Oleh Kelompok IV
Farhan 19712116
Asrina 1971041049
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul materi dari makalah ini adalah “Empat, Perilaku Prososial dan Perilaku Positif
di Sekolah”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah School Well-Being and Spiritual Teachingyang telah
memberikan tugas terhadap kami.
Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Kelompok 4
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Empati merupakan respon aktif yang berasal dari pemahaman kondisi
emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan
orang lain. Empati adalah alat integral untuk mengetahui dan
berhubungan dengan orang lain dan menambah kualitas hidup dan
kekayaan interaksi sosial. Empati memiliki peran penting pada
perkembangan pemahaman sosial dan perilaku social positif dan
berfungsi sebagai fondasi hubungan yang menjadi dasar coping dengan
stress dan penyelesaian konflik (Barr dan Higgins, 2009). Kepekaan
sosial atau empati pada setiap orang bisa berbeda-beda. Empati biasanya
tumbuh dari masa anak-anak, mengikuti orang tua. Menurut Arsenio dan
Lemerise (dalam Constantinos, 2011). Empati merupakan kemampuan
untuk menghargai konsekuensi dari perilaku manusia terhadap perasaan
orang lain dan berbagi serta berempati dengan perasaan orang lain.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan sosial, namun
perilaku manusia yang mementingkan diri sendiri sering kali terlihat
ketika ada orang yang mengalami kesulitan tidak mendapatkan bantuan
orang lain. Sebagian orang ketika menyaksikan orang lain dalam
kesulitan langsung membantunya sedangkan yang lain diam saja
walaupun mereka sebenarnya mampu membantu. Ada sebagian orang
lain cenderung menimbang-nimbang terleboh dahulu sebelum bertindak
untuk menolong dan ada yang ingin membantu tetapi dengan motif yang
bermacam-macam. Mengingat banyak orang-orang yang masih hidup di
dalam kesusahan dan membutuhkan pertolongan orang lian, maka
menjadi sebuah kewajiban bagi semua orang untuk memberikan bantuan
bagi orang-orang yang membutuhkan. (Sears, 2005) memberikan
pemahaman mendasar bahwa masing-masing individu bukanlah semata-
mata makhluk tunggal yang mampu hidup sendiri, melainkan sebagai
makhluk sosial yang sangat bergantung pada individu lain, individu tidak
dapat menikmati hidup yang wajar dan bahagia tanpa lingkungan sosial.
Seseorang dikatakan berperilaku prososial jika individu tersebut
menolong individu lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan
langsung pada orang yag melakukan tindakan tersebut, dan mungkin
bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong (Baron &
Byrne, 2005).
Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul
dalam interaksi sosial, yaitu tindakan yang dilakukan atau direncanakan
untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan maksud dasar penolong
tersebut (Sears, Taylor, et all., 2012).
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu snediri yang
mempunyai bentang yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Perilaku juga dapat diartikan sebagai semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
Perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir, bersikap dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dan
berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga dapat
diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya,
reaksi yang dimaksud dapat digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk
pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (dengan
tindakan konkrit). Perilaku adalah tindakan aperilaku baik dan buruk
seseorang atau organisme yang dapat diamati bahkan dipelajari.
Siswa adalah murid atau pelajar yang masih duduk di bangku sekolah,
yang memiliki kepribadian yang unik, memiliki potensi dan mengalami
proses berkembang, dimana dalam proses perkembangannya ia
membutuhkan corak dalam dirinya yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang Makalah ini, maka rumusan masalah yang
akan dijawab yaitu :
1. Apa pengertian Empati?
2. Bagaimana proses teori empati dalam psikologi?
3. Hal apa saja yang mempengaruhi teori empati dalam psikologi?
4. Apa pengertian dari perilaku prososial?
5. Apa yang melatar belakangi perilaku prososial?
6. Apa pengertian dari perilaku positif di sekolah?
7. Apa saja ciri-ciri perilaku positif?
8. Apa pengertian dan tujuan dari dukungan perilaku positif?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalahdiatas, maka adapun tujuan dari
penelitina ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian empati
2. Memahami bagaimana proses teori empati dalam psikologi
3. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi teori empati dalam
psikologi
4. Mengetahui pengertian perilaku prososial
5. Mengetahui apa saja yang melatar belakangi perilaku prososial
6. Mengetahui pengertian perilaku positif di sekolah
7. Mengetahui apa saja ciri-ciri dari perilaku positif di sekolah
8. Mengetahui apa pengertian dan tujuan dari dukungan perilaku
positif
D. Manfaat
Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
mengenai gambaran tentang empati, perilaku prososial dan perilaku
positif di sekolah. secara praktis, makalah ini diharapkan dapat menjadi
bahan pemelajaan dalam membangun empati, perilaku prososial dna juga
perilaku positif di sekolah.
