Anda di halaman 1dari 49

Tugas Individu:

Rangkuman Modul 1 - Modul 12


Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini

Nama : Juwairiyah
NIM : 859384473
Kelas : A MS 2
Modul 1
Hakikat Kemampuan Dasar dan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun

A. Pengertian Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun


1. Pengertian Kemampuan Dasar
Kemampuan Dasar adalah suatu kesanggupan/kecakapan/kekuatan seorang anak manusia
untuk berkembang yang merupakan pembawaan sejak lahir. Kemampuan tersebut tidak
mungkin dapat berkembang secara optimal jika tidak diberikan rangsangan atau stimulasi
oleh orang-orang dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
2. Karakteristik Anak Usia 3-4 Tahun
Ciri-ciri umum anak usia 3 tahun, antara lain:
 Bersemangat dan menawan, tetapi kasar
 Mengalami kesulitan memahami khayalan dan kenyataan
 Mulai memahami bahwa tindakan mereka memiliki dampak
 Dapat bekerja sama selama sesaat, tetapi kemudian menjadi pengatur dan penuntut
 Mengembangkan kemampuan bahasa secara tepat
 Kerap kali berbicara pada diri sendiri dengan suara keras saat mereka memecahkan
masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan
 Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus paralel
 Memiliki tenaga yang besar, tetapi konsentrasinya pendek
Ciri-ciri umum anak usia 4 tahun, antara lain:
 Sering merasa tidak dapat dikalahkan dan siap menerima tantangan baru
 Permainannya bersifat kooperatif
 Mulai menunjukkan rasa empati pada orang lain
 Mulai dapat berbicara mengenai perasaaan sendiri dan orang lain
 Menguji batasan-batasan dan merasionalisasikan perilaku mereka
 Merasa nyaman berbohong, tetapi marah jika orang dewasa ingkar
 Rentang konsentrasi rendah
3. Pengertian Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun
Kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun adalah kesanggupan/kecakapan/kekuatan untuk
berkembang yang dimiliki oleh anak usia 3-4 tahun yang merupakan pembawaan sejak lahir,
yang siap untuk dirangsang atau distimulasi sehingga mencapai taraf perkembangan yang
optimal.
B. Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun
Kemampuan dasar pada anak usia 3-4 tahun mencakup kemampuan fisik, bahasa, dan kognitif.
Hal ini harus diberikan rangsangan pendidikan secara seimbang untuk mencapai keselarasan
dalam perkembangannya
1. Kemampuan Dasar Fisik Anak Usia 3-4 Tahun
Kemampuan dasar fisik yang dikembangkan pada anak usia 3-4 tahun berdasarkan standar
PAUD pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 (Kemendiknas,
2009), meliputi kemampuan motorik kasar dan motorik halus.
2. Kemampuan Dasar Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun
Kemampuan dasar bahasa yang dikembangkan pada anak usia 3-4 tahun berdasarkan
standar PAUD pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009
(Kemendiknas, 2009), meliputi dua komponen, yaitu kemampuan menerima bahasa
(reseptif) dan kemampuan mengungkapkan bahasa (ekspresif).
3. Kemampuan Dasar Kognitif Anak Usia 3-4 Tahun
Kemampuan dasar kognitif yang dikembangkan pada anak usia 3-4 tahun berdasarkan
standar PAUD pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009
(Kemendiknas, 2009), meliputi dua komponen, yaitu kemampuan mengenal pengetahuan
umum serta kemampuan mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola.

Kegiatan Belajar 2: Pengertian dan Cakupan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun

A. Pengertian Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun


Perilaku anak usia 3-4 tahun adalah semua aktivitas/kegiatan yang ditampakkan oleh anak
berusia 3-4 tahun yang merupakan tanggapan/reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan.
B. Cakupan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun
Lingkup perilaku yang akan dikembangkan mencakup pengembangan nilai-nilai agama dan
moral serta pengembangan sosial emosional. Apabila aspek tersebut diberi rangsangan
pendidikan secara seimbang, seluruh kemampuan mencapai keselarasan dalam
perkembangannya.
1. Perilaku Nilai-nilai Agama dan Moral Anak Usia 3-4 Tahun
Pengembangan perilaku nilai-nilai agama dan moral yang dikembangkan pada anak usia 3-4
tahun berdasarkan standar PAUD pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58
Tahun 2009 (Kemendiknas, 2009) meliputi satu komponen, yaitu perilaku merespons hal-hal
yang terkait dengan nilai agama dan moral.
2. Perilaku Sosial Emosional Anak Usia 3-4 Tahun
Pengembangan perilaku sosial emosional yang dikembangkan pada anak usia 3-4 tahun
berdasarkan standar PAUD pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun
2009 (Kemendiknas, 2009), meliputi satu komponen, yaitu perilaku mampu mengendalikan
emosi.
Modul 2
Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Pengembangan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun

Cakupan pengembangan perilaku anak usia dini meliputi aspek nilai-nilai agama, moral, sosial, dan
emosional. Keempat aspek tersebut perlu dikembangkan, khususnya pada anak usia 3-4 tahun.
A. Urgensi Pengembangan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun
Conger (1995), menjelaskan beberapa alasan perlunya pengembangan perilaku anak usia 3-4
tahun seperti berikut:
a. Anak membutuhkan bimbingan agar mereka merasa aman
b. Anak membutuhkan bimbingan untuk menjaganya agar tetap sehat dari segi fisik dan
emosional
c. Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan kesadaran sosial dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain
d. Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan konsep diri (self concept) dan
pengendalian diri (self control)
B. Prinsip Pengembangan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun
1. Prinsip pengembangan nilai moral
Bruce (2000) mengungkapkan bahwa kita dapat membantu anak mengembangkan nilai
moralnya jika melakukan hal berikut:
a) Kita merawat anak dengan penuh kasih sayang
b) Kita memberikan banyak kesempatan pada anak untuk berdiskusi dan bernegosiasi
c) Karena anak memerlukan kedekatan perasaan, kepercayaan, dan pemahaman dari kita
dalam menjelaskan suatu hal, mereka perlu dibantu untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya tentang berbagai macam persoalan dan peristiwa yang dihadapinya
d) Kita mendukung anak untuk bergabung, berinteraksi, dan bermain bersama dengan
anak-anak lainnya
e) Kita memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain bebas karena akan
mendorong anak melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain
f) Kita perlu membalas tingkah laku yang baik yang dipelajari oleh anak
2. Prinsip pengembangan nilai agama
Doe dan Walch (1998) mengungkapkan bahwa terdapat 10 prinsip untuk menumbuhkan
nilai-nilai agama pada anak, yaitu:
a) Ketahuilah bahwa Tuhan memperhatikan kita
b) Percaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan
c) Simak apa kata anak
d) Gunakan kata-kata dengan hati-hati
e) Izinkan dan berilah dorongan terhadap impian, keinginan, dan harapan anak
f) Berilah sentuhan keajaiban pada hal-hal biasa
g) Ciptakan peraturan dalam struktur yang luwes
h) Jadilah cermin positif bagi anak
i) Lepaskan pergulatan yang menekan
j) Jadikan setiap hari sebagai sebuah awal yang baru
3. Prinsip pengembangan sosial emosional
Prinsip-prinsip pengembangan yang dapat kita adaptasi sebagai pendidik anak usia 3-4
tahun meliputi hal berikut:
a) Sadari perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain
b) Tunjukkan empati dan pahami cara pandang orang lain: atur dan atasi dengan positif
gejolak emosional dan perilaku
c) Berorientasi pada tujuan dan rencana positif
d) Gunakan kecakapan sosial positif dalam membina hubungan
C. Pengembangan Moral dan Nilai Agama
1. Pengembangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun
Anak usia 3-4 tahun, karena masih memikirkan segala sesuatu dengan cara yang nyata, akan
mendefinisikan perilaku baik dalam tindakan tertentu dan perilaku buruk sama dengan
mengabaikan atau tidak melakukan tindakan pada perilaku baik.
Konsep moral pada anak dipelajari melalui hal berikut:
a. Pemahaman tentang konsep benar dan salah dalam situasi khusus darimana konsep
tersebut dipelajari
b. Menerapkan konsep moral pada situasi yang berbeda
c. Memahami konsep moral yang baik dan buruk dalam bentuk tindakan atau perbuatan
nyata
2. Pengembangan Nilai Agama Usia 3-4 Tahun
Keberminatan anak terhadap agama sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4 tahun.
Rasa ingin tahu anak terhadap agama biasanya muncul melalui banyak pertanyaan yang
berkaitan dengan agama. Ernest Harms menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan
perkembangan beragama tersebut, yaitu (1) tahap dongeng (the fairy tale stage), (2) tahap
kenyataan (the realistic stage), dan (3) tahap individual (the individual stage). Anak usia 3-6
tahun masih berada pada tahap awal, yaitu tahap dongeng.
Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan anak
mencapai kematangan dalam nilai agama dan moral seperti berikut:
a) Pendidikan dengan keteladanan, memberikan contoh teladan kepada anak.
b) Pendidikan dengan pembiasaan. Pembiasaan merupakan perwujudan praktik nilai-nilai
keagamaan melalui kegiatan rutin sehari-hari.
c) Pendidikan dengan nasihat. Pendidik perlu memberikan bimbingan dan arahan tentang
nilai-nilai agama melalui pemberian nasihat.
d) Pendidikan dengan memberi perhatian. Pendidik hendaknya senantiasa memperhatikan
dan mengawasi spiritual anak dengan mengajak anak mengerjakan kebaikan.
e) Pendidikan dengan memberi hukuman. Hukuman merupakan pilihan pengembangan
anak yang terakhir. Namun, alangkah baiknya jika penggunaan hukuman tidak
dilakukan.
D. Pengembangan Sosial Emosional
1. Pengembangan Sosial
 Perkembangan sosial anak prasekolah ditandai dengan bermulanya perkembangan
persahabatan.
 Ketika berhadapan dengan temannya, anak usia tiga tahun sudah mulai menunjukkan
sikap yang seringkali lebih sabar, lebih mudah bekerja sama, lebih positif, dan lebih
sedikit menunjukkan ketidaksetujuan (Strufe, Cooper, dan De Hart, 1992, dikutip
Drisscoll, 2005).
 Anak juga sudah mulai memiliki kecenderungan memilih teman bermainnya (preferensi
sosial).
 Anak juga mulai mengembangkan kompetensi sosial.
 Preferensi sosial dan kecakapan sosial yang dimiliki anak sejalan dengan tahapan
perkembangan psikososial nya.
 Anak akan menerima sejumlah tanggung jawab yang lebih menantang, seperti tanggung
jawab terhadap perilaku yang diperbuat atau mainan yang dimiliki.
 Pengembangan tanggung jawab ini akan menimbulkan prakarsa/inisiatif dalam diri anak.
 Dodge (2009) memaparkan bahwa anak usia tiga tahun sedang belajar untuk
membangun kepercayaan terhadap lingkungan terdekatnya dengan lebih baik.
2. Pengembangan Emosional
 Anak usia 3-4 tahun telah mampu mengekspresikan perasaannya
 Anak mulai menggunakan sejumlah istilah untuk menunjukkan emosinya
 Anak sudah mempelajari penyebab dan konsekuensi dari perasaan tersebut

Kegiatan Belajar 2: Urgensi dan Prinsip Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun

