Anda di halaman 1dari 16

Tugas Metodologi Penelitian Lanjut

Proposal Penelitian

HUBUNGAN EMPATI DAN KEMATANGAN EMOSI


DENGAN PERILAKU PROSOSIAL
PADA SISWA ETNIS TIONGHOA
Dosen : Dr. Andik Matulessy, M.Si.

Disusun Oleh :
YERMIANA KRISTIANTI
1531521412

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA

Juni - 2016
JUDUL :

HUBUNGAN EMPATI DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN


PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA ETNIS TIONGHOA

I. PERMASALAHAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, hal inilah yang
membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia
dapat memberikan pertolongan dan mengulurkan tangan terhadap keluarga, kelompok
atau komunitasnya, bahkan siap menolong orang tidak dikenal, dari etnis atau bangsa
lain tanpa pamrih dan tanpa meminta imbalan. Perilaku menolong menggambarkan
manusia sebagai makhluk yang tidak egois dan dermawan, mampu untuk memberikan
perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan merasa bahwa dirinya
mempunyai kemampuan memberikan bantuan pada orang lain.
Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul
dalam kontak sosial, untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan
sesuatu untuk dirinya atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain
daripada untuk mendapatkan imbalan dalam bentuk apa pun.
Akhir-akhir ini seringkali kita melihat bahkan mendengar tentang fenomena
perilaku-perilaku antisosial di kalangan remaja yang timbul akibat perbedaan kultur,
etnis, kondisi ekonomi, bahkan agama, namun tidak demikian dengan siswa siswi SMA
Kristen Intan Permata Hati (IPH) East Surabaya. Keberagaman kultur, etnis, kondisi
ekonomi, bahkan agama nyaris tidak pernah menyebabkan konflik antisosial dalam
keseharian mereka di sekolah. Justru menjadi pemandangan yang sangat umum melihat

siswa dari etnis yang satu berdekatan dan membantu siswa dari etnis yang lain tanpa ada
rasa jengah meskipun latar belakang ekonomi mereka saling berbeda.

B. Perumusan Masalah
Perilaku prososial dapat terbentuk oleh karena beberapa faktor. Dalam penelitian
ini penulis mengambil subyek penelitian dari populasi remaja SMA yang masuk di
dalam kategori usia remaja akhir dimana pada kategori usia tersebut remaja cenderung
masih belum berada pada kondisi yang matang secara emosional. Hal inilah yang
mendasari penulis memilih kematangan emosi sebagai variable prediktor dalam
penelitian ini. Sedangkan variabel prediktor lainnya yang dipilih oleh penulis adalah
empati. Alasan pemilihan empati adalah karena empati banyak disebut sebagai motif
dasar bagi seseorang untuk bertindak prososial (Iannotti, 1978).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah ada hubungan antara empati dan kematangan emosi dengan perilaku
prososial ?
2. Apakah ada hubungan antara empati dan perilaku prososial?
3. Apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku prososial?

C. Keaslian Penelitian
Dalam beberapa jurnal penelitian psikologi, terdapat beberapa penelitian dengan
menggunakan prososial sebagai variabel tergantungnya. Yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian lain serupa dalam beberapa jurnal adalah belum ada penelitian

prososial yang menggunakan variabel bebas kematangan emosi dan empati, dengan
subyek siswa SMA yang bertenis Tionghoa.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku
prososial siswa SMA Kristen IPH East Surabaya yang beretnis tionghoa, serta untuk
untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara empati dan kematangan emosi dengan
perilaku prososial pada siswa etnis Tionghoa.

II. MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis.
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian mengenai hubungan antara empati dan kematangan emosi
dengan perilaku prososial pada siswa SMA yang beretnis tionghoa ini diharapkan akan
memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu psikologi di masa yang akan
datang, khususnya psikologi sosial, psikologi remaja, psikologi pendidikan maupun
cabang ilmu psikologi lainnya yang terkait.
B.

Manfaat Praktis
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah
wacana bagi para guru, bahwa sebagai tenaga pengajar di dunia pendidikan formal
penting untuk tetap memperhatikan dan membina siswa didiknya agar memiliki

kematangan emosional dan empati sehingga perilaku prososial dapat terbentuk secara
maksimal.

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Prososial
Di bawah ini adalah beberapa definisi prososial secara teoritis :

Sarwono (2002) Prososial diartikan sebagai suatu tindakan heroik dengan


tujuan untuk menolong orang lain (Passer & Smith, 2004). Definisi dalam
konteks psikologi sosial menyebutkan definisi prososial sebagai suatu tindakan
menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut. Istilah
altruisme sering digunakan secara bergantian dengan prososial, tapi altruism
yang sebenarnya adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan

kepentingan sendiri.
Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu
tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan
suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan

mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.


Faturochman (2006) mengartikan perilaku prososial sebagai perilaku yang

memberi konsekuensi positif pada orang lain.