BAB II
Pembahasan
1. Empati
a. Definisi
Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional
orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan
mengambil perspektif orang lain. Orang yang berempati mampu
merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memahami alasan mengapa
orang tersebut merasa seperti itu (Azar, Darley, & Duan dalam Baron,
Branscombe & Byrne, 2012). Empati tersusun dari dua dimensi, kognitif
dan afektif (Liezt, et.al., 2011; Walter, 2012; Zaki & Ochsner, 2012).
Davis dkk. (dalam Hodgson & Wertheimer, 2007) mengajukan model
konseptual tentang empati sebagai suatu konstruk yang menjabarkan
kedua komponen menjadi empat dimensi, yakni:
a. pengambilan sudut pandang (perspective taking)
b. fantasi (fantasy)
c. kepedulian empatik (empatic concern)
d. tekanan personal (personal distress).
2. Perilaku Prososial
a. Definisi
Perilaku Prososial didefinisikan sebagai bentuk perilaku sukarela yang
dalam artian menguntungkan orang lain. Perilaku prososial hanya
berorientasi pada orang lain, namun tindakan yang mungkin dapat
membantu orang lain.
Perilaku prososial dilatarbelakangi motif kepedulian pada diri sendiri
dan altruisme. Altruisme yaitu keinginan untuk menolong orang lain tanpa
harapan mendapatkan keuntungan. Perilaku prososial memiliki peran
penting dalam keberhasilan anak di sekolah, anak-anak yang bersikap
prososial atau empati cenderung bekerja sama di kelas dan menunjukkan
perilaku yang sesuai dan/atau disukai oleh guru. Siswa yang menunjukkan
perilaku prososial juga menerima lebih banyak bantuan dari guru maupun
teman sabaya dan juga lebih terlibat dalam kegiatan sekolah. Beberapa
penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara empati atau
perilaku prososial dan ukuran kecerdasan, kosakata atau keterampilan
membaca, perkembangan Bahasa, tingkat perkembangan mental (Van
Der Mark, dkk 2002)
Studi intervensi yang dirancang untuk mempromosikan keterampilan
sosial pada anak-anak efektif menunjukkan bahwa lingkungan sekolah
dapat menjadi faktor penting untuk mempelajari keterampilan sosial
seperti empati, perilaku prososial, dan perilaku positif pada anak di
sekolah
Perilaku prososial dipandang sebagai motivator dapat dilihat perilaku
prososial arahnya pada perkembangan positif anak dengan kompotensi
sosialnya.
b. Aspek-Aspek Perilaku Prososial
Eingsberg & Mussen megemukakan aspek dari perilaku prososial meliputi :
1. Sharing/berbagi, yaitu kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain
baik dalam suasana suka maupun duka
2. Cooperating/Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan
oranglain demi tercapainya suatu tujuan
3. Helping/membantu, yaitu kesediaan untuk menolong orang lain yang
sedang dalam kesusahan. Menolong meliputi membantu orang lain,
menawarkan bantuan,
4. Doanting/memberi, yaitu kesediaan memberi secara suka rela sebagai
barang miliknya untuk yang membutuhkan
5. Honesty/Kejujuran, yaitu kesediaan untuk tidak berbuat curang kepada
orang lain
c. Penelitian Yang Berkaitan Dengan Perilaku Prososial
Penelitain dari Oliner dan Oliner (1998) menunjukkan perilaku
prososial pada masa dewasa juga ditunjukkan dalam studi retrospektif
eropa dimana keterlibatan dalam memberi makan orang tua yang sakit
atau mengunjungai orang sakit, mengumpulkan uang untuk tujuan positif.
Penelitian dari Alrefi (2019) menunjukkan peserta didik kelas VII
SMP boarding school memiliki perilaku prososial pada kategori tinggi
yang artinya telah menunjukkan perilaku prososial antar sebaya, siswa
perempuan memiliki skor rata-rata lebih tinggi perilaku prososial
dibandingkan siswa laki-laki
Hasil penelitian dari Novi (2019) yang meneliti subjective well-being
dengan perilaku prososial saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Petama SWB dengan perilaku prososial memiliki hubungan yang positif
dan signifikan. Apabila SWB pada remaja tinggi, maka perilaku prososial
pada remaja juga tinggi. Sebaliknya, jika tingkat SWB pada remaja
rendah, maka perilaku prososial pada remaja juga rendah.
Gunadi (2010) juga meneliti perilaku prososial mempunyai hubungan
yang positif dengan SWB. Perilaku menolong yang dilakukan oleh remaja
mempengaruhi tingkat SWB atau membuat remaja menjadi lebih Bahagia
dan sejahtera
d. Pentingnya Perilaku Prososial di Sekolah
Perilaku Pro Sosial sangat penting di sekolah, karena dampak dari
perilaku pro social menimbulkan efek positif satu sama lain, siswa, guru,
orang tua, tenaga pendidik lainnya. Bergin & Prewett (2020) menjelaskan
manfaat perilaku prososial anak :
1. Membentuk emosi positif siswa
Siswa yang memiliki perilaku prososial terhadap orang lain maka
mereka merasa emosi yang positif. Siswa yang memiliki perilaku
prososial akan cenderung menjadi individu yang Bahagia, ceria,
dalam membantu orang lain menjadi positif. Emosi positif juga
menjadi motivasi siswa dalam belajar, berpartisipasi aktif dalam
kelas, dan sikap terbuka.