A. Urgensi Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun


Hasil belajar dan pengalaman semakin memainkan peran dominan dalam perkembangan
dengan bertambahnya usia anak. Dengan memberikan pendidikan yang memadai dan sesuai
dengan level anak, anak akan mendapatkan panduan ke arah penyesuaian yang lebih baik.
B. Prinsip Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun
1. Prinsip Pengembangan Kognitif
Minet menjelaskan tentang peran orang dewasa yang sangat membantu pengembangan
kognitif anak yang dirangkum dalam prinsip-prinsip pengembangan kognitif berikut:
a) Menyediakan banyak kesempatan bagi anak untuk mempelajari keterampilan dan
mendukung pola pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
b) Memberikan dukungan dan semangat ketika anak memerlukannya
c) Bantulah anak untuk memahami informasi yang diterima melalui inderanya
d) Katakan pada anak apa yang terjadi dan bantu mereka untuk merencanakan aktivitas
e) Berikan contoh yang baik
f) Bantulah anak untuk mengingat dan memprediksi sesuatu
2. Prinsip Pengembangan Bahasa
Menurut Neuman (2000), beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
pengembangan bahasa anak seperti berikut:
a) Berbicaralah dengan anak, libatkan anak dalam percakapan sehari-hari
b) Bacakan dan ulangi bacaan cerita dengan teks yang dapat diprediksi oleh anak
c) Semangat anak untuk menceritakan pengalaman dan mendeskripsikan ide dan kejadian
yang penting bagi mereka
d) Kunjungi perpustakaan secara teratur
e) Sediakan kesempatan bagi anak untuk menggambar dan mencetak dengan
menggunakan alat-alat tulis
3. Prinsip Pengembangan Fisik
Beberap poin yang dapat disimpulkan sebagai prinsip pengembangan keterampilan motorik
kasar sebagai berikut:
a) Rencanakan aktivitas fisik bagi anak sepanjang hari
b) Ciptakan aktivitas harian yang mencakup banyak kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kompetensi dan kepercayaan dirinya
c) Siapkan lingkungan outdoor dengan baik
d) Siapkan beragam peralatan yang dapat mendukung berbagai level kemampuan
berdasarkan pada keseimbangan dan koordinasi yang dibutuhkan
Adapun keterampilan motorik halus dapat dikembangkan melalui kegiatan seni.
Mayesky (1990) menjabarkan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
oleh guru ketika akan melakukan kegiatan seni kepada anak sebagai berikut:
a) Terimalah anak sesuai dengan level perkembangannya saat ini
b) Sediakan lingkungan yang nyaman bagi anak
c) Sediakan peralatan yang layak dengan usia anak
d) Rencanakan akitivitas sesuai dengan usia dan level kemampuannya
e) Sediakan petalatan dan aktivitas kreatif yang dapat membuat anak bekerja dan
menyelesaikan pekerjaannya sendiri
f) Jadilah fasilitator
C. Pengembangan Fisik
Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak
akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Perkembangan fisik berjalan seiring
dengan perkembangan motorik. Pengembangan fisik memcakup dua bidang pengembangan,
yaitu pengembangan keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus.
D. Pengembangan Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara usia yang dapat berbentuk lisan, tulisan, dan isyarat.
Pengembangan baha anak usia 3-4 tahun difokuskan pada keempat aspek bahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun aka
semakin berkembang jika guru mampu menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tahap
perkembangannya.
E. Pengembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran (mind) (Minnet, 1994). Kognitif
juga dapat diartikan sebagai kemampuan verbal, kemampuan memecahkan masalah, serta
kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 2001).
Kemampuan kognitif dapat berkembang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor gen dan
lingkungan. Menurut Dodge (2002: 9) mengemukakan bahwa tujuan perkembangan kognitif
untuk anak usia prasekolah, adalah belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berpikir
menggunakan simbol.
Modul 3
Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar dengan Pendekatan yang Berpusat pada Anak

Kegiatan Belajar 1: Karakteristik Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4
Tahun dengan Pendekatan Berpusat pada Anak

Pendekatan berpusat pada anak merupakan sebuah pendekatan yang menitikberatkan pada
pentingnya kedudukan anak dalam kegiatan pengembangan. Pendekatan berpusat pada anak
memiliki karakteristik berikut.
1. Menggunakan pembelajaran tematik, yaitu sebuah perencanaan kegiatan pengembangan
perilaku dan kemampuan dasar yang berbasis pada tema.
2. Pusat minat anak artinya kegiatan pengembangan perlu berangkat dari minat masing-
masing anak.
3. Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah sebuah praktik yang berorientasi pada
perkembangan.
4. Penggunaan multimetode dalam pembelajaran.
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai dasar
menyusun kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran tematik lebih menekankan
pada keterlibatan anak secara aktif dalam proses pembelajaran. Melalui pengalaman
langsung, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
2. Prinsip Pembelajaran Tematik
a. Menyediakan kesempatan untuk terlibat langsung dengan objek sesungguhnya
b. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anaku
c. Membangun kegiatan berdasarkan minat anak
d. Membantu anak membangun pengetahuan baru melalui pengalaman nyata
e. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan seluruh
aspek perkembangan
f. Memenuhi kebutuhan anak untuk kegiatan serta gerak fisik, interaksi sosial,
kemandirian, dan konsep diri yang positif
g. Memberikan kesempatan menggunakan kegiatan bermain untuk mewujudkan
pengalaman kepada pemahaman
h. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, dan pengalaman dirumah
3. Kelebihan Pembelajaran Tematik
a. Anak mudah memusatkan perhatian pada tema atau topik tertentu
b. Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang
pengembangan dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pengembangan lebih mendalam dan berkesan
d. Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar
e. Anak lebih semangat dalam belajar
f. Menghemat waktu
B. Pusat Minat Anak
Pusat minat anak dapat dimaknai sebagai sebuah wahana atau pusat kegiatan anak berdasarkan
hal-hal yang disukai anak dalam bermain. Pada beberapa literatur, model pembelajaran sentra
seringkali disebut sebagai learning center atau corner activity. Dalam implementasinya di
lembaga PAUD, untuk menciptakan pembelajaran dengan pusat minat (sentra) ini, pada
umumnya lembaga menjadikan satu ruangan sebagai satu sentra pembelajaran. Beberapa
sentra yang pada umumnya dibuka di kelas untuk anak usia 3-4 tahun sebagai berikut:
1. Sentra Bermain Peran. Sentra ini mewakili komunitas dan suasana rumah sehingga anak
dapat berperan berdasarkan kepercayaan, budaya, dan karakteristik masyarakatnya. Sentra
ini sangat penting ada dalam kegiatan pengembangan perilaku dan kemampuan dasar anak
usia dini karena sentra tersebut secara khusus menjembatani antara kegiatan di sekolah dan
di rumah.
2. Sentra Balok, merupakan tempat anak untuk bermain kontruksi atau pembangunan.
Keberadaan sentra balok bagi anak usia dini sangat penting. Menurut Piaget dan Smilansky
(1997), pada periode ini anak sedang berada dalam tahapan bermain konstruktif atau
pembangunan. Anak perlu difasilitasi dengan benda-benda yang dapat dibangun, disusun,
ditumpuk, dan dibentuk menjadi sesuatu yang berbeda seperti bermain balok. Balok yang
dipergunakan sebaiknya difokuskan untuk menggunakan balok tanpa warna atau natural.
Hal tersebut bertujuan agar anak dapat berimajinasi pada konstruksi bukan pada
pengklasifikasian warnanya.
3. Sentra Persiapan, adalah tempat mendukung minat anak dalam mempersiapkan munculnya
kesiapan membaca, menulis, dan berhitung. Kegiatan di sentra persiapan ininharus
dilaksanakan dalam suasana bermain, bukan mendrill anak dengan banyak lembar kerja.
4. Sentra Musik dan Gerak. Sentra musik dengan berbagai jenis alat musiknya dapat
mengembangkan seluruh panca indera anak, memperkuat otot halus dan kasar, serta
mendorong seni dan kreativitasnya sehingga sangat mendukung pengembangan perilaku
dan kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun.
5. Sentra Seni. Seni adalah suatu saluran yang memberikan kesempatan pada anak-anak untuk
menyampaikan apa yang mereka tidak mampu katakan dengan kata-kata. Kegiatan seni
pada anak termasuk pengembangan estetika. Kegiatan ini bertujuan agar anak dapat
menyadari keindahan alam dan mengapresiasinya dengan baik.
6. Sentra Pasir dan Air. Area bermain ini sebaiknya bertempat diluar ruangan dan diletakkan
dekat dengan sumber air. Melalui sentra ini, anak mendapatkan kesempatan untuk
berkembang melalui kegiatan bermain pasir dan air.
C. Kesesuaian Dengan Perkembangan Anak (DAP)
DAP merupakan metodologi yang dilandasi pada pemikiran mengenai perkembangan anak.
Anak dapat berkembang melalui serangkaian tahapan yang dapat diramalkan. DAP juga dapat
dikatakan sebagai standar kelayakan dalam pengembangan kegiatan anak karena berisi program
yang disesuaikan dengan perkembangan yang bertujuan untuk menstimulasi anak menemukan
jawaban sendiri terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. DAP merupakan
kerangka kerja, filosofi, dan pendekatan yang memandu setiap guru dapat mengembangkan
program perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Kegiatan Belajar 2: Penggunaan Multimetode dalam Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
dengan Pendekatan yang Berpusat pada Anak

A. Multimetode
1. Metode Bercakap-cakap, merupakan salah satu metode pembelajaran yang ditandai dengan
adanya komunikasi lisan antara guru dan anak atau anak dan anak.
2. Metode Tanya Jawab, dideskripsikan dengan suatu proses pembelajaran yang ditandai
dengan terjadinya proses pertukaran komunikasi yang berorientasi pada "menanyakan" dan
"menjawab pertanyaan yang diberikan".
3. Metode Bercerita, ditandai dengan guru memberikan pengalaman belajar kepada anak
melalui pembacaan cerita secara lisan.
4. Metode Pemberian Tugas, merupakan salah satu metode saat guru memberikan pekerjaan
kepada anak untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.
5. Metode Karyawisata, merupakan suatu metode yang memungkinkan guru mengajak anak
berkunjung ke suatu tempat tertentu untuk mempelajari suatu hal secara mendalam dan
konkret.
6. Metode Demonstrasi, guru perlu mengkonkretkan penjelasan yang diberikan.
7. Metode Bermain Peran, akan dilakukan oleh anak untuk memerankan suatu tokoh
pilihannya dalam bentuk makro dan mikro. Peran makro, anak memerankan secara langsung
tokoh sesuai keinginannya. Sedangkan peran mikro, anak memainkan peran dengan alat
bantu seperti boneka.
8. Metode Eksperimen, ditandai dengan kegiatan guru bersama anak yang mencoba
mengerjakan sesuatu, mengamati,dan melaporkan proses percobaan tersebut.
9. Metode Proyek, dilakukan melalui penyelidikan dalam waktu yang lama.
B. Kriteria Pemilihan Metode
1. Metode dipilih berdasarkan rencana pembelajaran tematik yang sudah dibuat oleh guru
2. Terdapat metode yang tidak berdiri sendiri, tetapi bisa dilakukan bersama dengan metode
lainnya
3. Urutan langkah pelaksanaannya perlu diperhatikan
4. Metode bermain peran untuk anak usia 3-4 tahun belum mengarah pada kegiatan bermain
sosiodrama
5. Metode yang tepat harus diiringi dengan penyesdiaan media pembelajaran yang tepat dan
memadai.
Modul 4
Metode-Metode dalam Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Hakikat Metode Bercerita, Bercakap-cakap, dan Tanya Jawab

A. Hakikat Metode Bercerita


1. Pengertian Metode Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu
pesan, informasi, atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.
Cara penuturan cerita dapat dilakukan emdwngan menggunakan alat peraga atau tanpa alat
peraga.
2. Tujuan Metode Bercerita
Metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar pada
anak usia dini. Tujuannya sebagai berikut:
a) Mengembangkan kemampuan bahasanya
b) Mengembangkan kemampuan berpikirnya
c) Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita
d) Mengembangkan kepekaan sosial-emosi anak
e) Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi
f) Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan
3. Bentuk-bentuk Metode Bercerita
a) Bercerita tanpa alat peraga
b) Bercerita dengan alat peraga
1) Bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung, alat peraga atau media yang
digunakan diusahakan dalam bentuk asli.
2) Bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung, alat peraga atau media
yang digunakan bukan asli atau tiruan.
a. Bercerita dengan menggunakan gambar
b. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
c. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
d. Bercerita dengan menggunakan boneka
e. Bercerita dengan menggunakan PHP dan plastik transparansi
B. Hakikat Metode Bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah bagian dari kecakapan bahasa yang bersifat ekspresif karena anak
diminta untuk menggunakan simbol-simbol bahasa dalam berkomunikasi. Dalam kegiatan
bercakap-cakap, anak usia 3-4 tahun mampu mengembangkan enam jenis kegiatan bercakap-
cakap yang berorientasi sosial (Jalongo, 2007), yaitu:
1. Play talk digunakan oleh anak saat mereka mengekpresikan kepribadiannya ketika bermain
2. Negotiation talk digunakan oleh anak ketika mereka meminta kesediaan orang lain agar
mereka dapat bergabung dalam suatu aktivitas
3. Excluding talk digunakan oleh anak ketika mereka tidak mengizinkan anak lain masuk dalam
permainan
4. Challenge talk digunakan sebagai bentuk ketidaksetujuan anak terhadap pandangan dan
peran orang lain
5. Emphatic talk digunakan ketika anak menempatkan dirinya pada posisi anak yang sedang
mendapat masalah dan anak mencoba menawarkan solusi serta dukungannya
6. Information and understanding talk digunakan oleh anak untuk bercakap-cakap dengan
orang lain serta memperluas pertanyaan tentang masalah dan topik-topik yang menurut
mereka penting dan bermakna
C. Hakikat Metode Tanya Jawab
Bentuk pertanyaan yang dapat digunakan dalam metode tanya jawab dapat berupa pertanyaan
tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang memungkinkan
orang yang ditanya akan langsung mengetahui jawabannya dan lebih ditujukan untuk menguji
orang yang ditanya. Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang diajukan tidak dapat
dijawab dengan cara yang sederhana, juga menuntut anak untuk berpikir lebih inovatif.

Kegiatan Belajar 2: Hakikat Metode Pemberian Tugas, Karya Wisata, dan Proyek

A. Hakikat Metode Pemberian Tugas


Metode pemberian tugas merupakan tukas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak
yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas yang diberikan kepada anak harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan tugas
kepada anak sebagai berikut (Moeslichatoen, 2004)
1. Pemberian tugas adalah proses integral dalam pembelajaran sehingga tujuan tugas
merupakan bagian penting agar tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya yang ditunjukkan dari hasil kualitas tersebut.
2. Pemberian tugas harus memberikan pengenalan kepada anak untuk bekerja dengan lebih
baik.
3. Pemberian tugas harus menantang pengembangan kreativitas.
4. Pemberian tugas harus menumbuhkan kesadaran diri sendiri, buka untuk guru.
B. Hakikat Metode Karya Wisata
1. Pengertian Metode Karyawisata
Metode Karyawisata adalah suatu metode dalam kegiatan pembelajaran dengan cara
mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung, meliputi manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya. Melalui metode ini, pendidik
mengajak anak ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajarinya lebih jauh.
2. Tujuan dan Manfaat Karyawisata
a. Tujuan karyawisata. Tujuannya dapat diarahkan pada pengembangan aspek
perkembangan anak usia dini yang sesuai. Aspek yang dikembangkan , antara lain
pengembangan aspek fisik, kognitif, kreativitas, bahasa, seni, moral-agama, sosial-
emosi, kehidupan bermasyarakat, serta penghargaan pada karya dan jasa orang-orang
tertentu.
b. Manfaat Karyawisata. Karyawisata bagi anak usia dini dapat dipergunakan untuk
merangsang minat mereka terhadap sesuatu, memperluas informasi yang telah
diperoleh di kelas, memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada, dan dapat
menambah wawasan (Hildebrand, 1986).
3. Sasaran Karyawisata
Mengamati secara langsung dunia binatang, tanaman, pekerjaan, dan kehidupan manusia
akan menghasilkan pemahaman penuh yang tidak mungkin diperoleh anak dalam kegiatan
belajar di kelas.
4. Rancangan Karyawisata
a. Rancangan persiapan Karyawisata oleh pendidik
Meliputi langkah-langkah berikut:
1) Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai dengan tema kegiatan belajar yang
dipilih
2) Merumuskan program kegiatan melalui Karyawisata
3) Mengadakan hubungan dan pengenalan Medan sasaran Karyawisata
4) Koordinasi dengan pihak tempat Karyawisata
5) Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan
6) Membuat kesepakatan bersama anak tentang tata tertib
7) Permintaan izin dan parisipasi orang tua
8) Apersepsi pendidik di kelas kepada anak tentang tempat wisata yang akan dituju
b. Petunjuk-petunjuk aktivitas perjalanan di alam bebas
Beberapa petunjuk untuk mengorganisasi aktivitas perjalanan ke alam bebas yang
efektif dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Tentukan tujuan dan hasil yang akan didapat dari aktivitas ini.
2) Sediakan informasi yang dapat membantu, seperti lokasi, waktu, bahan-bahan
sandang-pangan tepat, dan bahan-bahan lain yang mendukung.
3) Atur kelompok-kelompok anak dan tentukan tanggung jawab sederhana tiap
kelompok.
4) Bicarakan kembali kejadian-kejadian yang dialami oleh anak di dalam kelas atau di
dalam kelompok-kelompok diskusi kecil.
5) Anjurkan kepada anak untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman di kelas
lain.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata
a. Kelebihan Metode Karyawisata
1) Karyawisata menerapkan sistem pengembangan modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
2) Bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.
3) Kegiatan pengembangan dapat lebih merangsang kreativitas anak.
b. Kekurangan Metode Karyawisata
1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3) Seringkali unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama.
4) Memerlukan pengawasan yang cukup ketat terhadap setiap gerak-gerik anak di
lapangan.
5) Kadang memerlukan biaya yang cukup mahal.
6) Memerlukan tanggung jawab pendidik dan sekolah atas kelancaran Karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama Karyawisata jangka panjang dengan jarak jauh.
C. Hakikat Metode Proyek
1. Pengertian Metode Proyek
Metode proyek beberapa materi dan kegiatan dilebur menjadi suatu hal yang holistik,
menyerupai proyek yang memungkinkan anak memperoleh keterampilan baru yang mereka
butuhkan melalui kegiatan bekerja sama dengan anak-anak lainnya.
2. Tujuan Metode Proyek
Tujuan utama dari proyek adalah mempelajari topik lebih banyak dari segi kedalamannya
dan bukan sekedar mencari jawaban yang benar atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Selain itu, proses pembelajaran dengan proyek memiliki empat aspek tujuan yang menjadi
tolok ukur pencapaian pembelajaran bagi anak, yaitu aspek pengetahuan,
kecakapan/keterampilan, kecenderungan, dan perasaan.
3. Manfaat Metode Proyek
a. Membangun pengetahuan baru atas apa yang telah anak tahu
b. Menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka
c. Menolong anak mengerti hubungan satu dengan yang lain
d. Membuat anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang
sebenarnya
e. Memberikan ide-ide dalam permainan peran
f. Mendorong anak mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain
di sekolah
g. Menjembatani komunikasi dengan orang tua
4. Langkah-langkah Metode Proyek
Pembelajaran proyek dilaksanakan dalam tiga langkah/tahapan, yaitu
a. Persiapan/permulaan. Pada fase pertama dalam sebuah proyek, guru menyemangati
anak untuk berbagai pengalaman pribadi anak dan menghimpun nya ke dalam suatu
topik untuk meninjau ulang pengetahuan mereka tentang topik tersebut.
b. Pelaksanaan proyek. Tujuan utama dalam fase kedua ini adalah mendapatkan
serangkaian informasi baru melalui pengalaman dan keterlibatan langsung anak di
dalam proyek.
c. Pengambilan kesimpulan. Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam suatu proyek
dan mereview apa yang telah dipelajari oleh anak.
5. Teknik Pengembangan Kemampuan Dasar dan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun Melalui
Metode Proyek
Teknik dalam menyusun pembelajaran proyek untuk anak usia 3-4 tahun, sebagai berikut:
a. Menentukan topik yang menjadi pusat minat anak.
b. Bersama-sama anak, mengumpulkan seluruh peralatan dan perlengkapan (sumber
daya) yang dibutuhkan.
c. Ajak anak untuk mencari tahu melalui peralatan dan sumber daya yang telah terkumpul.
d. Lakukanlah brainstorming dengan anak tentang "apa yang telah diketahui oleh anak"
dan "apa yang akan ditemukan oleh anak"mengenai topik.
e. Dengan anak-anak, kelompokkan pertanyaan tersebut dalam kategori tertentu atau
subtopik.
f. Berikan kesempatan kepada anak untuk memilih paling sedikit satu subtopik yang ingin
mereka eksplorasi, seolah-olah mereka akan menjadi seorang ahli yang sedang
menyelidiki suatu masalah.
g. Pilihlah jenis pelaporan yang tepat untuk setiap subtopik.
h. Setiap anak kemudian diminta untuk membuat perencanaan tentang bagaimana mereka
harus membuat laporan.
i. Rencanakan dan selenggarakan hari pameran hasil karya anak.
j. Evaluasilah setiap.anak, tanyakan kepada mereka apakah mereka merasa senang
dengan proyek dan apa yang mereka rasakan kemudian.

Kegiatan Belajar 3: Metode Demonstrasi, Metode Bermain Peran, dan Metode Eksperimen

A. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan
pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan
meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Dapat juga dikatakan sebagai suatu metode
untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu
cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa/kejadian. Misalnya kegiatan keterampilan
yang berupa melipat, menggunting, membentuk. Dalam kegiatan sains misalnya
membuktikan pencampuran warna.
2. Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi
a. Manfaat Metode demonstrasi
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi secara umum sebagai berikut:
1) Perhatian anak dapat lebih dipusatkan
2) Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil.pembelajaran lebih melekat dalam diri anak
b. Tujuan metode demonstrasi
Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan.
3. Beberapa Tema Sasaran Metode Demonstrasi
Alternatif tema yang cocok menggunakan metode demonstrasi untuk anak usia dini sebagai
berikut:
a. Tema binatang. Misalnya dalam kegiatan membentuk binatang dari plastisin, melipat
binatang, dan menggunting pola binatang.
b. Tema pakaian. Misalnya dalam kegiatan menggunting pola pakaian atau menjahit.
c. Tema kebersihan, kesehatan, dan keamanan. Misalnya dalam mendemonstrasikan cara
gosok Gigi yang benar atau cara makan.
d. Tema rumah. Misalnya dalam mendemonstrasikan cara membuat bangunan dari balok-
balok, menjiplak bentuk rumah, menusuk, atau merobek bentuk rumah.
e. Tema kendaraan/ transportasi. Misalnya dalam menggambar bentuk kendaraan atau
membentuk dari plastisin.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
a. Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:
1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
4) Perhatian anak dapat lebih dipusatkan.
5) Anak dapat ikut serta aktif
6) Mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekiranya anaknhendak
mencoba sendiri.
7) Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat dinyatakan langsung saat suatu
proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas.
b. Kekurangan Metode demonstrasi sebagai berikut:
1) Anak didik sukar melihat dengan jelas benda/peristiwa yang akan dipertunjukkan.
2) Tidak semua benda/peristiwa dapat didemonstrasikan.
3) Sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan.
4) Apabila tidak dilanjutkan dengan eksperimen, ada kemungkinan anak menjadi lupa
dan materi belajar tidak akan bermakna karena tidak menjadikan pengalaman
belajar bagi anak.
5. Rancangan Kegiatan Demonstrasi
a. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan demonstrasi
b. Menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih
c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan
d. Menetapkan langkah kegiatan demonstrasi
e. Menetapkan penilaian kegiatan demonstrasi
B. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Bermain Peran
Metode bermain peran ini dikategorikan sebagai metode belajar yang berumpun pada
metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan. Karakteristiknya adalah
kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan,
konkret, dan dapat diamati. Esensi bermain peran ditujukan untuk membantu individu agar
memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sekaligus berupaya
memahami perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mendasarnya.
2. Tujuan dan Manfaat Bermain Peran
Mengenai manfaat Metode bermain peran, Fledman berpendapat bahwa dalam arean
drama, anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang
sebenarnya, melepaskan emosi, mempraktikkan kemampuan berbahasa, membangun
keterampilan sosial, dan mengekspresikan diri dengan kreatif. Penggunaan metode ini juga
memupuk adanya pemahaman peran sosial dan melibatkan interaksi verbal paling tidak
dengan satu orang lain, membantu anak untuk mempelajari lebih dalam dirinya sendiri,
keluarganya, dan masyarakat sekitarnya.
Tujuan bermain peran sebagai berikut:
a) Anak dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan.
b) Memperoleh wawasan tentang sikap-sikap, nilai-nilai, dan persepsinya.
c) Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
d) Mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif anak.
e) Melatih daya tangkap
f) Melatih daya konsentrasi
g) Melatih membuat kesimpulan
h) Membuat pengembangan kognitif
i) Membantu perkembangan fantasi
j) Menciptakan suasana yang menyenangkan
k) Mencapai kemampuan berkomunikasi secara spontan
l) Membangun pemikiran yang analitis dan kritis
m) Membangun sikap positif dalam diri anak
n) Menumbuhkan aspek afektif
o) Untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk simulasi
p) Untuk membuat variasi yang menarik dalam kegiatan pengembangan
3. Perkembangan Awal Bermain Peran/Simbolis dan Pola Interaksi Sosial dalam Bermain Peran
Tahap-tahap pengembangan bermain peran
1) Awal pura-pura
2) Pura-pura dengan dirinya
3) Pura-pura dengan yang lain
4) Pengganti
5) Pura-pura dengan objek atau orang
6) Agen aktif
7) Urutan yang belum berbentuk cerita
8) Urutan cerita
9) Perencanaan
4. Tema-tema Bermain Peran
Tema-tema yang dipilih, antara lain tema aku, keluargaku, rumahku, sajak kanak-kanak,
kebun binatang, praktik dokter, rumah sakit, rumah sakit hewan, pesta ulang tahun,
perjalanan liburan, pantai, kehidupan laut, salon, toko sepatu, toko pakaian, reuni keluarga,
pernikahan, rumah makan, hutan, pengarang atau ikustrator, kegiatan berkemah, musisi,
kebun sayur dan pasar.
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran
a. Kelebihan metode bermain peran
1) Melibatkan anak secara aktif
2) Anak memperoleh umpan balik yang cepat
3) Memungkinkan siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi
4) Sangat menarik minat dan antusiasme anak
5) Guru dapa mengajar pada lingkup yang luas
6) Mendukung anak berpikir kritis dan analitis
7) Menciptakan percobaan situasi kehidupan
b. Kelemahan Metode bermain peran
1) Perlu dibangun imajinasi yang sama antara guru dan anak
2) Sulit menghadirkan elemen situasi penting seperti yang sebenarnya
3) Jalan cerita biasanya berlangsung singkat
C. Metode Eksperimen
1. Pengertian Metode Eksperimen
Eksperimen adalah suatu kegiatan yang didalamnya dilakukan percobaan dengan cara
mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Misalnya mencampur warna,
menimbang berat badan, dan menanam biji. Metode eksperimen adalah suatu cara
pembelajaran dengan menempatkan anak sebagai subjek yang aktif untuk melakukan dan
menemukan pengetahuan sendiri serta untuk mengetahui kebenaran akan sesuatu atau
fenomena disekitarnya.
2. Manfaat dan Tujuan Metode Eksperimen
Manfaat yang dapat diraih melalui metode ini akan berdampak pada seluruh aspek
perkembangan anak, yaitu:
a) Aspek bahasa, kegiatan eksperimen mendorong anak untuk mengkomunikasikan ide
dan pikirannya serta hasil temuannya. Anak juga mendapatkan kosa kata baru serta
dapat menceritakan kembali kegiatan yang telah dilakukan.
b) Aspek fisik motorik, motorik anak dapat dikembangkan terutama motorik halus seperti
anak terlibat dalam kegiatan menuang, mencampur, dan mengaduk.
c) Aspek seni, unsur seni dalam eksperimen bersifat insidental, tergantung pada jenis
kegiatan yang diujicobakan.
d) Aspek sosial emosi, ketika melakukan kegiatan eksperimen terdapat kerjasama
antarindividu untuk menghasilkan sesuatu.
e) Aspek moral agama, dalam setiap kegiatan eksperimen, terselip nilai-nilai agama berupa
kebesaran ciptaan Tuhan, yaitu dalam proses perubahan dan hasil yang ditemukan.
Selain itu, terbangun juga nilai moral seperti kemanfaatan temuan untuk kepentingan
sesama, menghargai kelestarian alam, dan tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas,
menjaga kebersihan serta kedisiplinan.
Tujuan penggunaan metode eksperimen bagi anak sebagai berikut:
a) Menjelaskan proses terjadinya sesuatu
b) Memberikan pengalaman kepada anak tentang proses terjadinya sesuatu
c) Membuktikan kebenaran sesuatu
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
a. Kelebihan metode eksperimen:
1) Membuat anak didik lebih percaya pada kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri
2) Dapat lebih mengembangkan sikap dan menyalurkan rasa ingin tahu anak
3) Dapat membina manusia yang dapat mengembangkan inovasi baru dari hasil
percobaan
4) Anak dapat mengalami langsung ataupun tidak langsung suatu peristiwa sebagai
pengalaman belajar
5) Dapat menerapkan prinsip belajar yang mengaktifkan anak secara utuh
6) Bersifat student centered, yaitu anak sendiri yang mengolah bahan atau materi yang
dipelajari
7) Dapat mengembangkan sikap berpikir ilmiah
8) Dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak didik terhadap amasalah yang akan
dipecahkannya
b. Kelemahan Metode Eksperimen:
1) Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan eksperimen tidak tersedia dalam jumlah
yang cukup sehingga tidak setiap anak didik memperoleh kesempatan
bereksperimen.
2) Proses eksperimen ada yang membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dapat
membuat anak bosan yang dapat mengurangi minat rasa ingin tahunya.
3) Kebanyakan metode ini hanya cocok untuk konsep sains.
4) Metode ini memerlukan alat, fasilitas, dan bahan yang lengkap sehingga jika ada
salah satu alatnya kurang, eksperimen akan berjalan kurang baik.
5) Faktor keselamatan kerja juga perlu diperhitungkan secara matang.
6) Eksperimen yang memerlukan waktu panjang tidak praktis.
4. Bentuk-bentuk Eksperimen
a. Berdasarkan struktur kegiatan
1) Formal. Eksperimen formal adalah ekperimen yang direncanakan oleh pendidik.
2) Informal. Pendidik tidak mengarahkan kegiatan anak dengan ketat. Anak bekerja
dengan cara mereka sendiri. Anak bebas memilih aktivitas yang menarik dan
diamatinya. Pada kegiatan ini, peralatan dan bahan harus disediakan dalam jumlah
banyak dan beragam sehingga akan mendorong anak untuk mencari tahu sendiri
jawaban atas pertanyaan mereka.
3) Insidental. Kejadian yang ditemui anak secara tidak terencana dan menghasilkan
sesuatu yang tak terduga.
b. Berdasarkan kombinasi dengan metode belajar lain
1) Eksperimen tunggal. Metode yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan metode
percobaan itu sendiri.
2) Eksperimen terintegrasi dalam metode pemecahan masalah. Metode ini
menciptakan situasi saat anak dihadapkan pada suatu permasalahan, kemudian
memprediksi solusinya (hipotesis) dan menguji dugaannya tersebut dengan
percobaan dan merumuskan hasil berupa solusi yang diperlukan.
3) Eksperimen terintegrasi dalam metode demonstrasi. Bentuk ini merangkaikan
metode demonstrasi dan eksperimen. Kegiatan dimulai dengan demonstrasi oleh
pendidik, kemudian anak menirukan atau mengembangkannya di bawah
pengawasan pendidik.
4) Eksperimen terintegrasi dalam metode estimasi. Bentuk ini mencoba
memperkirakan jawaban atas suatu pertanyaan dengan cara mengujinya
(melakukan percobaan). Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan
memperkirakan (estimasi) sesuatu, misalnya perkiraan waktu, luas, ataupun ruang.

Modul 5
Pengembangan Moral dan Nilai Agama untuk Anak Usia 3-4 Tahun
Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Prinsip Pengembangan Moral dan Nilai Agama

A. Batasan Pengembangan Moral dan Nilai Agama


1. Moral
a. Pengertian moral
Moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan
benar dan salah.
b. Tahapan perkembangan moral
Menurut Kohlberg, membagi moralitas anak menjadi tiga tahapan sebagai berikut
1) Moralitas prakonvensional
2) Moralitas konvensional
3) Moralitas pasca konvensional
Menurut Piaget, terdapat dua tahapan moral anak sebagai berikut (Sujiono, 2005)
1) Tahap realisme moral. Moralitas yang dilakukan oleh anak akibat adanya
pembatasan yang dilakukan oleh orang dewasa.
2) Tahap moralitas otonomi. Moralitas oleh adanya kerjasama atau hubungan timbal
balik dengan lingkungan tempat anak berada.
2. Nilai Agama
a. Pengertian nilai agama
Perkembangan nilai agama merupakan suatu proses menanamkan kesiapan atau
kebiasaan untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan sehingga manusia
mampu memilih jalan yang dapat mengantarkan kebaikan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
b. Tahapan perkembangan nilai agama
Menurut Ernest Harms (Sujiono, 2005), ada tiga tahapan perkembangan keagamaan
sebagai berikut
1) The fairly tale stage (tahap dongeng). Tahap ini dimulai pada anak usia 3-6 tahun.
Pada tahap ini, konsep ketuhanan lebih banyak dipengaruhi oleh emosi dan fantasi.
2) The realistic stage (tahap kenyataan)
Tahap ini dimulai sejak umur sekolah dasar hingga remaja. Pada tahap ini, ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep berdasarkan kenyataan.
3) The individual stage (tahap individu)
Pada tahap ini, anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejak
perkembangan usia mereka.
B. Prinsip Pengembangan Moral dan Nilai Agama Anak Usia 3-4 Tahun
1. Prinsip Pengembangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun
a) Merawat anak dengan penuh kasih sayang
b) Memberikan banyak kesempatan pada anak-anak untuk berdiskusi dan bernegosiasi
c) Menjelaskan suatu hal maka anak perlu dibantu untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya tentang berbagai permasalahan dan peristiwa yang dihadapinya.
d) Mendukung anak untuk bergabung bersama anak-anak lainnya dengan bermakna
e) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain bebas karena akan mendorong
anak melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain
f) Memberikan penghargaan terhadap perilaku anak yang baik
2. Prinsip Pengembangan Nilai Agama Anak Usia 3-4 Tahun
a) Ketahuilah bahwa Tuhan memperhatikan kita
b) Percaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan memiliki tujuan
c) Dengarkan yang dikatakan anak
d) Gunakan kata-kata dengan hati-hati
e) Izinkan dan berilah dorongan terhadap impian, keinginan, dan harapan anak
f)
g) Berilah sentuhan keajaiban pada hal-hal biasa
h) Ciptakan peraturan dengan struktur yang luwes
i) Jadilah cermin positif bagi anak
j) Lepaskan pergulatan yang menekan
k) Jadikan setiap hari sebagai sebuah awal yang baru

Kegiatan Belajar 2: Implementasi dan Penilaian Pengembangan Moral dan Nilai Agama Melalui
Berbagai Metode

A. Implementasi Pengembangan Moral dan Nilai Agama Melalui Berbagai Metode


1. Implementasi Pengembangan Moral dan Nilai Agama melalui Metode Bercerita
2. Implementasi Pengembangan Moral dan Nilai Agama melalui Metode Bermain Peran
3. Implementasi Pengembangan Moral dan Nilai Agama melalui Metode Karyawisata
B. Penilaian Pengembangan Moral dan Nilai Agama
1. Penilaian Pengembangan Moral dan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode Bercerita
Penilaian dengan metode ini dapat dilakukan dengan observasi dan catatan anekdot
2. Penilaian Pengembangan Moral dan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode Bermain
Peran
Penilaian dengan metode ini dapat dilakukan dengan penilaian checklist
3. Penilaian Pengembangan Moral dan Perilaku Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode
Karyawisata
Penilaian dengan metode ini dapat dilakukan dengan penilaian proses dan penilaian produk

Modul 6
Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun
Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Prinsip Pengembangan Sosial dan Emosi
A. Batasan Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun
1. Sosial
a. Pengertian sosial
Perkembangan sosial merupakan suatu proses pemeriksaan kemampuan untuk
berperilaku yang sesuai dengan keinginan yang berasal dari tuntutan dan harapan-
harapan sosial yang berlaku di masyarakat serta dari dalam diri seseorang.
b. Proses penanaman nilai sosial
Alur proses sosialisasi pada setiap individu mulai sejak lahir sampai ia menjadi dewasa
yaitu mulai dari proses imitasi (peniruan), proses identifikasi, dan proses internalisasi.
c. Tahap perkembangan sosial
1) Pasca lahir, anak lebih suka ditinggalkan tanpa diganggu. Merasa senang saat kontak
dengan tubuh ibu.
2) 1 - 3 bulan, merasakan kehadiran ibu dan memandang ke arahnya apabila ibu
mendekati.
3) 6 bulan, penuh minat terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi di sekitarnya.
4) 9 - 12 bulan Mulai memahami dan mematuhi perintah sederhana.
5) 18 - 21 bulan, ketergantungan terhadap orang lain terhadap bantuan, perhatian,
dan kasih sayang.
6) 2 - 2 1/2 tahun, mempunyai minta yang besar dalam hal mengumpulkan kata-kata
7) 3 - 5 tahun, berbicara bebas pada dirinya sendiri, orang lain, bahkan mainannya,
berbicara dengan lancar, serta bermain dengan kelompok.
d. Perilaku sosial anak dalam bermain
Ada beberapa perilaku sosial anak dalam kegiatan bermain sebagai berikut:
1) Perilaku tidak peduli
2) Perilaku penonton
3) Sosial sendiri
4) Sosial berdampingan
5) Sosial bersama
6) Sosial bekerjasama
2. Emosi
a. Pengertian emosi
Emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan diri individu.
b. Perbedaan emosi dan perasaan
Emosi meliputi semua perasaan yang bergejolak serta mempengaruhi individu secara
fisik. Emosi mempengaruhi individu, sedangkan perasaan hanya terkait dengan rohani.
Emosi menguasai individu dalam kontrolnya dan selalu berhububga dengan kejadian
yang memiliki arti pribadi, sedangkan perasaan tidak. Emosi berlangsung relatif singkat,
sedangkan perasaan berlangsung lama.
c. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
1) Faktor kematangan, berhubungan dengan perkembangan kelenjar endokrin.
2) Faktor belajar, berhubungan dengan pengalaman belajar anak seperti dalam
berinteraksi dengan orang lain.
d. Karakteristik perkembangan emosi anak usia 3-4 tahun
1) Lebih mudah bergaul dengan orang dewasa dan orang lain
2) Mampu menahan tangis dan kecewa
3) Sabar menunggu giliran
4) Antusias dalam berkegiatan
5) Melatih kemandiriannya dengan membantu ibunya
6) Menunjukkan rasa kasih sayang kepada saudaranya
7) Menaruh minat pada kegiatan orang dewasa
8) Mengenal sopan santun
e. Mengenali emosi anak usia dini
Ada beberapa cara mengenali emosi anak, antara lain afeksi (kasih sayang), anciety
(cemas), attachment (ikatan kasih sayang), cemburu, depresi, deskruktif, phobia,
gembira, hipersensitif, impulsif, malu, marah, menggigit mengingau, mengisap jempol,
mimpi buruk, ngompol, rasa tidak aman, separation (keterpisahan), stress, takut,
tempertantrum.
B. Prinsip Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun
Dalam buku yang ditulis oleh Elias dkk (1999), prinsip pengembangan emosi anak sebagai
berikut:
1) Sadari perasaan sendiri dan perasaan orang lain
2) Tunjukkan empati dan pahami cara pandang orang lain, lalu atur dan atasi dengan positif
gejolak emosional dan perilaku
3) Berorientasi pada tujuan dan rencana positif
4) Gunakan kecakapan sosial positif dalam membina hubungan

Kegiatan Belajar 2: Implementasi dan Penaikan Pengembangan Eosial dan Emosi


A. Implementasi Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun
1. Implementasi Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode
Bercerita
2. Implementasi Pengembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode
Bermain Peran
B. Penilaian Pengembangan Sosial Emosi
1. Penilaian Pengembangan Sosial Emosi Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode Bercerita
Penilaian yang dapat dilakukan dalam kegiatan pengembangan sosial emosi melalui metode
bercerita adalah melalui pengamatan atau observasi dalam bentuk checklist dan catatan
anekdot.
2. Penilaian Pengembangan Sosial Emosi Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode Bermain Peran
Penilaian terhadap kegiatan bermain peran dapat dilakukan dengan berbagai cara penilaian.
Dapat dilakukan dengan mengamati perilaku anak selama kegiatan berlangsung dan format
yang digunakan adalah checklist.

Modul 7
Pengembangan Bahasa untuk Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Tujuan Pengembangan Bahasa

A. Batasan Pengembangan Bahasa


Perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang sangat penting karena bahasa dan
keaksaraan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat dan sejak anak dilahirkan. Fungsi
utama bahasa adalah berkomunikasi. Pengembangan bahasa memiliki empat cakupan, yaitu (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.
Dodge memaparkan bahwa terdapat tujuh komponen penting dalam pembelajaran bahasa dan
keaksaraan untuk anak, yaitu (1) peningkatan kosa kata dan bahasa, (2) kesadaran fonologis, (3)
pemahaman terhadap cetakan, (4) huruf-huruf dan kata, (5) pemahaman, (6) pemahaman
terhadap buku dan tulisan lainnya, dan (7) keaksaraan sebagai sesuatu yang menyenangkan.
B. Prinsip Pengembangan Bahasa
Gartrell menekankan bahwa kegiatan membaca dan menulis akan dapat distimulasi dengan baik
jika kita menerapkan prinsip-prinsip berikut:
1. Lakukan percakapan dan diskusi setiap hari
2. Buatlah cerita di kertas melalui kegiatan seni dan menulis permulaan
3. Ajak anak memahami berbagai suara yang mirip, tetapi memiliki arti berbeda
4. Bacakan buku dan jadikan kegiatan membaca sebagai bagian dari aktivitas harian
Menurut Neuman (2000), beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
pengembangan bahasa anak sebagai berikut:
1. Berbicaralah (dua arah-ada interaksi timbal balik) dengan anak, libatkan anak dalam
percakapan sehari-hari
2. Bacakan dan ulangi bacaan cerita dengan teks yang dapat diprediksi oleh anak
3. Semangati anak untuk menceritakan pengalaman dan mendeskripsikan ide dan kejadian
yang penting bagi mereka
4. Kunjungi perpustakaan secara teratur
5. Sediakan kesempatan bagi anak untuk menggambar dan mencetak serta menggunakan alat-
alat menulis
C. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun
Menurut Neuman, Copple, dan Bredekamp (2000:2), tujuan pengembangan bahasa untuk anak
usia prasekolah adalah kesadaran dan ekplorasi. Pada usia prasekolah, anak diharapkan dapat:
1. Menikmati menyimak dan mendiskusikan buku cerita
2. Memahami bahwa huruf yang tercetak membawa sebuah pesan
3. Terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis
4. Mengidentifikasi label dan tanda yang ada pada lingkungan sekitarnya
5. Ikut serta dalam kegiatan games berirama
6. Mengidentifikasi beberapa huruf dan mencocokkan beberapa huruf dengan suaranya
7. Menggunakan huruf yang mudah dikenali atau huruf yang tepat untuk mencerminkan
bahasa tulisan
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 mengenai standar PAUD, pada anak usia 3-4
tahun, khususnya pada bidang pengembangan bahasa, anak diharapkan mampu (1) menerima
bahasa dan (2) mengungkapkan bahasa.

Kegiatan Belajar 2: Implementasi dan Penilaian Pengembangan Bahasa

A. Implementasi Pengembangan Bahasa Melalui Berbagai Metode


Beberapa metode dalam implementasi pengembangan bahasa untuk anak usia 3-4 tahun,
antara lain:
1. Menyusun Kereta Alfabet
2. Menyusun Gambar Seri
3. Tebaklah Aku! Aku berguna untuk apa?
4. Mencocokkan antara gambar, benda, dan tulisan
5. Puzzle Huruf
6. Bercerita dengan boneka jari
7. Menyusun nama
8. Membuat triarama
9. Menjahit huruf awal nama sendiri
10. Boneka stik es krim
B. Penilaian Pengembangan Bahasa
Teknik asesmen yang dapat digunakan untuk menilai pengembangan kemampuan bahasa anak
usia 3-4 tahun sebagai berikut:
1. Catatan anekdot
2. Checklist perkembangan
3. Skala rating
4. Portofolio

Modul 8
Pengembangan Matematika untuk Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Tujuan Pengembangan Matematika

A. Batasan Pengembangan Matematika


Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari besaran, struktur, ruang, dan
perubahan. NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) menjelaskan ruang lingkup
matematika yang perlu dipelajari oleh anak usia dini di sekolah. Komponen inti dalam
matematika yang perlu dipelajari oleh anak usia dini terdiri atas (1) konsep bilangan, (2) pola
dan hubungan, (3) geometri dan kepekaan ruang, (4) pengukuran, serta (5) pengumpulan,
pengolahan dan representasi data.
B. Prinsip Pengembangan Matematika
Enam prinsip yang perlu ditetapkan dalam pembelajaran yang ditetapkan oleh NCTM (National
Council of Teachers of Mathematics):
1. Keadilan, harapan yang tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua anak
2. Kurikulum, tidak sekedar kegiatan yang banyak, tetapi kegiatan yang diberikan harus
Koheren
3. Pengajaran, pengajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman mengenai apa
yang telah diketahui dan dibutuhkan anak
4. Pembelajaran, anak perlu belajar matematika dengan pemahaman
5. Assesmen yang dilakukan perlu mendukung pembelajaran matematika dan memberikan
informasi yang berguna bagi guru ataupun bagi anak
6. Teknologi, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengajaran dan pembelajaran
matematika
Menurut Bredekamp dalam Charlesworth (2012), ada lima prinsip pembelajaran
matematika pada anak usia dini seperti berikut:
1. Mengenalkan perkembangan anak dan pembelajarannya
2. Membangun hubungan keluarga dan masyarakat
3. Observasi, dokumentasi, dan asesmen dilakukan untuk mendukung anak dan keluarga
4. Mengajar dan pembelajaran
5. Profesionalitas
Kegiatan Belajar 2: Implementasi dan Penilaian Pengembangan Matematika

A. Implementasi Pengembangan Matematika melalui Berbagai Metode


Penerapan pengembangan matematika melalui berbagai metode, antara lain:
1. Membandingkan; membandingkan panjang, tinggi, berat
2. Mencocokkan; memasangkan benda-benda yang sejenis, memasangkan benda dengan
gambarnya, memasangkan gambar yang sama
3. Seriasi
4. Menyusun pola; meronce, menjemur pakaian
5. Menghitung; menghitung 1-2-3 dengan bebatuan, menghitung dengan benda-benda kecil,
mengenalkan konsep "tiga"
6. Mengukur
7. Klasifikasi; mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk, atau jenisnya
8. Grafik sederhana
9. Menyusun bentuk sederhana
B. Penilaian Pengembangan Matematika
Beberapa teknik asesmen yang dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan perkembangan
anak melalui kegiatan pengembangan matematika permulaan, yaitu checklist perkembangan,
catatan anekdot, skala rating,badan portofolio.

Modul 9
Pengembangan Sains dan Teknologi untuk Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Prinsip Pengembangan Sains dan Teknologi

A. Batasan Pengembangan Sains dan Teknologi Anak Usia 3-4 Tahun


1. Sains
a. Pengertian Sains
Menurut Einstein, sains bukan sekedar kumpulan hukum dan daftar fakta-fakta. Sains
adalah karya pikiran manusia dengan permainan bebas berupa ide-ide dan konsep-
konsep.
Sains bukan hanya terkait pada hasil dari kegiatan penyelidikan atau percobaan, tetapi
juga terkait dengan bentuk proses, hasil, dan sikap yang tumbuh sebagai dampak dari
mempelajari sains
b. Tujuan Pengembangan sains untuk anak usia dini
Pembelajaran sains pada anak usia dini secara umum bertujuan agar anak mampu
secara aktif mencari informasi di sekelilingnya. Secara khusus, hal ini bertujuan agar
anak memiliki kemampuan mengamati berbagai perubahan yang terjadi, melakukan
percobaan sederhana, mengklasifikasikan, membandingkan, memperkirakan
mengimunisasikan nya, dan membangun kreativitas.
Tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini, selain mengembangkan kemampuan
kognisi (berpikir logis, kritis, dan berpikir ilmiah), juga bertujuan untuk mengembangkan
sikap dan karakter yang positif.
2. Teknologi
a. Pengertian teknologi
Menurut Iskandar Alisyahbana, secara harfiah, teknologi dapat diartikan pengetahuan
tentang cara. Menurutnya, teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindera, dan otak manusia. Notohadiningrat (2006:2) mengatakan bahwa teknologi
adalah ilmu atau pengetahuan yang diterapkan pada penciptaan barang yang diperlukan
atau yang diinginkan manusia.
Teknologi terkait erat dengan sains. Penemuan sains menjadi dasar bagi penciptaan
teknologi. Teknologi yang terus berkembang memicu penelitian sains selanjutnya.
b. Tujuan pengembangan teknologi untuk anak usia dini
Tujuan pengembangan teknologi sederhana untuk anak usia dini sebagai berikut:
1. Mengenal alat-alat teknologi sederhana yang mereka kenal dalam kehidupan sehari-
hari dan fungsinya
2. Mengenal cara bekerja alat-alat teknologi sederhana
3. Mampu menggunakan alat-alat berteknologi
4. Dapat belajar dan bermain dengan menggunakan multimedia
5. Mampu menciptakan alat berteknologi sederhana untuk mendorong/memberi
inspirasi kepada anak dalam memecahkan masalah
6. Menumbuhkan minat dan ketertarikan anak pada dunia teknologi
B. Prinsip Pengembangan Sains dan Teknologi Anak Usia 3-4 Tahun
1. Prinsip Pengembangan Sains Anak Usia 3-4 Tahun
a. Pelajaran sains membekali anak dengan berbagai cara untuk mengetahui dan suatu cara
mengerjakan yang dapat membantu anak memahami secara mendalam alam sekitar
b. Pemberian pengalaman belajar secara langsung
c. Selalu menerapkan pembelajaran sains yang bermuatan nilai
d. Kegiatan pembelajaran sains dapat dilakukan melalui beragam kegiatan
e. Arahkan kegiatan dengan fokus learning, bukan teaching
f. Tahapan di setiap usia kronologis dan perkembangan sangat menentukan jenis dan
tingkat kesulitan dalam bermain dan belajar sains
g. Pada dasarnya, kegiatan-kegiatan dalam konsep sains dapat dipelajari melalui
pengalaman sehari-hari yang nyata, bermakna, dan sederhana.
2. Prinsip Pengembangan Teknologi Anak Usia 3-4 Tahun
Guru dan orang tua perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembangan teknologi
pada anak, khususnya penggunaan teknologi informasi untuk anak usia dini. Sebagai contoh
teknologi, penggunaan komputer untuk keperluan pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan keterbatasan. Guru bertugas memperkenalkan teknologi komputer kepada
anak didik perlu mengetahui pengaruh positif dan negatif, khususnya jika dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip Pengembangan Teknologi Informasi untuk Anak Usia Dini
a. Peran penting orang tua dan pendidik dalam pengenalan teknologi komputer
1) Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer
sejak dini
2) Perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik
seseorang
3) Pilihlah keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik
4) Menyediakan meja atau kursi yang cocok dan nyaman buat anak
b. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari teknologi komputer
1) Orang tua lah dan pendidiklah yang seharusnya mengenalkan komputer pada anak
2) Gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi kesehatan anak
3) Letakkan komputer di ruang publik sekolah
4) Pengaturan waktu juga perlu diberikan
c. Tips penggunaan komputer untuk anak usia dini
1) Tunggulah hingga usia minimal sembilan bulan
2) Biarkan mereka tertarik dengan sendirinya
3) Dampingi lah anak selama menggunakan komputer
4) Pilihlah program komputer yang sesuai
5) Jadikan komputer sebagai sarana bermain bagi anak
6) Batasi penggunaan komputer
7) Berikan perhatian khusus pada penggunaan internet

Kegiatan Belajar 2: Implementasi dan Penilaian Pengembangan Sains dan Teknologi Melalui Berbagai
Metode
A. Implementasi Pengembangan Sains dan Teknologi melalui Berbagai Metode
1. Keterampilan Proses Sains
Lembaga Sains Amerika AAAS (American Association for the Advencement of Science)
merumuskan 10 keterampilan atau kemampuan proses dalam pembelajaran sains, sebagai
berikut:
a) Keterampilan bertanya
b) Keterampilan mengamati
c) Keterampilan membandingkan
d) Keterampilan mengelompokkan
e) Keterampilan mengukur
f) Keterampilan komunikasi/menulis deskriptif
g) Keterampilan berpikir analisis dan logis
h) Keterampilan memecahkan masalah
i) Keterampilan menginterpretasi
j) Keterampilan menghipotesis
2. Implementasi Pembelajaran Teknologi untuk Anak Usia Dini
Penerapan pembelajaran teknologi untuk anak usia dini sebaiknya disajikan dalam bentuk
tematik. Penyajian pembelajaran teknologi perlu menggunakan metode-metode
pembelajaran konkret yang membuat anak aktif dan terlibat secara langsung, misalnya
metode observasi, demonstrasi, praktik langsung, eksperimen, dan bermain peran.
3. Ruang Lingkup
a. Ruang lingkup sains untuk anak, meliputi dua aspek yaitu (1) Kerja ilmiah mencakup
penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan
masalah, sikap, dan nilai ilmiah, serta (2) Pemecahan konsep dan penerapannya yang
mencakup makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi (sifat-sifat dan
kegunaannya), energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta
b. Ruang lingkup teknologi untuk anak, mencakup dua aspek, yaitu (1) Pengenalan konsep
dan penerapannya seperti pengenalan alat-alat teknologi yang dekat dengan lingkungan
anak, alat-alat teknologi sederhana, tokoh-tokoh penemu teknologi, belajar dan
bermain, serta (2) Kerja ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah
melalui pembuatan alat-alat berteknologi sederhana.
4. Berbagai Metode dalam Pembelajaran Sains dan Teknologi
Metode yang digunakan bertujuan untuk memudahkan pendidik dalam memberikan
pemahaman dan keterampilan sains dan teknologi yang perlu dimiliki anak. Metode yang
digunakan merupakan metode yang menarik dan menyenangkan. Beberapa metode yang
digunakan yaitu observasi, pemberian tugas, dan eksperimen.
B. Penilaian Pengembangan Sains dan Teknologi
Terkait dengan proses, penilaian yang tepat untuk kegiatan sains dan teknologi adalah penilaian
pengamatan (observasi) dengan teknik ceklis dan penilaian unjuk kerja (performance). Terkait
dengan hasil, penilaian yang tepat adalah penilaian hasil karya (product)

Modul 10
Pengembangan Studi Sosial untuk Anak Usia 3-4 Tahun
Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Prinsip Pengembangan Studi Sosial
A. Batasan Pengembangan Studi Sosial
1. Pengertian Studi Sosial
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia, hubungan antara usia, serta dengan
lingkungan sekitar manusia itu sendiri. Melalui studi sosial, anak akan belajar banyak hal
tentang semua peristiwa dan proses kehidupan yang berlangsung dalam lingkungan
sekitarnya. Sejak usia dini, anak mulai dikenalkan dengan berbagai keberagaman sehingga
anak mengenal adanya perbedaan setiap individu dalam kehidupan di masyarakat.
Kemampquan anak dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya itu terkait
dengan pengembangan kemampuan sosial anak. Menurut Patmonodewo (2003: 31),
perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak
dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat tempat anak
berada. Kemampuan sosial penting dikembangkan karena berkaitan dengan kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan baik di lingkungannya. Melalui pengembangan sosial, anak
mendapatkan banyak pengetahuan sosial sebagai berikut:
a. Membangun pemahaman diri,
b. Menjalin hubungan dengan orang lain, baik keluarga, teman sebaya, maupun orang
dewasa di luar keluarga,
c. Bersosialisasi dalam kelompok,
d. Membantu anak memperoleh pengetahuan akademis dan kemampuan intelektual yang
dibutuhkan dalam masyarakat,
e. Mengenal adanya peraturan dalam kehidupan yang berfungsi untuk membatasi
perilaku, perasaan, dan sikap mereka.
2. Komponen Studi Sosial yang Dipelajari oleh Anak
Tujuan dari ilmu sosial adalah membantu anak usia dini untuk mengembangkan
kemampuan agar dapat membuat keputusan yang beralasan sebagai bagian dari warga
masyarakat yang demokratis dalam keragaman budaya di dunia yang saling tergantung.
Menurut Parker (2009: 4) mengemukakan bahwa dua tujuan utama pengetahuan sosial
untuk anak usia dini adalah memberikan pemahaman sosial dan merancang kurikulum
untuk pembelajaran sosial dan menetapkan tujuan pembelajaran.
BerdasarkanBerdasarkan Curriculum Standards for Social Studies yang dibuat oleh National
Council for the Social Studies (NCSS), ada 10 hal yang dapat dipelajari anak melalui
pembelajaran sosial, yaitu:
a. Budaya,
b. Waktu, kesinambungan, dan perubahan,
c. Orang, tempat, dan lingkungan,
d. Perkembangan individu dan identitas,
e. Individualitas, kelompok, dan institusi,
f. Kekuatan, kekuasaan, dan pemerintah,
g. Produksi, distribusi, dan konsumsi,
h. Sains, teknologi, dan kehidupan masyarakat,
i. Hubungan global dan kebebasan,
j. Kewarganegaraan.
B. Prinsip Pengembangan Studi Sosial
Dalam pembelajaran studi sosial, anak perlu diberikan kesempatan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilannya melalui pengalaman yang bermakna. Hal terpenting dalam
pengembangan studi sosial adalah melibatkan anak secara aktif dalam kelas dan memberikan
kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dalam kegiatan di kelas. Aktivitas pembelajaran
dalam pengembangan studi sosial seharusnya dapat mengajarkan anak tentang belajar untuk
bekerja sama serta mengembangkan keterampilan dalam mengamati, membaca, menulis,
wawancara, proses inquiry, dan belajar dengan berbagai pilihan kegiatan (Mindes, 2006).
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan anak dalam memahami pengetahuan sosialnya
harus dilakukan anak dalam memahami pengetahuan sosialnya harus dilakukan dalam kegiatan
yang menarik dengan suasana yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dapat
dikembangkan secara kreatif oleh pendidik di sekolah. Pembelajaran studi sosial harus dapat
memberikan pengalaman bermakna agar anak lebih mudah memahami konsep studi sosial.
Kegiatan pengembangan studi sosial dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pembelajaran yang lain.

Kegiatan Belajar 2: Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Berbagai Metode Pembelajaran

Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Berbagai Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan kegiatan belajar. Metode
pembelajaran yang digunakan guru harus memperhatikan karakteristik dan perkembangan anak didik.
Metode dalam pembelajaran anak usia dini berperan penting dalam menyampaikan materi
pembelajaran agar materi tersebut dapat bermakna bagi anak. Metode yang digunakan juga bervariasi
dan disesuaikan dengan materi apa yang akan disampaikan pada anak. Kegiatan bermain yang dirancang
untuk anak harus selalu memperhatikan kebutuhan, usia, dan tahapan perkembangan anak.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengembangan studi sosial anak
usia dini.
a. Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Metode Diskusi
Melalui metode diskusi, anak dihadapkan dalam suatu masalah yang berupa
pernyataan dan pertanyaan yang bersifat problematika untuk dibahas dan dipecahkan
bersama.
b.Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Metode Bernyanyi
c. Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Field Trip
Melalui pengalaman yang bermakna, anak akan lebih mudah memahami sebuah konsep.
d.Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Metode Bermain Peran
Dalam pengembangan studi sosial, metode bermain peran dapat digunakan pada saat
mengenalkan anak tentang orang, tempat, dan lingkungan.
e. Implementasi Pengembangan Studi Sosial Melalui Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami
materi ataupun dalam membuat sesuatu.
f. Implementasi Pengembangan Studi Sosial Metode Praktik Langsung
Metode praktik langsung dilakukan agar anak aktif dalam aktivitas pembelajaran.
Dalam pengembangan studi sosial, hal terpenting adalah pendidik AUD harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan anak dan memahami pentingnya pelaksanaan
asesmen untuk mengetahui pencapaian perkembangan anak didik.
Kegiatan yang dirancang pendidik diarahkan untuk membantu anak mencapai tingkat
perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagaimana tertera dalam standar pendidikan anak usia
dini.
Pendidik anak usia dini juga dapat bekerja sama dengan orang tua untuk memberikan
kesempatan bagi anak dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat berkembang
secara optimal.

Kegiatan Belajar 3: Penilaian Pengembangan Studi Sosial


1. Pengertian Asesmen
Menurut Nictko (2001: 4-5), asesmen diartikan sebagai sebuah proses untuk mendapatkan
informasi yang digunakan agar membuat keputusan tentang siswa, kurikulum, dan program serta
kebijakan pendidikan. Asesmen penting dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui tahapan
perkembangan anak dan kemajuan belajar anak sehingga guru dapat menyusun program yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Tujuan dari asesmen perkembangan anak juga dilakukan untuk
mengidentifikasi minat dan kebutuhan anak. Selain itu asesmen tidak hanya digunakan untuk melihat
perkembangan anak, tetapi juga untuk melihat keberhasilan program dan lembaga.
2. Jenis Asesmen untuk Anak Usia Dini
Asesmen yang sering digunakan dalam penilaian perkembangan anak usia dini adalah metode
observasi. Observasi dilakukan dalam kegiatan belajar yang alami sehingga tidak mengganggu aktivitas
belajar anak.
Menurut Wortham (2005: 116), observasi memiliki tiga tujuan utama, yaitu 1) untuk memahami
perilaku anak, 2) untuk mengevaluasi perkembangan anak, dan 3) untuk mengevaluasi perkembangan
belajar. Berikut ini beberapa teknik pencatatan dalam observasi :
a. Anecdotal Record, yaitu deskripsi secara tertulis dari perilaku anak. Catatan anekdot
berisikan tentang peristiwa atau kejadian, waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut.
b. Running Record, yaitu metode yang digunakan untuk mencatat perilaku anak secara
mendetail yang dideakripsikan dalam bentu narasi dan berdasarkan urutan kejadian. Dalam
running record, deskripsi perilaku bersifat obyektif yang di dalamnya berupa catatan
peristiwa yang terjadi selama periode observasi.
c. Time Sampling, yaitu mencatat seberapa sering atau melihat frekuensi dari sebuah perilaku
terjadi dalam periode waktu yang telah ditentukan. Pada saat akan melakukan time
sampling, observer terlebih dahulu menentukan perilaku tertentu yang akan diamati,
berapa interval waktu yang akan diperlukan, dan bagaimana perilaku tersebut akan diamati.
d. Checklist dan Rating Scales, checklist adalah daftar perilaku yang berurutan yang ada di
dalamnya tersusun dalam sebuah system dari suatu kategori. Checklist berguna ketika
banyak perilaku yang ingin diamati oleh observer sehingga perlu dibuat daftar perilaku yang
muncul pada anak. Sedangkan rating scales, digunakan untuk menentukan tingkat
kemampuan anak. Rating scale dapat membantu guru melakukan evaluasi untuk melihat
perilaku yang ditunjukkan oleh anak dalam satu waktu.

Moduk 11

Pengembangan Seni Untuk Anak Usia 3 – 4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Pengertian /Batasan dan Prinsip Pengembangan Seni

Seni adalah ungkapan cinta manusia terhadap karya Tuhan, bukan terhadap karya
manusia itu sendiri. Dunia diciptakan Tuhan dengan segala harmonisasi alam yang bisa
ditangkap indra manusia sehingga bisa dikomunikasikan kembali dalam bentuk seni. Melalui
pengembangan seni, beragam aspek perkembangan anak dapat tumbuh secara optimal dan
maksimal. Tentu saja hal ini dengan memperhatikan beragam prinsip pengembangan seni untuk
anak usia dini.
A. Batasan Pengertian Pengembangan Seni
Dari beberapa defenisi Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang seni dapat disimpulkan
bahwa istilah seni menyangkut dua hal, yaitu hasil karya seni dan proses seni itu sendiri. Pada
anak usia dini, seni memberikan pengalaman visual, taktil, dan sensori serta cara yang sangat
khusus untuk memahami hal-hal yang ada dan terjadi di dunia sekitar anak.
Dodge dkk (2002) dalam Gunarti, dkk (2019) menyatakan bahwa konten seni mencakup
menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari adalah mengekspresikan ide
ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik dan menyampaikan perasaan. Musik
adalah mengombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang
menyenangkan. Drama adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni
juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, membentuk dengan tanah liat atau
materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, dan mengecap dengan stempel.
Pengalaman seni akan memberikan kesempatan kepada anak-anak, untuk :
a. Mengekspresikan ide dan perasaan mereka tentang dunia sekitarnya;
b. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengomunikasikan ide dan
mengekspresikannya
c. Banyak akal dan kreatif

d. Membuat keputusan tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana


mendapatkannya, serta
e. Mengapresiasi sesuatu yang berbeda yang dibuat oleh orang lain.
Dalam hal ini, pendidik anak usia dini dapat menggunakan kegiatan seni dalam semua
aspek lingkungan pembelajaran, antara lain :
a. Menstimulasi anak untuk mengamati dan mengeksplorasi lingkungan alam dan
lingkungan buatan manusia, mengeksplorasi berbagai elemen seni dan musik, serta
mengeksplorasi yang bisa dilakukan oleh tubuhnya dalam ekspresi kreatif.
b. Mengekspresikan dan menunjukkan objek, ide, dan pengalaman dengan menggunakan
media seni, alat musik, dan pola gerakan
c. Meningkatkan rasa percaya diri dalam mengekspresikan potensi kreatif mereka
d. Mengapresiasi dan merespons ragam karya seni dan kerajinan serta ekspresi yang

artistik.
B. Prinsip Pengembangan Seni

Mayesky (1990) dalam Gunarti, dkk (2019) menjabarkan bahwa terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan melakukan pengembangan seni kepada
anak-anak, yaitu sebagai berikut :
a. Terimalah anak sesuai dengan evel perkembangannya saat ini
b. Sediakan lingkungan yang nyaman bagi anak

c. Sediakan peralatan yang layak dengan usia anak


d. Rencanakan aktivitas sesuai dengan usia dan level kemampuannya

e. Sediakan peralatan dan aktivitas kreatif yang dapat membuat anak bekerja dan
menyelesaikan pekerjaannya sendiri
f. Jadilah fasilitator

Kegiatan Belajar 2: Implementasi Pengembangan Seni Melalui Berbagai Metode Pembelajaran


dan Penilaian Pengembangan Seni

A. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SENI MELALUI BERBAGAI METODE


PEMBELAJARAN
Telah dijabarkan pada kegiatan belajar 1 bahwa pengembangan seni ini untuk anak
usia dini mengucapkan 4 komponen yaitu menari, bermain musik, seni dan kerajinan tangan,
serta bermain drama. dengan mengacu pada komponen pengembangan seni di atas serta
hakikat pengembangan seni itu sendiri sebagai sebuah pengalaman belajar liar Ning touch
art ada banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan
pembagian seni tersebut.
1. Implementasi Pengembangan Komponen Seni Menari (Dance) Melalui Berbagai

Metode Pembelajaran
Menari adalah aktivitas menggerakkan tubuh untuk mengeksplorasikan gagasan
merespon musik dan mencurahkan perasaan. menari memiliki tujuan untuk
mendemonstrasikan suatu keterampilan motorik misalnya: berlari melompat meloncat dan
lain-lain. melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri dalam peran dan situasi
tertentu serta memahami dan mengikuti instruksi.
Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat Pengulangan dari 5 sampai 6
gerakan ditambah variasi formasi yang sederhana. hal penting yang perlu diperhatikan oleh
pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologi anak saat ingin menari.
memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu gerakan tari, terlebih harus
sempurna hanya akan membuat kondisi anak menjadi semakin buruk dan tidak
mengembangkan kreativitas mereka.
Kegiatan kreatif tari dapat berupa berikut ini:
a) Bergerak bebas mengikuti irama lagu atau instrumen.

b) Gerakan bebas menyesuaikan dengan tempo musik/lagu.


c) Bergerak dan berhenti di.

d) Menari dengan menggunakan gerakan hewan, tumbuhan, robot


e) Kendaraan dan sebagainya

f) Menari dengan pola yang bervariasi.


g) Menari dengan gerakan formasi.

a. Penerapan Metode Bermain Pada Peran Dalam Kegiatan Menari


Metode bermain peran adalah suatu strategi pembelajaran dengan cara memberikan
pengalaman belajar melalui kegiatan memerankan karakter/tingkahlaku dalam pengulangan
kejadian yang di ulangi kembali. kejadian masa depan serta kerja di rumah sakit ini atau
situasi imajinatif.
b. Contoh Penerapan Metode Sosial Drama Dalam Kegiatan Menari
Metode sosiodrama adalah suatu strategi pembelajaran dengan cara memberikan
pengalaman belajar melalui kegiatan memainkan peran dalam suatu cerita yang
menentukan kerjasama di antara pemerannya. disini cerita pada umumnya diangkat dari
kehidupan sehari-hari titik dalam pelaksanaannya sosial drama dilakukan dengan teknik
dramatisasi
2. Implementasi Pengembangan Komponen Seni Bermain Musik Melalui Berbagai

Metode Pembelajaran
Musik adalah kombinasi suara atau instrumen untuk mengkreasi melodi dan bunyi
yang teratur. musik memiliki tujuan untuk memahami dan mengulangi pola, menunjukkan
kesadaran akan konsep dan urutan, memahami angka dan hitungan, menyimak dan
membedakan suara, memahami instrumen lisan dan lain-lain.
Menurut beberapa peneliti, musik sudah dapat distimulasi kan sejak anak masih
berada dalam kandungan karena dianggap mampu menstimulasi kerja neuron neuron pada
otak anak. bagaimanapun musik akan sangat membantu anak dalam melatih kemampuan
menyimak, konsentrasi, serta menambah perbendaharaan kosakatanya.
Kegiatan kreatif musik dapat berupa hal berikut:
a) Bernyanyi dengan bermain ekspresi

b) Bersenandung tanpa mengurangi unsur musik nada, irama, dan


c) temponya.

d) Membuat beragam yel-yel


e) Bermain syair, mengubah syair, mengikuti pola syair (oleh-oleh …

f) bola …….bola ……. bola bola)


g) Membuat pola tepuk yang variatif

h) Bermain jentik jari


i) Membuat alat musik ritmis dan alat musik melodis buatan dengan bahan-bahan
yang ada disekitar
j) Mengiringi lagu dengan alat musik buatan
k) Tebak lagu dengan instrumen atau Senandung
l) Membuat permainan dengan menggunakan lagu
m) Mernyanyi dengan menggunakan jari-jari
n) Musik cepat lembut atau mengubah tempo di mana saja

o) Mendengarkan musik sambil menggambar


Dengan melihat ragam kegiatan kreatif musik sebagai salah satu komponen
pengembangan seni yang memiliki kekhasan yaitu kombinasi suara atau instrumen untuk
mengkreasi melodi dan bunyi yang teratur Ada banyak ragam metode pengembangan yang
bisa digunakan Namun ada satu metode pembelajaran yang bisa jadi paling sering digunakan
yaitu metode demonstrasi.
a. Menyanyikan Lagu-Lagu Anak
Mengajak anak menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan tema-tema yang
digunakan atau yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. dalam hal ini pendidik dapat
membuat atau mengkreasikan lagu baru ciptaannya sendiri titik Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan atau tanpa alat musik pengiring.
b. Bermain Tepuk
Kegiatan bermain tepuk merupakan salah satu kegiatan di yang juga sangat digemari
anak selain bernyanyi anak akan dikenalkan berbagai pola tepuk yang disesuaikan dengan
tema-tema. gerakan dan ekspresi sangat memberikan pengaruh dalam kegiatan ini. pendidik
juga dapat berkreasi membuat berbagai permainan tepuk yang memotivasi mengenalkan
sebuah konsep atau berlatih konsentrasi anak
c. Tepuk Nada Dan Lagu
Dalam kegiatan ini pendidik dapat melakukan dengan membantu alat musik ataupun
dengan bersenandung tanpa syair. kemudian anak diminta menebak lagu berdasarkan bunyi
solmisasi dari alat musik tersebut atau nada yang memunculkan dari suara Senandung guru.
d. Bermain Alat Musik Buatan
Ada beberapa jenis alat musik yang bisa dipelajari atau dilatihkan kepada anak titik
alat musik juga ada yang berupa alat musik permanen ataupun alat musik buatan yang
bahannya dapat diperoleh di sekitar anak. agar lebih menarik alat-alat itu kemudian dihiasi
dengan berbagai macam hiasan.
e. Gerak Dan Lagu
Secara umum ada dua jenis tarian dalam kegiatan seni itu sendiri pertama kegiatan
tari daerah titik kemudian menari modern. sebelum anak diajarkan tari biasanya
anak akan diajak bergerak bebas mengikuti irama musik. kemudian mereka mulai
dikenalkan dengan kegiatan gerak tari yang berpola dan menggunakan beberapa
formasi.
3. Implementasi Pengembangan Komponen Seni Dan Kerajinan Tangan Melalui

Berbagai Metode Pembelajaran


Aktivitas seni dan kerajinan tangan ini mengajak anak mengerti meraba mencium
menggunakan, serta memperlakukan alat dan bahan untuk menghasilkan sesuatu titik
adapun beberapa contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan sebagai berikut:
a) Menggambar sebagai bentuk dengan crayon, cat air dan kuas ataupun pensil
warna dan spidol.
b) Menggambar dengan kapur, kemudian dihiasi dengan cat air.
c) Mewarnai dengan pasir warna
d) Menggambar di bak pasir dengan jari atau kayu kecil.

e) Bermain dengan cat minyak untuk menemukan berbagai bentuk


f) Membuat berbagai bentuk dengan plastisin
g) Bermain dengan stiker-stiker kecil
h) Menggunting dengan berbagai bentuk

i) Membuat stempel dengan berbagai media dan bentuk yang variasi


j) Meronce dengan berbagai pola, bentuk dan bahan
k) Melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas
Dengan anne-marie atau ragam kegiatan kreatif seni dan kerajinan tangan sebagai
salah satu komponen pengembangan seni yang memiliki kekhasan yaitu adanya kegiatan
mengamati, meraba mencium menggunakan dan memperlakukan alat dan bahan untuk
menghasilkan sesuatu. metode pembelajaran yang dapat digunakan di antaranya adalah
metode demonstrasi dan metode eksperimen.
Kalau metode ini dapat dilakukan secara bersamaan dalam kegiatan seni dan
kerajinan tangan titik berikut ini contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang dapat
dilakukan melalui metode demonstrasi dan metode eksperimen.
Contoh Metode Demonstrasi Dan Eksperimen
a) Kupu-kupu = Bentuk kupu-kupu dari kertas hitam titik bentuk ini harus simetris,
kemudian ajaklah anak menggunakan pelubang kertas untuk menghasilkan
bulatan-bulatan kertas untuk ditempelkan di kedua Sisi sayap kupu-kupu setelah
kering gantunglah di jendela.
b) Track mobil = tuangkan cat tempera berapa warna di atas busa kemudian bila
mobil-mobilan yang rodanya memiliki gerigi tempelkan ban atau roda mobil-
mobilan pada spon yang telah diberi cat kamar kemudian jalankan roda mobil-
mobilan di atas kertas untuk membuat aneka bermacam warna truk mobil.
c) Ikan kertas = Ambillah sebuah piring kertas dengan bimbingan pendidik
Mintalah anak untuk menggunting salah satu sudut piring kertas membentuk
segitiga titik kemudian tempelkan gunting segitiga tersebut pada sisi piring kertas
yang lainnya sehingga membentuk ekor selanjutnya Mintalah anak mewarnai
ikan tersebut dengan menggunakan kertas krem cat air atau juga bisa dengan
menggunakan glitter.
d) Gelembung ceria = tuangkan cairan sabun ke dalam mangkok plastik Oma
bimbinglah anak untuk meniup cairan sabun tersebut sehingga menghasilkan
gelembung-gelembung titik kemudian tuangkan pewarna makanan diatas
gelembung sabun ambil selembar kertas dan tempelkan di atas gelembung sabun
selanjutnya keringkan.
e) Merobek kertas = berikan sebuah kertas putih dan kertas berwarna lain pada
anak. bimbing anak untuk merobek kertas berwarna menjadi serpihan-serpihan
kecil. ajak anak untuk membuat sesuatu dengan cara menempelkan serpihan
serpihan kertas kecil di atas kertas putih Biarkan anak berkreasi seperti dengan
imajinasinya.
f) Stempel tangan = ajakan untuk melumuri telapak tangannya dengan cairan
berwarna. akan lebih indah jika beberapa warna, kemudian minta anak untuk
menempelkan telapak tangannya pada sebuah kertas atau kain. setelah kering
Mintalah anak menambahkan garis atau bentuk tertentu sehingga tercipta
gambar yang unik dari hasil stempel tangan tersebut.

4. Implementasi Pengembangan Komponen Seni Bermain Drama Melalui Berbagai

Metode Pembelajaran
Bermain drama adalah mengekspresikan cerita melalui ASI dan dialog titik Biasanya
berupa gerakan badan anak yang bisa mengkomunikasikan pesan bermain drama memiliki
tujuan Memahami dan me-manage diri dalam peran dan situasi tertentu serta bersihkan
kata-kata.
Seperti halnya kegiatan musik Oma bermain dramatisasi juga banyak membantu
anak dalam membangun ingatan, perbendaharaan kata serta imajinasi titik kegiatannya
dapat terbagi menjadi kegiatan bermain peran ataupun sosiodrama. pada saat bermain
peran unsur simbolik dan Make Believe Play Sangat terlihat. Berikut ini adalah contoh
kegiatan bermain drama yang dapat dilakukan melalui metode bermain peran dan
sosiodrama
a) Bermain peran sebagai polisi, dokter, seorang ibu guru, sebagai ibu, tukang kayu,
koki, penyiar, pemain musik, dan lain-lain
b) Menggunakan benda-benda di sekitar sebagai telepon mesin komputer/laptop
kendaraan, bayi/adiknya, alat musik binatang, Serta peralatan dan perlengkapan
profesi seperti suntikan, botol obat pistol,, stetoskop dan lain-lain
c) Menggunakan balok-balok untuk bermain make-believer seperti suasana

perkantoran, kebun binatang, suasana rumah, mall dan sebagainya


d) Bermain sosiodrama dengan teman keluarga, market/pasar, rumah sakit

perjalanan dengan pesawat atau bus sekolah, cerita ksatria dan penjahat dan
sebagainya.
B. Penilaian Pengembangan Seni
Dengan mengacu pada paparan tentang seluk beluk penilaian serta paparan tentang
pengembangan seni dan komponennya Ada banyak ragam bentuk penilaian yang dapat
dilakukan titik berikut ini adalah contoh penilaian yang dilakukan pada beberapa komponen
seni yang disesuaikan dengan kekhasan kegiatannya. dengan demikian kita dapat
menentukan fokus penilaian, desain penilaian dan alat pengumpulan data yang sesuai.
Contoh Penilaian
Fokus penilaian : gerakan dan ekspresi dalam kegiatan menari burung kutilang
Alat Pengumpul Data : ceklis
Nama anak :
Observer :
Hari, tanggal :
Waktu, pukul.......s/d………
Beri tanda ( ) pada kemampuan yang ditunjukkan

No. Kemampuan anak Ya Tidak


1 Anak melakukan gerakan tari dengan antosias

Anak melakukan gerakan sesuai dengan irama


2
musik

3 Anak melakukan gerakan secara luwes /tdk kaku

4 Anak menunjukan ekspresi sesuai dengan tema tari

Dengan melihat beragam kegiatan seni yang bisa dilakukan, ketiga jenis portofolio ini
bisa digunakan sebagai alat pengumpul data penilaian titik contohnya pada kegiatan seni
dan kerajinan tangan misalnya saat kegiatan membuat Lukisan cap tangan guru dapat
menggunakan display portofolio untuk mendokumentasikan kegiatan Dengan melakukan
pemotretan dan memajangnya di mading sekolah titik kemudian dapat juga menggunakan
showcase portofolio nilai-nilai yang berisi hasil karya anak didik dengan demikian jenis-jenis
alat pengumpul data penilaian ini dapat digunakan secara komprehensif sesuai dengan fokus
penilaian yang dituju.

Modul 12

Hakikat Pengembangan Musik dan Gerak untuk Anak Usia 3-4 Tahun

Kegiatan Belajar 1: Batasan dan Prinsip Pengembangan Musik dan Gerak untuk Anak Usia 3-4
Tahun
A. Batasan dan Prinsip Pengembangan Musik dan Gerak untuk Anak Usia 3-4 Tahun

1. Pengertian Musik

Musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau
suara dan keadaan diam (sound and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam
urutan, kombinasi,dan hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung
ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau
suara manusia yang dapat menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi,
atau suasana hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik adalah ilmu atau seni menyusun nada
atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi
(suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.
Menurut Bernstein & Picker (1972), musik adalah suara-suara yang diorganisasikan
dalam waktu, memiliki nilai seni, dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide
dan emosi dari komposer kepada pendengar.
2. Pengertian Gerak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerak adalah peralihan tempat atau kedudukan,
baik hanya sekali ataupun berkali-kali.
Gerak adalah suatu perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik
keseimbangan awal. Suatu benda dikatakan bergerak jika benda itu berpindah
kedudukan terhadap benda lainnya, baik perubahan kedudukan yang menjauhi
ataupun yang mendekati.
3. Unsur-Unsur Musik
 Melodi :Urutan nada, jangka waktu nada, bunyi nada, biasanya dilengkapi unsur
irama.
 Irama/Ritme : Gerak teratur yang selalu mengikuti jalan melodi, tidak tampak dalam
lagu tapi dirasakan setelah lagu dialunkan.
 Birama : ketukan-ketukan yang datang berulang-ulang dengan teratur dalam waktu
yang sama
 Harmoni : keselarasan paduan bunyi.
 Tangga nada : deretan nada yang disusun secara berjenjang
 Tempo : cepat lambatnya suatu lagu dinyanyikan.
 Dinamik : keras lembut lagu dan perubahannya.
 Timbre : warna suara ditentukan oleh sumber bunyi.
 Warna nada : suara dari alat musik.
4. Unsur-Unsur Gerak
 Ruang (space) : wilayah yang bisa dijelajahi atau dijangkau
 Tenaga (force) : kekuatan (ringan atau kuat) suatu gerakan dilakukan.
 Waktu (time) : seberapa cepat atau lambat suatu gerakan dilakukan.
 Alur/Aliran (flow) : seberapa “halus” atau “berombak” suatu gerakan dilakukan
 Bentuk (shape) : cara yang berbeda saat kita bisa menekuk tubuh kita.
5. Faktor Pendukung Pengembangan Gerak
 Kemampuan fisik
 Kemampuan mental
 Kemampuan emosional
 Pendukung gerakan yang terampil
6. Kegunaan Pengembangan Musik dan Gerak
 Kapasitas mental dan kecerdasan
 Penguasaan fisik
 Pengembangan aspek afektif
 Pengembangan kreativitas
B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Musik dan Gerak Untuk Anak Usia 3-4 Tahun

Seller (2008) mengungkapkan ada empat prinsip yang dapat dijadikan pedoman untuk
memberikan pengalaman musik dan gerak yaitu:
a. Buat “tantangan” di kelas bagi anak-anak melalui manuver mendengarkan musik.
Pilih musik dengan tempo sedang sehingga anak-anak dapat menyesuaikan setiap
kendala sesuai keterampilan motorik kasar mereka.
b. Berikan anak berbagai media seni untuk menciptakan sesuatu melalui
mendengarkan musik. Musik membantu meningkatkan proses kreatif juga
mengembangkan keterampilan motorik halus mereka.
c. Menetapkan gerakan motorik kasar tertentu untuk alat musik, seperti melompat
saat alat musik triangle dimainkan, berbaris ketika drum dimainkan, dll.
d. Gerakan berpindah juga dapat dilakukan dengan berbagai irama musik. Misalnya,
menginstruksikan anak untuk melangkah 1-2 irama secara mantap dan untuk
melompat panjang-pendek.

Kegiatan Belajar 2: Implementasi Perkembangan Musik dan Gerak Melalui Berbagai Metode
Pembelajaran dan Penilaian Pengembangan Musik dan Gerak
A. Implementasi Pengembangan Musik dan Gerak Melalui Berbagai Metode Pembelajaran

Bernyanyi dan bergerak bersama adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Hal ini membantu setiap anak merasa menjadi bagian dari kelompok. Bahkan, anak-anak yang
cenderung pemalu di rumah merasa sedikit berani ketika bernyanyi dengan anak lain.
1. Ragam Aktivitas Pengembangan Musik dan Gerak untuk Anak usia 3 – 4 Tahun

Beberapa ragam aktivitas, yaitu :


a. Lagu-lagu sederhana dengan banyak pengulangan

b. Lagu permainan jari


c. Lagu permainan

d. Lagu dengan suara dan lirik yang lucu


e. Lagu dan tarian dari budaya yang berbeda

f. Permainan gerakan tanpa musik


2. Implementasi Pengembangan Musik dan Gerak Melalui Berbagai Metode Pengembangan

Ada beberapa contoh penggunaan metode pembelajaran untuk pengembangan musik


dan gerak, yaitu :
a. Contoh implementasi metode bercerita untuk pengembangan musik dan gerak
b. Contoh implementasi metode tanya jawab untuk pengembangan musik dan gerak

c. Contoh implementasi metode bermain peran untuk pengembangan musik dan gerak
d. Contoh implementasi metode sosiodrama untuk pengembangan musik dan gerak

e. Contoh implementasi metode demonstrasi peran untuk pengembangan musik dan gerak
Dalam mengimplementasikan pengembangan musik dan gerak dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Karakteristik lagu atau nyanyian yang akan digunakan

b) Karakteristik metode pembelajaran yang akan digunakan


c) Karakteristik materi yang akan disajikan

B. Penilaian Pengembangan Musik dan Gerak


Teknik pengumpulan data penilaian dapat dilakukan dengan teknik-teknik tes dan non
test. Teknik nontes dapat berbentuk observasi, wawancara, studi kasus, studi dokumentasi, dan
portofolio.
Observasi yang dilakukan dapat berupa checklist, anecdotal record, catatan berskala,
running record, time sampling, dan rating scale.

Anda mungkin juga menyukai