Dayakisni & Hudaniah (2003) menyimpulkan perilaku prososial adalah
segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima,
baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki

keuntungan yang jelas bagi pemiliknya.


Bringham (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyatakan bahwa
perilaku prososial mempunyai maksud menyumbang kesejahteraan orang lain.

Dengan kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan,

dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk perilaku prososial.


William dalam (Dayakisni & Hudaniah, 2003) Prososial adalah perilaku
yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima
bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara mental maupun

psikologis.
Shaffer (dalam Edwina, 2002) tindakan yang memberikan keuntungan bagi
orang lain seperti berbagi dengan orang lain yang mendatangkan keuntungan
bagi orang tersebut dibanding dengan dirinya sendiri, menghibur atau menolong
orang lain untuk mencapai tujuannya atau bahkan membuat orang lain senang
dengan memuji perilaku atau prestasi mereka.

Definisi operasional dari Prososial adalah Voluntary actions that are intended to
help or benefit another individual or group of individuals", yang artinya tindakan
sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau menguntungkan individu lain atau
kelompok individu" (Eisenberg and Mussen 1989, 3)

Indikator Prososial menurut Mussen (dalam Nashori, 2008) antara lain :


1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau
psikologi orang tersebut. Membantu untuk meringakan beban penderitaan,
kesukaran
2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang

lain. Orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain,
didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut bengambil bagian dalam gerakangerakan yang dilakukan orang lain.
3. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Kegiatan atau

usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (badan, lembaga) untuk mencapai
tujuan bersama
4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain. Ikut menyokong
dengan tenaga dan pikiran, memberikan sesuatu kepada orang yang sedang
tertimpa musibah.
5. Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu hasrat untuk menolong orang lain
tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
B. Empati
Berikut ini beberapa definisi teoritis dari empati :

Robert dan Strayer

(1986 : 2) mengungkapkan bahwa empati nampaknya

berhubungan dengan perilaku prososial individu. Empati berkaitan dengan


kemampuan individu

dalam

mengekspresikan

empati seseorang dapat diukur melalui

emosinya, oleh karena itu

wawasan

emosionalnya,

ekspresi

emosional, dan kemampuan seseorang dalam mengambil peran dari individu


lainnya. Pada dasarnya, empati merupakan batasan dari individu apakah ia
akan melakukan atau mengaktualisasikan gagasan prososial yang mereka

miliki ke dalam perilaku mereka atau tidak.


Hurlock (1999: 118) mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Empati
pada diri individu, akan dapat menggerakkan hati dan perilakunya untuk

membantu anak didiknya supaya dapat lulus


Leiden, dkk (1997: 317) menyatakan empati

sebagai

kemampuan

menempatkan diri pada posisi orang lain sehingga orang lain seakan-akan
menjadi bagian dalam diri.

Baron dan Byrne (2005: 111)

yang menyatakan bahwa empati merupakan

kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik


dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.

Definisi operasional dari empati adalah kemampuan yang dimiliki individu


untuk mengerti dan menghargai perasaan orang lain dengan

cara

memahami

perasaan dan emosi orang lain serta memandang situasi dari sudut pandang orang
lain.

Indikator empati menurut Baron dan Byrne (2005: 1 1 1) antara lain :


1. Kognitif , dapat memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa hal
tersebut dapat terjadi pada orang tersebut.
2. Afektif, dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.

Sedadangkan menurut Batson dan Coke (Watson, 1984: 290), indikator


empati antara lain :
1. Kehangatan, suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat
terhadap orang lain.
2. Kelembutan, suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun
bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
3. Peduli, suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian
terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.
4. Kasihan, suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas
asih terhadap orang lain.

C. Kematangan Emosional
Berikut ini beberapa definisi teoritis dari emosi :
(Osho, 2008 : 102) Emosi terbentuk melalui perkembangan yang dipengaruhi
oleh pengalaman dan dalam perkembangan, emosi menuju tingkat yang
konstan, yaitu adanya integrasi dan organisasi dari semua aspek emosi. Emosi
tersebut bersifat positif seperti cinta, seks, berharap, teguh, simpati, optimis,
loyal, dan bersifat negative seperti takut, benci, marah, tamak, iri, dendam,

dan percaya tahayul.


Anderson (dalam Mappiare, 1983 : 18) mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki kematangan emosional belum tentu dapat dikatakan sebagai orang
dewasa. Seseorang yang memiliki

kematangan

emosional

berarti orang

tersebut sudah dewasa, tetapi orang dewasa belum tentu memiliki kematangan

emosional.
Kartono (1995 : 165) mengartikan kematangan emosi sebagai suatu keadaan
atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, oleh
karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pada emosional
seperti pada masa kanak-kanak. Seseorang yang telah mencapai kematangan

emosi dapat mengendalikan emosinya.


Walgito (2004 : 42) Emosi yang terkendali

berpikir secara lebih baik, melihat persoalan secara objektif.


Davidoff (1991 : 49) menerangkan bahwa kematangan emosi merupakan

menyebabkan

orang mampu

kemampuan individu untuk dapat menggunakan emosinya.