2. Penerimaan social
Siswa yang memiliki perilaku prososial akan lebih diterima oleh
teman sebayanya. Siswa yang selalu membantu dan menolong
akan disenangi oleh teman-temannya. Mereka cenderung lebih
diterima pada lingkungannya
3. Keterlibatan dalam belajar
Perilaku prososial juga menunjang dalam hal keterlibatan dalam
belajar. Siswa akan menunjukka minat belajar yang tinggi,
menunjukkan sikap-sikap positif sehingga mereka akan cenderung
memunculkan minat pada tugas-tugas di sekolah.
e. Peran Guru Dalam Perilaku Prososial Siswa
Guru merupakan salah satu tenaga pendidik anak di sekolah, itulah
sebabnya guru mempunyai peranan penting dalam pembentukan perilaku
prososial anak di sekolah. Beachboard (2019) menjelaskan beberapa
Teknik guru dalam mempromosikan perilaku prososial di sekolah, yaitu :
1. Mempraktikkan rasa syukur di kelas
Penelitian menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu dapat
meningkatkan suasana hati secara menyeluruh. Guru menjadi
harapan agar mampu membimbing siswa untuk membuat catatan
harian mengenai apa yang mereka syukuri
2. Mendorong tindakan kebaikan dengan acak
Guru menjadi peran penting dalam mendorong siswa agar
berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku prososial
sifatnya menualr dan ketika dilihat oleh orang lain maka secara
tidak langsung akan menyebabkan tiruan dari orang yang
melihatnya. Guru seharusnya menjadi contoh atau bahkan
memperlihatkan perilaku positif yang bisa ditiru oleh siswanya.
3. Membangun sikap empati melalui papan kebahagiaan
Pengajar bisa menyediakan tempat atau meida untuk siswa dalam
menuliskan apa yang bisa membantu orang lain. Dengan begitu
siswa akan terbantu untuk membangun rasa iba dan ingin
menolong orang disekitarnya
3. Perilaku Positif di Sekolah
a. Definisi
Perilaku bukan sebuah ilmu pengetahuan mengenai perilaku
manusia akan tetapi merupakan filosofi dari ilmu pengetahuan
tersebut. Perilaku manusia merupakan hal yang paling istimewa di
dunia tempat dimana tiap individu tinggal dan melakukan aktivitas
lainnya. Prinsip-prinsip perilaku dapat membantu dalam mengatasi
masalah perilaku yang sulit. Ada tiga pendekatan yang saling terkait
secara khusus untuk perilaku-perilaku yang menantang yaitu,
penerapan analisis perilaku terapan, analisis fungsional, dan dukungan
perilaku positif (Ormrod, 2008).
A. Kesimpulan
Empati merupakan kemampuan memahami dan turut merasakan
perasaan orang lain. Empati itu adalah perwujudan kasih sayang sesama
manusia. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena
disanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang, rasa empati pada seseorang
harus diasah, bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan
terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang
membentuknya.
Perilaku prososial merupakan aspek yang penting dalam tumbuh
kembang anak atau remaja di era sekarang. Apabila seseorang anak mempunyai
perilaku prososial yang tinggi maka akan memberikan efek baik pada
kehidupannya sehari-hari.
dukungan perilaku positif adalah meliputi proaktif, cara pengambilan
keputusan, sampai dengan orientasi pemecahan masalah. Dukungan perilaku
positif tidak hanya fokus terhadap permasalahan perilaku dalam ranah klinis
akan tetapi menekankan gaya hidup yang fokus dan berkesinambungan yang
dilakukan oleh guru, keluarga, dan juga orang lain yang terlibat dalam
dukungan tersebut
B. Saran
Makalah ini dapat menjadi acuan guru ataupun orang tua untuk meningkatkan
perilaku prososial, empati dan juga perilaku positif di sekolah. penelitian ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga diperlukan masukan-masukan dan
saran untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Berdasarkan saran-saran
yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :
1. Orangtua dan guru agar bisa meningkatkan perilaku prososial anak atau
siswa melalui atau dengan cara meningkatkan kematangan emosi dan
dukungan sosial teman sebaya.
2. Para pembaca, guru dan orang tua hendaknya memberikan contoh nyata
apabila individu dapat berempati terhadap orang lain melakukannya secara
tulus dan ikhlas.
3. Hendaknya bagi seorang guru dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi
para siswanya. Sebab sikap dan tingkah laku guru menjadi perhatian
khusus bagi para siswanya di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA