar melalui cerita ataupun film yang mereka
tonton yang berkaitan dengan penanaman nilai agama.
Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan anak
agar anak mencapai kematangan dalam nilai agama dan moral, yaitu sebagai berikut.
a.       Pendidikan dengan keteladanaan
b.      Pendidikan dengan pembiasaan
c.       Pendidikan dengan nasihat
d.      Pendidikan dengan memberi perhatian
e.       Pendidikan dengan memberi hukuman
B.     PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
1.      Pengembangan Sosial
Pengembangan social anak prasekolah ditandai dengan bermulanya perkembangan
persahabatan.
Kemampuan anak untuk memulai dan menjaga persahabatan mereka ini mengisyaratkan
kepada kita bahwa anak memiliki preferensi social (social preference) atau dengan kata
lain anak sudah mulai memiliki kecenderungan untuk memilih teman bermainnya.
Erik erikson (1902-1994) yang menyumbangkan permikirannya mengenai 8 tahapan
perkembangan psikosoial mengemukakan bahwa anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada
dalam tahap ketiga, yaitu Tahap Prakarsa/Insiatif dan Rasa Bersalah.
Inisiatif tersebut dipergunakan oleh anak untuk mencapai berbagai macam tujuan yang
diinginkannya.
Secara lebih terperinci, Dodge, Colker, ddk (2002) menjabarkan rangkaian perkembangan
social (social developmental continuum) yang utuh pada anak usia 3-5 tahun pada tebel
berikut

Tabel 3.1
Tabel Aspek Perkembangan Sosial;
Tanggung Jawab terhadap Diri dan Orang lain.
Tujuan Rangkaian Perkembangan (3-5Tahun)
Pengembanga 1 2 3 4

n
Menunjukkan Menyatakan Memilih dan Menyelesaika Menyelesaika
inisitaf sendiri tujuan menjadi n tugas yang n dan
dan kebebasan ketbutuhan lebih terlibat lebih rumit mengerjakan
dan dalam suatu tugas
keinginannya aktivitas pilihannya
sendiri tanpa
bantuan
orang
dewasa.
Menerima Mengizinkan Menggunaka Menggunaka Mengerti
tanggung orang dewasa n n kemampuan pentingnya
jawab pribadi untuk kemampuan menolong diri kemampuan
denganbaik merawat menolong sendiri dan menolong diri
kebutuhan diri sendiri berpartisipasi sendiri dan
pribadinya, dengan dalam perang
seperti sekali – kali pekerjaan dirinya dalam
memakai baju diingatkan. tanpa perlu kehidupan
atau mencuci diingatkan yang sehat.
tangan tanpa
peralawanan
Menghormati Menggunakan Menggunaka Memindahka Mulai
dan merawat dan n permainan n benda yang menunjukan
lingkungan mengeksplora dengan cara tidak tanggung
dan peralatan si peralatan yang banyak diperlukan jawab
di dalam kelas dalam jangka sebelum merawat
waktu singkat memulai lingkungan
dengan aktivitas kelas.
bantuan orang selanjutnya
dewasa
Mengikuti Bersedia Berpartisipas Mengerti dan Mengikuti
aktivitas rutin mengikuti i dalam mengikuti mengerti
dalam kelas perpindah alur kegiatan di tata cara di tujuan tata
kegiatan dalam kelas dalam kelas cara di dalam
tanpa paksaan kelas.
Mematuhi Mengikuti Mengikuti Mengerti dan Mengikuti
peraturan di arahan aturan dalam mengikuti dan mengerti
dalam kelas sederhana dan kelas dengan peraturan di alasan
batas waktu diingatkan dalam kelas peraturan di
yang tanpa perlu dalam kelas
diberitahukan diinginkan
oleh orang
dewasa

2.      Pengembangan Emosional
Hurlock mendeskripsikan anak – anak pada masa kanak – kanak awal (3-5 tahun)
cenderung menunjukkan emosi, seperti marah, takut, cemburu ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih dan kasih sayang dengan latar belakang sebagai berikut :
a.       Marah
b.      Cemburu
c.       Iri hati
d.      Sedih
e.       Takut
f.       Ingin tahu
g.      Kasih sayang
h.      gembira

BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku anak usia 3-4 tahun perlu dikembangkan. Menurut Bruce, seorang
pendidikan dinyatakan membant anak didiknya dalam menanamkan nilai moral jika dia
melakukan hal – hal merawat anak dengan penuh kasih sayang, memberikan banyak
kesempatan pada anak untuk diskusi dan bernegosiasi, anak memerlukan kedekatan
perasaan, kepercayaan.
Prinsip Spiritual Parenting  yang dapat dijadikan prinsip dalam penanaman nilai
agama, yaitu (a) ketahuilah bahwa tuhan memperhatikan kita; (b) percaya dan ajarkan
bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan; (c) simak.
Tahapan perkembangan moral anak – usia 3-4 tahun
a.       Menurut Piaget, anak berada dalam tahap  realism moral
b.      Menurut Kohlberg, anak berada dalam tahap moralitas prakonvensional.
Menurut Ernest Harm, anak melewati tiga tahapan perkembangan sikap beragama,
yaitu (a) tahap dongeng, (b) tahap kenyataan,dan (c) tahap individual.

Anda mungkin juga menyukai