Definisi operasional dari kematangan

emosi

adalah

kemampuan dan

kesanggupan individu untuk memberikan tanggapan emosi dengan baik dalam


menghadapi tantangan hidup yang ringan dan berat serta mampu menyelesaikan,

mampu mengendalikan luapan emosi dan mampu mengantisipasi secara kritis


situasi yang dihadapi.

Indikator kematangan emosi menurut Wagito (2004:43) antara lain :


1. Dapat menerima keadaan dirinya maupun orang lain sesuai dengan objektifnya.
2. Pada umumnya tidak bersifat impulsive, dapat mengatur pikirannya dalam
memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya.
3. Dapat mengontrol emosinya dengan baik dan dapat mengontrol
emosinya walaupun

dalam

keadaan

marah dan kemarahan

ekspresi
itu

tidak

ditampakkan keluar.
4. Dapat berpikir objektif sehingga akan bersifat sabar, penuh pengertian dan
cukup mempunyai toleransi yang baik.
5. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mengalami
frustrasi dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian.

IV. LANDASAN PEMIKIRAN


Prososial adalah tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau
menguntungkan individu lain atau kelompok individu" (Eisenberg and Mussen
1989,3). Empati adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengerti dan
menghargai perasaan orang lain dengan cara memahami perasaan dan emosi orang
lain serta memandang situasi dari sudut pandang orang lain. Sedangkan kematangan
emosi adalah kemampuan dan kesanggupan individu untuk memberikan tanggapan
emosi dengan baik dalam menghadapi tantangan hidup yang ringan dan berat serta
mampu

menyelesaikan,

mampu

mengendalikan

mengantisipasi secara kritis situasi yang dihadapi.

luapan

emosi

dan

mampu

Siswa SMA sendiri secara usia berada pada fase remaja akhir, dimana pada fase
tersebut adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari
anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Manusia sebagai mahluk sosial hendaknya senantiasa memberikan bantuan
kepada orang lain. Hal ini dikarenakan manusia membutuhkan kehadiran dari individu
lain dalam kesehariannya. Sears (1991:61) menegaskan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang hidupnya bergantung pada individu lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara
empati, kematangan emosi, dan perilaku prososial pada siswa SMA.

V. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:
a.
b.
c.
d.

Ada hubungan antara empati dan kematangan emosi dengan perilaku prososial.
Ada hubungan antara empati dan perilaku prososial.
Ada hubungan antara kematangan emosi dan perilaku prososial.
Ada perbedaan perilaku prososial antara siswa laki-laki dan permpuan.

VI. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel
dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran
statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher,
dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25).
Penelitian

ini

menggunakan

metode

kuantitatif

korelasional

dengan

menggunakan tiga buah skala sebagai alat pengumpulan data untuk menguji hubungan
antara variabel. Tiga buah skala tersebut antara lain skala perilaku prososial, skala

empati dan skala kematangan emosi. Sedangkan pengumpulan data jenis kelamin
dengan memperhatikan identitas yang terdapat dalam skala yang dijalankan.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80).
Pada penelitian ini populasi yang dipilih adalah SMA Kristen Intan Permata Hati
(IPH) yang berlokasi di Jl.Raya Kedung Baruk No.112-114 Surabaya, dengan jumlah
total populasi 204 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan
mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representative (Sugiyono,2011).
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 100 siswa etnis
Tionghoa yang bersekolah di SMA Kristen IPH Surabaya tanpa membedakan kelas,
dengan perbandingan jenis kelamin yang berimbang. Di SMA ini terdapat setidaknya
150 siswa etnis Tionghoa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik nonrandom
sampling, yaitu pengambilan dengan penunjukkan.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya


Sebagaimana telah dijelaskan pada landasan teori, penelitian ini menggunakan
perilaku prososial sebagai variabel terikat, serta empati dan kematangan emosi sebagai
variabel bebasnya.
1. Prososial
a. Definisi Operasional
Definisi operasional dari perilaku prososial sebagai adalah tindakan sukarela
yang dimaksudkan untuk membantu atau menguntungkan individu lain atau
kelompok individu" (Eisenberg and Mussen 1989, 3).
Aadapun indikator prososial menurut Mussen (dalam Nashori, 2008) antara lain :
1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik
atau psikologi orang tersebut. Membantu untuk meringakan beban penderitaan,
kesukaran.
2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang
lain. Orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang
lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut bengambil bagian dalam
gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.
3. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Kegiatan atau
usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (badan, lembaga) untuk mencapai
tujuan bersama

4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain. Ikut menyokong
dengan tenaga dan pikiran, memberikan sesuatu kepada orang yang sedang
tertimpa musibah.
5. Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
b. Pengembangan Alat Ukur
Berikut ini adalah skala perilaku prososial yang disusun oleh penulis berdasarkan
indikator prososial:

c. Uji Alat Ukur

Anda mungkin juga menyukai